Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bertepatan dengan perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia, film-film bertema perjuangan ramai dibicarakan. Salah satunya film Soekarno yang ditayangkan Trans7 dalam Movievaganza.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Film garapan sutradara Hanung Bramantyo itu, menceritakan masa remaja Soekarno hingga memprokalamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Film tersebut mengambil latar beberapa lokasi. Tiga di antaranya sangat familiar bagi traveler.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Stasiun Ambarawa
Stasiun Ambarawa juga berfungsi sebagai Museum Kereta Api Ambarawa. Lokasinya berada di Kabupaten Semarang. Di museum itu, sejarah perkeretaapian di Indonesia, dipaparkan dengan komplit. Museum ini terletak di Jalan Panjang Kidul nomor 1, Panjang Kidul, Panjang Kecamatan Ambarawa.
Stasiun Kereta Api Ambarawa di Kabupaten Semarang kini telah menjadi museum sejak tahun 1873. Pada bangunan bersejarah tersebut masih bertuliskan ANNO 1873, Willem I. Stasiun kereta api tersebut dibangun saat Raja Willem berkuasa di zaman Hindia Belanda.
Sebelum memasuki museum, pengunjung dikenakan biaya tiket masuk Rp10.000 untuk dewasa, dan Rp5.000 untuk anak di atas tiga tahun dan pelajar. Tidak ada harga khusus di akhir pekan.
Berbagai lokomotif mesin uap dan mesin diesel masih bisa dilihat di museum. Informasi berbagai jenis kereta dan stasiun, hingga terowongan zaman Belanda dipajang di dinding untuk menambah pengetahuan wisatawan.
Tak hanya melihat berbagai koleksi museum kereta, pengunjung juga ditawarkan kemegahan rute menaiki kereta uap berusia ratusan tahun peninggalan Belanda. Manajer Museum Lawang Sewu dan Indonesia Railway Museum, Trisna Cahyani mengatakan, pengunjung yang ingin merasakan sensasi naik kereta uap tidak serta merta langsung bisa menikmatinya.
Sejumlah wisatawan mengabadikan foto di atas lokomotif uap yang berada di dalam Museum Kereta Api Ambarawa. Salah satunya adalah lokomotif C5029 yang beroperasi sejak abad 19. TEMPO/Fitria Rahmawati
"Harus melalui pemesanan, ordernya melalui PT KA Pariwisata, anak perusahaan yang dipercaya PT KAI (Persero) untuk mengelola Lawang Sewu dan KA Ambarawa," kata Trisna.
Meski demikian, pengunjung bisa menaiki kereta api wisata reguler dari lokomotif bermesin diesel yang didesain ulang sejak 1992. Menariknya, gerbong CR:71-1 yang masih asli sejak 1912 (direvitalisasi pada 1991) ini masih kokoh menampung penumpang.
Gerbong tersebut mampu mengangkut hingga 25 orang. Interiornya membawa pengunjung ke awal abad 19, dengan atap kayu bercat putih di dalamnya dan kursi kayu bercat cokelat.
Tidak ada kaca pada jendela gerbong tersebut, namun penumpang dijamin keamanannya saat kereta melaju dengan kecepatan maksimal 45 km per jam. Selama perjalanan wisatawan ditemani satu pramuwisata mengenakan seragam putih bak petugas kereta api zaman Belanda. Ia yang menjelaskan mengenai sejarah kereta tersebut.
Tarif kereta reguler menggunakan kereta lokomotif bermesin diesel dikenakan Rp50.000 per orang -- tarif dikenakan mulai usia tiga tahun. Relasi yang ditawarkan hanya satu rute yakni dari Ambarawa menuju Stasiun Tuntang, kembali lagi ke Ambarawa.
Lama perjalanan yang ditempuh sekira 60 menit, dengan jarak 7 km. Rute itu mengajak pengunjung melewati pemandangan menarik, seperti area persawahan dan membelah Rawa Pening.
Stasiun Gubeng
Stasiun Surabaya Gubeng merupakan salah satu stasiun kereta api tua milik perusahaan Hindia Belanda, Staatsspoorwegen. Pembangunan stasiun tersebut, pada awalnya untuk melayani jalur Surabaya-Pasuruan. Dan diresmikan penggunaannya pada 16 Mei 1878. Stasiun ini pertama kali dibangun di sisi barat rel kereta api.
Sisi barat Stasiun Gubeng atau bangunan lawas stasiun gubeng yang didirikan pada tahun 1878. Foto: @aldi_ching
Lalu, dibangun lagi gedung stasiun di sisi timur yang lebih besar dan modern. Bangunan baru itu diresmikan pada 7 Juni 1996. Stasiun ini dikenal para traveler sebagai stasiun transit. Terutama bagi wisatawan dari Bandung, Jakarta, Yogyakarta, yang ingin melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi atau Malang.
Stasun yang bersih di lingkungan bernuansa Belanda, membuat Stasiun Gubeng sangat pas untuk latar film Soekarno. Bagi traveler yang masih ingin melanjutkan perjalanan, sembari menunggu kereta bisa berjalan-jalan di berbagai destinasi wisata. Stasiun Gubeng di sisi barat berseberangan dengan Grand City Mal, dan hanya butuh jalan kaki lima menit untuk menjangkaunya.
Stasiun ini juga dekat dengan Monumen Kapal Selam. Di monumen itu, para traveler bisa masuk dan menikmati ruangan kapal selam peninggalan Perang Dunia II itu. Di Monumen Kapal Selam juga terdapat taman untuk bermain skateboard.
Kebun Raya Bogor
Pada masa akhir pemerintahan Orde Baru, Presiden Soekarno banyak berada di Istana Bogor. Sutradara Hanung Bramantyo, membawa penonton ke suasana masa lalu Bogor dengan latar Kebun Raya Bogor. Kini, kebun raya itu tak hanya memamerkan suasana yang asri dan koleksi flora tropis yang komplit.
Menurut Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI, Laksana Tri Handoko, pihaknya bekerja sama dengan PT Mitra Naturaya atau MNR menambah unsur edukasi wisata di sana. Dengan konsep eduwisata kreatif, pengunjung Kebun Raya Bogor tidak sekadar duduk-duduk di bawah pohon rindang dan menikmati makanan.
Beberapa aktivitas edukasi wisata yang dibuat antara lain informasi tanaman langka koleksi Kebun Raya Bogor ,sampai panduan penerapan protokol kesehatan di masa new normal pandemi Covid-19. Para petugas dan pengunjung Kebun Raya Bogor harus memakai masker, menjaga jarak, rajin mencuci tangan dengan air mengalir menggunakan sabun atau hand sanitizer.
Pengunjung Kebun Raya Bogor harus bermasker dan mematuhi aturan jarak. Foto: @andi_m_ridwan
Pengelola Kebun Raya Bogor juga menjual tiket melalui daring, sehingga tidak ada kerumuman pengunjung yang membeli tiket di loket. Langkah ini diambil sekaligus mendorong masyarakat menuju era digital. Selain itu, pengelola Kebun Raya Bogor membatasi kendaraan pribadi yang masuk untuk mengurangi polusi. Pengunjung dapat memanfaatkan kendaraan terbuka untuk berkeliling.
Kebun Raya Bogor kembali beroperasi sejak Selasa, 7 Juli 2020, setelah empat bulan tutup karena wabah virus corona.