Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pergantian tahun baru dengan kalender matahari telah usai. Namun beberapa warga di negara-negara yang masih memperingati tradisi dengan penanggalan bulan atau sistem lain, bersiap menyambut tahun baru mereka. Warga Tionghoa di seluruh dunia akan menyambut Tahun Baru Imlek pada Januari. Sementara suku Jawa menanti 1 Muharam atau 1 Suro sebagai tahun baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Berikut warga-warga di berbagai belahan bumi yang memiliki tradisi unik dalam menyambut tahun baru mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Myanmar
Dilansir Insider, perayaan tahun baru di Myanmar diramaikan dengan festival air Thingyan. Festival ini dimulai pada pertengahan April, menandai kedatangan Thagyamin, seorang tokoh Buddha surgawi, di bumi dengan menyiram banyak air. Jalanan biasanya dipenuhi penyiram dan festival yang basah ini berlangsung hingga tahun baru. Air dimaksudkan untuk "membersihkan" nasib buruk dan dosa pada tahun sebelumnya.
Seorang penganut kepercayaan Afro-Brasil membawa persembahan saat memberi penghormatan kepada sang Dewi Laut, ketika menyambut tahun baru di Pantai Copacabana di Rio de Janeiro, 29 Desember 2018. Pengikut Yemanja melakukan ritual tradisional menjelang malam Tahun Baru agar mendapat berkat di tahun yang akan datang. REUTERS/Pilar Olivares
Cina
Orang-orang di Cina mewarnai pintu depan mereka dengan warna merah demi mendapat keberuntungan pada tahun baru. Untuk tahun baru Imlek, mewarnai pintu jadi merah dianggap sebagai tanda keberuntungan untuk tahun berikutnya. Merah adalah warna keberuntungan di Cina, menjadi warna paling populer untuk dipakai atau saat perayaan pernikahan dan Imlek.
Brasil
Saat tahun baru, banyak orang Brasil memakai baju putih dan melempar bunga putih serta lilin ke laut sebagai persembahan untuk Dewi Laut Lemanja. Jika laut mengembalikan persembahan itu, artinya sang dewi tidak menerimanya.
Persembahan bunga putih dan lilin dimaksudkan untuk menyanjung Dewi Laut yang memberi anugerah untuk ibu dan anak. Memberi persembahan pada Lemanja juga dipercaya membawa kemakmuran untuk tahun yang baru.
Tahun baru Jepang atau disebut Joya no kane, diperingati dengan memukul lonceng sebanyak 108 kali. Foto: @trtbelgesel_en
Argentina
Memakai pakaian dalam warna merah muda saat malam tahun baru di Argentina berarti pemakainya sedang mencari cinta.
Kolombia
Di Kolombia, orang-orangan sawah atau patung orang-orangan yang telah meninggal, atau yang tak disukai akan dibakar saat malam tahun baru untuk meninggalkan hal-hal buruk di masa lalu.
Jepang
Joya no kane adalah upacara tradisional membunyikan lonceng di kuil sebanyak 108 kali, angka jumlah roh jahat di bumi menurut kepercayaan Buddha. Membunyikan lonceng sebanyak 108 kali dipercaya akan mengusir roh jahat selama setahun mendatang.
Filipina
Semua yang berbentuk bulat melambangkan kemakmuran, termasuk baju motif polkadot dan koin yang dikumpulkan anak-anak dalam saku mereka. Ada juga yang menaruh koin di berbagai sudut rumah, di dalam laci atau di meja, di mana dipercaya koin ini membawa tahun penuh keberuntungan.
Anak-anak bermain barongsai yang terbuat dari barang-barang bekas dalam perayaan Tahun Baru Imlek 2570 di Binondo, Manila, Filipina, 5 Februari 2019. Berikut suasana perayaan Tahun Baru Imlek di beberapa negara. REUTERS
Biasanya mereka pantang makan hidangan berbahan ayam dan ikan saat tahun baru, karena dianggap tak membawa keberuntungan. Tempat nasi dan air juga harus penuh karena mereka percaya ini akan membuat hidup setahun berikutnya penuh kemakmuran.