Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pelesiran dengan kapal pesiar selalu menyenangkan. Selama perjalanan mengarungi laut dengan kecepatan di bawah 50 kilometer per jam itu, wisatawan bisa menikmati segala fasilitas hotel bintang lima. Plus, beragam pertunjukan dari opera, pesta, sirkus, dan kolam renang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bahkan wahana permainan luar ruangan di kapal pesiar terus berkebang. Ada kolam renang berombak untuk berselancar, tebing buatan, flying fox, dan beragam kegiatan luar ruangan lainnya. Namun segala kesenangan itu meninggalkan jejak karbon yang luar biasa. Hal itu sangat disadari seluruh operator kapal pesiar dan juga menjadi sasaran kritik para penggiat lingkungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MSC Cruises operator kapal pesiar, berjanji menjadikan MSC Gardiosa sebagai kapal pesiar yang menghilangkan jejak karbon mereka pada 2020. Pelayaran bebas karbon ini juga membidik segmen wisatawan yang kian peduli dengan lingkungan.
Langkah ini dilakukan operator kapal pesiar yang berbasis di Swiss, yang menyiapkan kapal barunya yang canggih dan ramah lingkungan, MSC Grandiosa. Kapal pesiar canggih ini bahkan telah membuka pesanan tiket pelayaran perdana selama 117 hari, dengan menyinggahi 24 negara yang berbeda.
Kapal pesiar MSC Grandiosa akan mampir di Bali dan membawa penumpangnya ke Ubud. Kapal ini diklaim bebas emisi karbon oleh MSC Cruises. Foto: By Kees Torn - Vertrek MSC GRANDIOSA, CC BY-SA 2.0/Wikimedia
"Tujuannya adalah pada suatu hari untuk mencapai nol emisi," ujar Direktur Eksekutif MSC Cruises, Pierfrancesco Vago, kepada USA Today.
Menurut USA Today, saat ini tak ada teknologi yang beroperasi tanpa menghasilkan emisi karbon. Namun Vago berjanji untuk "bekerja dengan penyedia terkemuka dalam meminimalkan emisi karbon dengan tingkat integritas tertinggi."
Untuk itu, MSC Cruises membeli kredit karbon biru yang mendukung habitat pesisir, menurut USA Today. Ia juga berinvestasi dalam teknologi baru yang akan mendukung produksi nol emisi karbon. Kredit karbon merupakan skema penyelamatan lingkungan yang dikeluarkan oleh PBB. Di mana perusahaan atau negara membayar kepada negara lain, untuk menanam pohon atau berinvestasi pada energi terbarukan.
Hal tersebut dilakukan untuk membuat keseimbangan, antara perusahaan yang polutif dengan negara atau pihak-pihak yang terus melakukan penghijauan. Namun, para kritikus menuduh perusahaan-perusahaan yang membeli kredit jenis ini sebagai "greenwashing," menurut Miami Herald. Media itu melaporkan bahwa penelitian menunjukkan mereka tidak selalu memenuhi apa yang mereka janjikan.
"Ini benar-benar tergantung pada apa yang mereka lakukan," ujar Timothy Searchinger, peneliti masalah lingkungan dari Princeton University, mengatakan kepada Miami Herald. “Mereka harus menyadari bahwa penyeimbang lingkungan dengan membeli kredit karbon biru pada umumnya sebagian besar tidak nyata. Tapi ada peluang untuk berbuat lebih baik.”
Ketidakadilan itu, karena perusahaan lebih memilih membeli kreadit karbon ketimbang membeli teknologi yang ramah lingkungan, dengan alasan biaya lebih mahal. Jadi, masih lebih menguntungkan membeli kredit karbon.
Lepas dari masalah kredit karbon, MSC Cruises mewujudkan tekadnya untuk mengurangi jejak karbon dalam rupa kapal pesiar MSC Grandiosa. Kapal pesiar mewah itu akan diluncurkan pada 9 November 2020, dilengkapi dengan sistem pembersihan gas buang hibrida, sistem pengolahan air bersih, dan penggunaan lampu LED yang hemat energi.
Interior MSC Grandiosa. Dok. Seatrade Cruise
MSC Cruises juga mulai mempromosikan pemesanan tiket untuk pelayaran keliling dunia MSC Grandiosa. Kapal pesiar itu akan berlayar dari empat pelabuhan embarkasi Eropa pada Januari 2022. Penjualan dibuka sejak November untuk anggota MSC Voyagers Club, sementara masyarakat umum dapat mendaftar mulai 9 Desember.
Pelayaran ini bakal menyinggahi 43 pelabuhan di 24 negara dan lima benua, termasuk Prancis, Brasil, Selandia Baru, Malaysia, dan India. Termasuk 15 kunjungan di Ubud, Bali dan Mumbai, India.