Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

2 keranjang berdarah

Mayat henny liliang, 49, terpotong-potong ditemukan dalam 2 keranjang bambu di selokan dekat bioskop caprina cijantung, jakarta. skr, tersangka pembunuhan masih dalam kejaran polisi.

10 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MAYAT Henny Lihiang diketemukan, Sabtu siang 13 Agustus, dalam keadaan begini: tubuhnya dipotong rapi dalam tujuh bagian. Kepalanya terlepas dari leher. Kedua lengannya juga terpisah dari badan. Sedang kedua kakinya yang sudah dicopot dari tempatnya, masih dikerat menjadi dua bagian lagi. Potongan-potongan tubuh perawan ini, 49, ditemukan orang dalam dua keranjang bambu di selokan dekat bioskop Caprina Cijantung, Jakarta, jalan raya menuju Bogor. Potongan tubuh, yang waktu itu belum diketahui identitasnya, segera dikirim ke RSUP. Di sana, oleh para dokter, keratan tubuh itu disambungkan kembali untuk dikenali. Keluarga Th Lihiang, yang sudah kehilangan Henny sejak Jum'at sehari sebelumnya, segera mengenalinya. Henny, pemegang kas pada sebuah kantor pemerintah di Merdeka Timur Jakarta. Jenazahnya kemudian dimakamkan di Menteng Pulo. Tersangka pembunuhan, oleh polisi, dinyatakan buron. Ia, tersangka pembunuh berdarah dingin, mungkin bernama Skr. Teman sepekerjaan Henny. Ia, begitu keterangan beberapa orang polisi, pernah menelepon Komdak Metro Jaya dan mengaku sebagai pembunuh. Dan dikatakannya juga ia kini bersembunyi di salah sebuah kota di Jawa Tengah. Polisi sendiri, menurut Kadispen Komdak RA. Tonang, sudah berhasil mengidentifisir Skr. Bahkan beberapa tempat yang diduga menjadi persembunyian sudah digerebek. Hasilnya memang belum ternyata. Tapi, kata Mayor Tonang, "penangkapan tersangka tinggal menunggu waktu saja." Semuanya sudah jelas berada di bawah mata polisi. Seluruh anggota polisi di Jawa Tengah sudah dikerahkan. Foto Skr oleh Markas Besar Kepolisian RI sudah disebarluaskan berikut perintah penangkapannya. Ngutang Lagi Skr mungkin tak bisa bergerak banyak. Apalagi, diduga -- karena rumahnya di Jakarta sudah kosong -- ia 'mengungsi' bersama keluarganya. Tersangka, menurut beberapa rekan sekerjanya, memang bukan orang yang simpatik. Ia dikabarkan beristeri 3 orang. Belum lagi apa yang dikabarkan sebagai simpanannya. Itulah sebabnya motif pembunuhan terhadap Henny, pegawai pemegang kas, mudah direka-reka orang. Mungkin soal keinginan pinjam uang yang ditolak oleh Henny. Apalagi, menurut keluarga korban, beberapa hari sebelum Henny tewas ia ada mengeluh soal tingkah rekan sekerjanya: "Ah, pinjaman yang dulu belum dibayar sudah mau 'ngutang lagi." Dan Henny, patut diketahui, menurut rekan-rekannya ia terkenal sebagai pegawai yang disiplin. Bagaimana cara Skr menggasak Henny juga belum diumumkan secara resmi oleh polisi. Berita yang terbetik, yang tentunya bersumber dari kalangan kepolisian juga menyebutkan: Pembunuhan itu mungkin dilakukan di sebuah ruangan kantor tempat Henny bekerja itu juga. Di lantai memang tak terdapat bekas pembunuhan. Lantai dapat dibersihkan bukan? Tapi di beberapa bagian lantai masih ada sedikit tanda-tanda yang mungkin itu darah manusia. Juga di bola lampu ada sebercak darah. Menurut polisi, pembunuhan mungkin bisa dilakukan oleh Skr seorang diri. Tapi tentu ada orang yang membantunya membersihkan lantai, mengangkat potongan tubuh korban, sampai membuangnya ke selokan di Cijantung sana. Ada sekitar 4 orang yang sudah diperiksa. Antara lain karyawan H yang biasa bertugas sebagai pesuruh kantor. Penjaga Malam Keterangan beberapa orang pekerja pembuat jalan di Jalan Raya Bogor di mana potongan tubuh Henny ditemukan juga menarik. Pukul 3 pagi, sebelum jam 10 mayat Henny ditemukan orang dalam dua keranjang, beberapa penjaga malam pekerja jalan melihat sebuan pikap Colt berhenti tak jauh dari mereka. Kecurigaan memang ada. Tapi itu hanya berhubungan dengan prasangka: mungkin pencuri biasa saja. Apalagi mereka pernah kecolongan peralatan mobil penggiling. Ketika penumpang pikap turun, dan karena tampaknya hanya seperti mau berhajat kecil saja, para penjaga malam tak peduli lagi. Mungkin penumpang pikap itulah yang menurunkan keranjang berdarah pagi itu. Penjaga malam proyek perbaikan jalan memang tak melihat hal itu. Tapi, lebih kurang dekat pikap itu berhenti, pagi harinya di situ terdapat tetesan-tetesan darah dari pinggir jalan sampai di selokan. Melihat optimisme polisi dalam menjajaki tersangka yang tampaknya tak terlampau gelap, keterangan yang jelas bakal cepat diperoleh. Apalagi Skr sudah berada di bawah mata polisi, bukan?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus