Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Mataram - Aktivitas wisata ke kawasan mangrove bukan hanya untuk menikmati suasana atau menanam bibit mangrove. Wisatawan bisa juga menambah pengetahuan tentang mangrove yang sudah berusia ratusan tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mangrove purba itu terletak di Dusun Paton Bako, Desa Jerowaru, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat atau NTB. Namanya desatinasi wisata Bale Mangrove yang dikelola dengan konsep ekowisata bahari mengrove oleh Kelompak Sadar Wisata atau Pokdarwis Bale Mangrove. Dalam bahasa Suku Sasak, Bale berarti rumah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk sampai di Bale Mangrove, wisatawan akan melalui jalan dari arah Desa Jerowaru menuju Dusun Poton Bako. Dusun Poton Bako berada tidak jauh dari Dermaga Telong Elong. Luas area hutan mangrove di Bale Mangrove sekitar dua hektare dan terdiri atas berbagai macam jenis mangrove. Mulai dari usia usia pembibitan hingga yang sudah puluhan, bahkan ratusan tahun. Setiap Ahad, di sana berlangsung sekolah alam Lentera Bahari.
Destinasi wisata Bale Mangrove di Kabupaten Lombok Timur, NTB. Dok. Muhammad Nursandi
Ketua Pokdarwis Bale Mangrove, Lukmanul Hakim mengatakan, filosofi nama Bale Mangrove adalah menggambarkan mangrove yang terjaga, terlindungi, dan bermanfaat bagi daerah pesisir. Dia menjelaskan, ada dua jenis tanaman yang tumbuh subur di sana, yakni Rhizophora dan Sonneratia Alba.
Rhizophora tingginya sekitar 25 - 40 meter, sedangkan Sonneratia Alba atau penduduk sekitar menyebutnya pohon Pining atau pohon bakau purba, rata-rata berusia seratusan tahun. "Wisata ini baru berjalan tiga bulan dan bermula dari inisiatif pemuda Dusun Poton Bako," kata Lukmanul Hakim.
Destinasi wisata ini terletak di kawasan Teluk Jukung. Dari sini, wisatawan bisa sekaligus berwisata ke Pulau Maringkik, Pulau Pasir Putih, sampai Pantai Pink dan Sumbawa. Bale Mangrove dikelola oleh dua lembaga, yaitu Pokdarwis Bale Mangrove yang dipimpin Lukmanul Hakim dan Kelompok Masyarakat Pengawas atau Pokmaswas Kompas yang dipimpin Andre Putra.
Destinasi wisata Bale Mangrove di Kabupaten Lombok Timur, NTB. Dok. Muhammad Nursandi
Di dalam Bale Mangrove terdapat jalan yang terbuat dari kayu sepanjang sekitar 200 meter. Di sejumlah titik di sepanjang jalan itu terdapat beberapa spot yang menarik untuk menjadi latar foto. Dalam sehari, Bale Mangrove dikunjung sekitar 100-an wisatawan. Sedangkan di akhir pekan sekitar 150 - 200 wisatawan. Tiket masuknya Rp 5.000 per orang.
Selain berjalan-jalan di sepanjang jalan kayu dan berfoto, wisatawan dapat melakukan aktivitas menarik di Bale Mangrove. Di antaranya, naik kano, kemping, foto piknik di hammock, mengikuti pembibitan dan edukasi. Pengelola Bale Mangrove juga menyiapkan perahu jika ada wisatawan yang ingin menyeberang ke Gili Kapal, Petelu, Pantai Pink, dan berbagai tempat wisata lain di Teluk Jukung.
Teluk Jukung menjadi titik strategis untuk menghubungkan sejumlah destinasi wisata di Kabupaten Lombok Timur. "Bale Mangrove menjadi destinasi wisata yang berkembang di wilayah selatan dan diharapkan bisa terintegrasi dengan KEK Mandalika," kata Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Kabupaten Lombok Timur, Muhammad Nursandi.
Aktivitas Sekolah Alam Lentera Bahari di destinasi wisata Bale Mangrove, Kabupaten Lombok Timur, NTB. Dok. Lukmanul Hakim
Baca juga:
Wisata ke Gili Petagan, Lombok, NTB, Ada 10 Ribu Pohon Mangrove Baru
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.