Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mencapai puncak Gunung Everest jadi obesesi para pendaki di seluruh dunia. Namun, pendakian ini sangat berbahaya sehingga butuh bantuan Sherpa, masyarakat adat yang menjadi mayoritas pemandu pendakian Everest.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tugas mereka adalah melakukan apa saja untuk membantu para pendaki mencapai puncak tertinggi dunia itu dengan selamat, termasuk membawa barang-barang berat berisi perbekalan dan membantu orang-orang melewati bagian gunung yang paling berbahaya, seperti Air Terjun Es Khumbu yang terkenal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, sejumlah Sherpa meramalkan dominasi orang-orang di gunung sebagai pemandu pendakian akan segera berakhir. "Tidak akan ada satu pun Sherpa yang tersisa di gunung itu dalam 10 tahun," kata Phurba Wangchhu Sherpa, seorang pemandu berusia 48 tahun yang telah mencapai puncak Everest lebih dari belasan kali, seperti dilansir dari Insider.
Kelebihan Sherpa
Pada 2017, akademisi di Universitas Cambridge menerbitkan penelitian yang menunjukkan bahwa selama ribuan tahun, Sherpa telah berevolusi secara genetik untuk menggunakan oksigen lebih efisien dan menghemat energi otot dibandingkan dengan orang yang tinggal di dataran rendah. Tubuh mereka, hingga tingkat sel, telah disesuaikan untuk pegunungan.
Meskipun luar biasa, Sherpa tidak kebal terhadap banyak bahaya di Everest, termasuk longsoran salju yang tidak terduga, celah-celah tersembunyi, serta jatuhnya es dan batu. Menurut Database Himalaya, lebih dari 330 orang tewas di gunung tersebut sejak awal tahun 1900-an, 107 di antaranya adalah Sherpa.
“Banyak Sherpa menakjubkan yang kehilangan nyawa mereka di sini setiap tahun,” kata Phurba. “Banyak teman saya yang kehilangan nyawa.”
Pada 2023, tiga Sherpa meninggal setelah terkubur di air terjun es. "Mereka memiliki anak yang perlu diberi makan dan memimpikan keluarga mereka, tetapi semuanya hancur pada saat itu," kata mantan pemandu pendakian Dawa Geljen Sherpa.
Berapa bayaran Sherpa?
Sherpa di Everest menghadapi banyak risiko dengan imbalan yang semakin sedikit. Padahal, salah satu daya tarik jadi pemandu adalah uang.
Pemandu gunung yang disertifikasi oleh Federasi Internasional Asosiasi Pemandu Gunung memperoleh penghasilan antara $4.000 (Rp65 juta) dan $10.000 (Rp153 juta) per pendakian, bergantung pada tingkat pengalaman mereka, tip dari pendaki, dan bonus jika puncak berhasil.
Namun karena waktu optimal untuk mendaki Everest sangat sempit, hanya antara Maret dan Mei, pemandu biasanya hanya dapat melakukan satu ekspedisi, yang biasanya memakan waktu dua bulan, dalam setahun. Ini berarti mereka harus menambah penghasilan dengan pekerjaan sampingan lainnya, seperti bertani dan mengajar.
Mereka juga harus membeli alat pendakian sendiri yang harganya bisa mencapai $7000 atau sekitar 114 juta setiap beberapa tahun.
Jadi, beban finansial ini terlalu berat bagi para Sherpa. “Pendapatan dari mendaki gunung tidak cukup bagi kami,” kata Phurba.
Jadi, beberapa Sherpa mencari pekerjaan di tempat lain meskipun permintaan pendakian Gunung Everest tetap tinggi. Banyak Sherpa yang memilih pekerjaan lain seperti konstruksi, transportasi, dan manufaktur di negara dengan perekonomian yang sedang berkembang ini. Pekerjaan itu tidak mengharuskan mereka mempertaruhkan nyawa untuk mendapatkan gaji.
INSIDER | NPR