Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEJUMLAH kuda-kudaan dari anyaman bambu itu kini telantar dan berdebu. Tuannya, Maryanto, 28 tahun, tak lagi menyentuhnya. Dulu biasanya, dengan sejumlah muridnya, Maryanto acap menggelar pentas. Muridnya dengan lincah menunggang kuda-kuda beraneka warna itu. Pecut di tangan Maryanto sesekali menggeletar. Jaran dor, demikian warga Jawa Tengah menyebut kesenian ini. Kendati bermarkas di Solo, jaran dor Maryanto sudah berkelana hingga ke kota di seantero Pulau Jawa.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo