Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Wisata Sejarah, Nisan Makam Raja Utuh tapi Jasadnya Dicuri

Wisata sejarah di Makam Raja-raja Mataram di Kotagede, Yogyakarta memiliki banyak cerita menarik.

2 Mei 2019 | 16.57 WIB

Sejumlah abdi dalem Keraton Surakarta menuju Masjid Agung Kotagede, Yogyakarta, untuk berdoa bersama sebelum memualai tradisi sadranan atau membersihkan Makam Raja-raja Mataram di Kotagede menjelang Ramadan, Minggu, 21 April 2019. TEMPO | Pito Agustin Rudiana
Perbesar
Sejumlah abdi dalem Keraton Surakarta menuju Masjid Agung Kotagede, Yogyakarta, untuk berdoa bersama sebelum memualai tradisi sadranan atau membersihkan Makam Raja-raja Mataram di Kotagede menjelang Ramadan, Minggu, 21 April 2019. TEMPO | Pito Agustin Rudiana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Makam raja-raja Mataram di Kotagede, Yogyakarta menjadi destinasi wisata sejarah yang banyak diminati. Dalam sehari, tercatat lebih dari 5.000 peziarah yang datang ke makam raja-raja Mataram itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca: Wisata Sejarah, Teka-teki Letak Kerajaan Mataram di Kotagede

Di sana terdapat makam Raja Pajang, Sultan Hadiwijaya, Ki Ageng Pemanahan, Danang Sutawijaya yang kemudian bergelar Raja Panembahan Senopati, dan makam Sultan Hamengku Buwono II. Raja Pajang Sultan Hadiwijaya adalah penerus trah Kesultanan Demak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sultan Hadiwijaya memberikan hadiah Alas Mentaok kepada Ki Ageng Pemanahan setelah berhasil membunuh musuh Kerajaan Pajang, Aryo Penangsang. Ki Ageng Pemanaham kemudian membangun wilayah Alas Mentaok yang menjadi tempat cikal bakal berdirinya Kerajaan Mataram, yaitu Kotagede di Yogyakarta.

Ki Ageng Pamanaham memiliki anak bernama Danang Sutawijaya. Dia kemudian menjadi Raja Mataram I dengan gelar Panembahan Senopati. "Panembahan Senopati menganggap Sultan Hadiwijaya seperti ayah angkatnya," kata juru kunci Makam Raja-raja Mataram Kotagede, Mas Lurah Endri Wisastro saat ditemui Tempo di Kantor Sekretariatan Makam Kotagede, Sabtu 27 April 2019.

Ketika Sultan Hadiwijaya wafat, jasadnya dimakamkan di Dusun Butuh, Purwodadi, Jawa Tengah. Lantaran Panembahan Senopati menganggap Sultan Hadiwijaya seperti ayah angkatnya dan menghormati karena telah memberikan lahan untuk mendirikan Kerajaan Mataram, maka dia memindahkan jenazahnya ke Makam Kotagede sama dengan tempat Ki Ageng Pemanahan dimakamkan.

Suasana halaman Makam Raja-raja Mataram di Kotagede, Yogyakarta, Sabtu, 27 April 2019. TEMPO | Pito Agustin Rudiana

"Dipindahkan dengan dicuri. Jenazahnya tidak diambil dari atas melewati batu nisan, tapi dari samping," kata Endri. Tujuannya ada dua, Panembahan Senopati menghormati Sultan Hadiwijaya sehingga tak ingin mengobrak-abrik makamnya. Kedua, Panembahan Senopati ingin Kerajaan Pajang tunduk pada Kerajaan Mataram. "Jadi ada alasan politisnya."

Lantas apakah Kerjaan Pajang mau tunduk kepada Kerajaan Mataram? "Kerajaan Pajang kan lebih tua daripada Mataram. Otomatis tak mau tunduk," kata Endri. Hingga kini, nisan di makam Sultan Hadiwijaya di Dusun Butuh, Purwodadi, Jawa Tengah, masih utuh. Masyarakat di sana meyakini jenazah Raja Pajang Sultan Hadiwijaya masih bersemayam di dalamnya.

Pito Agustin Rudiana

Koresponden Tempo di Yogyakarta

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus