Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan penyelidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Aulia Postiera dan aktivis KontraS Haris Azhar menaruh curiga bahwa peretasan Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) oleh kelompok Brain Cipher merupakan pengalihan isu terhadap penanganan judi online. Kelompok peretas Ransomware itu telah memberikan kunci dekripsi PDNS secara cuma-cuma untuk Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada Rabu, 3 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ini agak lucu, yang namanya penjahat ransomware, hacker yang melakukan kegiatan Ransomware ya motifasinya uang,” kata Aulia yang juga penggiat IT Scurity dalam siniar di kanal YouTube eks penyidik Senior KPK Novel Baswedan, yang tayang Ahad, 7 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, Brain Chiper sebagai pelaku aksi serangan siber jenis ransomware telah meminta maaf pada masyarakat Indonesia pada Selasa, 2 Juli. Mereka diketahui menyerang PDNS milik Kementerian Kominfo pada Kamis, 20 Juni. Pada Rabu, 3 Juli, kunci akses data PDN yang diretas telah mereka serahkan kepada pemerintah.
Perbincangan dimulai dengan Novel yang menyatakan bahwa per Rabu, 3 Juli, kunci peretasan PDNS telah diberikan oleh hacker Ransomware. Artinya, kata dia, permasalahan data PDNS yang sempat terkunci oleh peretas dan membuat ratusan instansi lumpuh telah rampung. Namun, secara tersirat, ia menyentil lewat pertanyaan bahwa ada sindikat dalam kasus ini.
“Berbicara terkait dengan PDN, hari ini kan, Rabu, kunci sudah diberikan, artinya sudah selesai, sudah aman, dong? Loh, apa yang masalah lagi? Kan kunci sudah diberikan. PDN digembok, dikunci, kunci diberikan, selesai masalahnya,” kata Novel memulai siniar. Tempo telah diizinkan mengutip percakapan dalam siniar bertajuk “Warning! Hacker PDNS Janggal, Jangan-Jangan Pengalihan Isu Judi Online?” tersebut.
Menanggapi pertanyaan Novel, Aulia menaruh curiga lantaran awalnya hacker yang menggunakan Ransomware lockbit 3.0 itu meminta tebusan 8 juta dolar AS atau Rp 131 miliar kala berhasil menciduk data PDNS. Kejadian ini membuat ribut pemerintah hingga Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR menggelar rapat dan Presiden Joko Widodo atau Jokowi memanggil pejabat terkait.
“Kalau kita tarik di awal kejadian, jangan kita potong di hari Rabu aja ya, dari awal kejadiannya itu, PDN diserang oleh kelompok Ransomware yang namanya Brain Cipher, menggunakan lockbit 3.0. Ketika dia menguasai data kita, dia meninggalkan pesan. Pesannya itu dia minta tebusan 8 jita us dolar atau rp 131 miliar,” kata Aul, sapaan Aulia Postiera.
Lalu, kata Aul, tidak lama setelah itu, tepatnya 2 Juli, peretas kemudian meninggalkan pesan di dark web bahwa mereka akan memberikan kunci akses penggembokan data PDNS yang diretas secara percuma. Hal itu tentu berseberangan dengan sikap peretas di awal kejadian. Pihaknya menaruh curiga ada sosok di balik peretasan tersebut untuk mengalihkan isu. Apalagi, menurut dia, tidak ada hacker baik hati.
“Nah, bisa jadi, ini hipotesis, ada afiliatornya di dalam sini sehingga terjadilah kemarin, kejadian itu. Cuma kita enggak tahu bagaimana pastinya. Karena ini harus dibuktikan secara foresnik oleh BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara) seperti apa kejadiannya sebenarnya. Karena memang nggak ada ceritanya hacker baik hati. Siapapun yang paham keamanan siber, pasti ketawa lihat kejadian ini,” kata Aul.
Sementara itu menurut Direktur Lokataru dan penggiat HAM Haris Azhar, peretasan tersebut mengindikasikan adanya permainan. Lantaran, kata dia, serangan terjadi beberapa hari setelah gembar-gembor perang terhadap judi online. Besarnya transaksi judi online seperti yang dilaporkan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menandakan operasi judi online yang cukup masif. Artinya memang ada pihak yang mengendalikannya.
“Kita enggak punya data atau langsung bisa menunjuk hidung. Tapi kan secara konspiratif, kita yang disuguhi informasi - termasuk yang disuguhi juga dengan platform judi yang muncul di mana-mana, setiap kita buka aplikasi apa muncul pop up iklannya kan, kita kan jadi terpaksa ya, membuat hipotesis kenapa ini serangan terhadap PDN hanya berkisaran hari dengan upaya negara atau diskursus negara memerangi judi online,” kata Haris.
“Dan memang agak menarik ya, karena belakangan ini setelah masalah isu PDN ini ramai, judi online jadi enggak ada suaranya lagi. Tenggelam, atau istirahat barang kali, cuti,” kata Novel menanggapi.
Aul juga memberikan argumentasi terkait dugaan adanya pihak yang berupaya menghalangi pemerintah memerangi judi online. Eks penyidik KPK ini teringat kejadian sekitar akhir tahun lalu. Ketika itu, kata dia, media Kompas menaikkan investigasi terkait judi online dalam satu halaman penuh. Buntutnya, situs media tersebut mendapat serangan siber dan lumpuh berjam-jam
“Saya gara-gara bang Haris bilang ada dugaan kaitannya dengan judi online, saya jadi teringat kejadian tahun lalu. Saat Kompas menaikkan investigasi mereka satu halaman penuh terkait judi online di akhir tahun. Apa yang terjadi setelah itu? Web-web kompas diserang sampai lumpuh beberapa jam,” kata Aul.
“Artinya ada kemiripan dengan kejadian saat ini ya?” tanya Novel Baswedan. “Kita tidak menunjuk hidung, tapi kita patut menduga,” kata Aulia.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | ALIF ILHAM FAJRIADI