Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Alap-alap pulsa telepon

Telkom rugi miliaran rupiah setelah dua tahun pulsanya diakali. ada manipulasi alat dan sentral bayangan untuk telepon mobil di bandung.

1 Mei 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEGEMARAN memakai telepon genggam yang belakangan ini melanda elite baru di kota-kota besar agaknya menggoda Butje Budiman memutar akalnya. Lelaki lulusan sekolah perhotelan yang gemar mengutak-atik alat elektronik ini kemudian menyulap handy talky (HT) menjadi sejenis telepon mobil. Ulah tersebut terbongkar pekan lalu. Kantor pemasaran tempat Butje beroperasi, di Jalan Martanegara, Bandung, digerebek polisi. Di tempat itu, polisi yang menyamar sebagai pelanggan meraup kuitansi bukti pembayaran pelanggan. Kemudian, di pos pengendali sentral telepon di Jalan Ciheulang 50, polisi menemukan beberapa HT dan perangkat telepon. Polisi lalu menangkap Butje bersama tiga temannya, Tony Shantony, C. Hendarwan, dan Yuyun, yang diduga ikut menyelenggarakan jasa telepon gelap ini. Caranya, nomor telepon yang ada di rumah Yuyun di Jalan Ciheulang itu mereka pakai sebagai pusat stasiun telepon bayangan. Mereka membuat perangkat repeater yang terdiri dari duplexer dan controller yang dilengkapi sebuah menara yang tingginya sekitar 40 meter. Kelompok ini menamakan dirinya Citizen Band General Telephone (CBGT) nama ini juga mereka pakai di stempel untuk kuitansi pendaftaran. Setelah stasiun tadi berdiri, kelompok Butje memasarkan HT yang memiliki kode frekuensi tertentu yang dapat dioperasikan sebagai layaknya telepon mobil. Tapi alat ini baru berdaya jangkau sekitar 20 kilometer masih dalam kawasan Kota Bandung dan sekitarnya. Hanya saja alat tersebut belum bisa dipakai sebagai penerima. Karena harga jualnya relatif lebih murah dibandingkan dengan telepon mobil, ternyata hasil rekayasa Butje itu mulai digemari peminatnya. Untuk memiliki HT itu, tiap anggota dikutip Rp 2,5 juta, ditambah dengan biaya pendaftaran dan iuran Rp 60.000 per bulan. Sedangkan harga sebuah telepon mobil sekitar Rp 14 juta. Ini belum lagi biaya pulsa. Mereka sudah punya 41 pelanggan. Sebagian besar adalah pengusaha. HT buatan Butje ini, menurut pelanggannya, sangat menguntungkan minimal bisa dipakai sebagai telepon jika menerima pesan dari radio panggil yang mereka pakai. ''Saya tidak usah repot lagi mencari telepon umum,'' kata seorang karyawan swasta yang sudah empat bulan menjadi pelanggan CBGT. Kelompok Butje, menurut polisi, telah menyalahgunakan frekuensi untuk HT ke HT itu dengan menjualnya kepada umum. ''Padahal yang memiliki jasa telepon adalah PT Telkom,'' kata Kolonel Waliran, Kepala Kepolisian Wilayah Kota Besar Bandung, kepada TEMPO. Mereka, menurut Waliran, bisa diancam pidana 4 tahun penjara atau didenda Rp 40 juta. Rugikah pihak Telkom dengan ulah utak-atik Butje itu? Ternyata tidak. ''Karena semua pulsa yang masuk tetap tercatat dan terbayar,'' kata Doddy Amarudien, General Manager Public Relations PT Telkom. Rata-rata mereka membayarnya Rp 160 ribu per bulan. Yang menjadi persoalan, mereka justru menjual jasa telekomunikasi itu secara gelap. Kepada polisi, Butje mengaku hanya ikut-ikutan. Sebelumnya, ia memang rajin mengutik-atik alat telepon semacam ini. Ia bergabung untuk menjual jasa telepon itu, menurut petugas kepada TEMPO, karena Tony Shantony akan mengaku yang bertanggung jawab jika terjadi apa-apa. Sementara itu, Tony juga mengaku sebagai korban seorang pengusaha dari Jakarta yang menitipkan alat itu padanya. Mulanya ia dan temannya ditawari perangkat telepon. Orang ini juga meminjam uang. ''Maksudnya berbuat baik. Belakangan ia dituduh sebagai otak dari jaringan jasa telekomunikasi gelap,'' kata Bob Nainggolan, pengacara Tony. Selain membongkar kasus sentral telepon gelap, Kepolisian Wilayah Kota Besar Bandung bersama PT Telkom, awal April lalu, juga membongkar komplotan pencuri pulsa. Pencurian itu dilakukan Basuki, pegawai bagian sarana penunjang PT Inti pemasok utama peralatan PT Telkom. Ia beraksi bersama Husena dan Usep, teman sekerjanya yang bertugas di bagian instalasi, dibantu Salim, insinyur elektro. Cara kerja Basuki dan kawan-kawannya, menurut Doddy Amarudien, menyulap kode SLJJ (sambungan langsung jarak jauh) dan SLI (sambungan langsung internasional), yaitu dengan mengubah fungsi angka nol, yang biasanya dipakai untuk menyambung pembicaraan jarak jauh (interlokal dan internasional). Kode yang mereka manipulasi itu membuat sentral Telkom tidak mengenalnya. Mereka bisa melakukan pembicaraan jarak jauh tanpa terdeteksi. Dan mereka menikmati hasil mengalap-alap pulsa ini, menurut polisi, sekitar dua tahun. Awal April lalu itu timbul kecurigaan karena telepon milik Basuki, menurut pemantauan di Kantor Telkom, sangat sering dipergunakan. Anehnya, tagihan rekeningnya bukannya naik, malah berbalik melorot pernah mencapai Rp 1 juta, belakangan turun drastis, hanya Rp 20.000 sebulan. Lalu Telkom buru-buru mengubah program telepon dengan sistem baru. Lewat sistem baru itu, semua pulsa pembicaraan dari Basuki dan kawan-kawannya tercatat. Basuki kaget ketika tagihannya membengkak. Lalu ia mengeluh tentang melonjaknya tagihan itu ke Kantor Telkom. Ternyata, polisi sudah menunggunya, untuk menangkap lelaki tamatan STM ini. Program data base dan telepon yang dipergunakan tersangka disita sebagai barang bukti. Rekayasa kelompok Basuki ini, menurut Doddy, membuat pihak Telkom menderita rugi miliaran rupiah. ''Berapa persisnya, hingga kini masih dihitung,'' katanya pekan lalu kepada Asikin dari TEMPO. Dan dikabarkan bahwa kode rahasia buatan Basuki ini sudah sempat dijualnya kepada sejumlah pengusaha di Bandung. Gatot Triyanto (Jakarta) dan Ida Farida (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus