Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tuvalu, yang juga dikenal dengan nama Kepulauan Ellice, berada di subkawasan Polinesia Oseania di Samudra Pasifik. Negara kecil ini termasuk salah satu pulau paling indah di dunia, tapi paling sedikit dikunjungi. Dalam waktu dekat, tempat ini mungkin tidak akan pernah bisa dikunjungi. Alasannya adalah bangsa itu mungkin akan hilang lebih cepat dari perkiraan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Negara Tuvalu terletak di tengah-tengah antara Hawaii dan Australia. Itu terletak di terumbu karang berbentuk cincin yang mengelilingi laguna, dengan pulau-pulau di sepanjang tepinya. Singkatnya, ini adalah oasis yang indah, yang kini terancam punah sama sekali dari muka bumi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan populasi sekitar 12.000 jiwa, menurut laporan, Tuvalu dianggap sebagai negara yang paling jarang dikunjungi di dunia. Itu juga salah satu negara terkecil di dunia, dan memiliki mata uangnya sendiri.
Tempat ini juga menjadi tempat yang ideal untuk dikunjungi, di mana suasananya tenang, dengan penduduk yang menyusuri jalan pulau dengan sepeda motor, menggoreng ikan, tidur siang di tempat tidur gantung, atau menikmati api unggun pantai di malam hari.
Pasir di tengah perairan biru kehijauan, dilapisi dengan pohon kelapa yang lebat, menawarkan latar belakang yang menakjubkan untuk menikmati suhu rata-rata harian dari 80-85°F (27-29°C).
Sebelumnya disebut Kepulauan Ellice, laporan menambahkan bahwa Tuvalu menerima lebih dari dua ribu turis setahun. Negara ini hanya memiliki satu bandara internasional, yang dibangun oleh Angkatan Laut Amerika Serikat selama Perang Dunia II, pada tahun 1943, dan saat ini hanya digunakan oleh Fiji Airways.
Selain sulitnya akses, Tuvalu termasuk dalam daftar pulau yang kemungkinan besar akan hilang ke laut dalam waktu dekat karena naiknya permukaan air laut. Meskipun seluruh negara adalah atol karang, bentangan tanah yang dapat dihuni maksimal hanya 2 meter di atas permukaan laut. Dan menurut laporan, pasang naik sekitar 3,9 milimeter per tahun.
Ssebagai tanggapan atas naiknya permukaan laut, Menteri Kehakiman, Komunikasi, dan Luar Negeri Tuvalu, Simon Kofe, membuat pengumuman bahwa mereka berencana membuat kembaran digital Tuvalu di metaverse untuk mereplikasi pulau-pulaunya yang indah dan melestarikan budayanya yang kaya.
TIMES OF INDIA | THE CONVERSATION
Pilihan Editor: Mengenal Tuvalu, Negara Terkecil ke-4 di Dunia yang Ingin Pindah Jadi Negara Digital di Metaverse