Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Wisata ke Papua, Waspada 2 Hewan Berbahaya yang Bertubuh Kecil dan Besar

Ada cerita seorang wisatawan asal Rusia tewas karena dimangsa oleh hewan berbahaya di Raja Ampat, Papua.

2 April 2021 | 06.32 WIB

Ilustrasi nyamuk (Pixabay.com)
Perbesar
Ilustrasi nyamuk (Pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Setiap wilayah punya hewan endemik. Ada yang jinak, ada pula yang berbahaya. Binatang disebut berbahaya jika memangsa manusia dan menimbulkan efek mematikan. Saat berwisata ke Papua, kenali apa saja hewan berbahaya di sana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan ada dua hewan yang paling berbahaya di Papua. Satu bertubuh kecil daan satu lagi bertubuh besaar. "Hewan berbahaya yang bertubuh kecil namun mematikan adalah nyamuk Anopheles sp pembawa plasmodium malaria," kata Hari Suroto kepada Tempo, Jumat 2 April 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di Papua terdapat dua jenis malaria. Pertama malaria falcifarum atau malaria tropika, kedua malaria vivax atau malaria tertiana.

Hewan paling berbahaya selanjutnya adalah hewan terbesar di Papua, yaitu buaya. Buaya Papua, menurut Hari Suroto, terdiri atas dua jenis. Jenis pertama berukuran kecil dan hidup di danau, rawa, dan sungai berair tawar. "Buaya ini kerap menjadi buruan penduduk pedalaman dan dagingnya dimakan," katanya.

Jenis buaya kedua berukuran besar yang dikenal dengan buaya air asin atau buaya estuaria. Buaya air asin menjadi sumber kekhawatiran warga Papua yang tinggal di pesisir. "Buaya jenis ini suka menyerang dan meminta korban manusia," kata Hari yang juga dosen arkeologi Universitas Cenderawasih.

Ilustrasi buaya. ANTARA

Dia menjelaskan, panjang buaya air asin mencapai 7 meter. Hal ini diketahui saat penduduk Kampung Piramat menangkap seekor buaya air asin pada 1970. Buaya besar tersebut diyakini pernah memangsa 55 manusia dan sangat banyak anjing dan babi yang mendadak hilang.

Pada April 2016, wisatawan asal Rusia tewas diserang buaya air asin di Raja Ampat. Buaya ini menghuni spot-spot tertentu di Raja Ampat, untuk melindungi diri. Namun pada umumnya, buaya air asin memilih menjauh dari manusia. "Begitu mendengar suara mesin perahu, mereka secepatnya bersembunyi di dalam air," ucap Hari.

Apabila habitat buaya ini terganggu, Hari Suroto melanjutkan, tentu mereka akan menyerang manusia. Kendati termasuk hewan berbahaya, buaya tergolong binatang langka yang harus dilindungi. Masih banyak pemburu buaya yang mengambil daging dan kulitnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus