JERIT tangis bocah itu mengagetkan Tan Heng Hie. Itu suara cucu terkecilnya, Debby, 5 tahun. Suara pada pukul 03.00 itu disusul bentakan. Tapi bukan suara Sony Mapadjaja, ayah Debby. Jadi, suara siapa? Tan melangkah ke depan kamar cucunya. Entah mengapa, dia ragu membuka kamar itu. Ia malah memeriksa bagian rumah yang lain. Tak ada yang mencurigakan. Baru setelah balik lagi ke kamar cucunya itu, dilihatnya darah berceceran. Kakek 70 tahun itu menjerit keras. Tetangga berdatangan. Di kamar itu putri bungsunya, King Nyo, 27 tahun terjerat kabel Leher Nyo menyatu dengan leher Lydia, anaknya yang berusia enam tahun. Mereka terkapar di kasur. Darah meleleh dari luka bacokan di atas telinga kiri King Nyo. Di sisi kamar, tubuh Sony Mapadjaja, 35 tahun, suami King Nyo, penuh bacokan. Si Debby yang suaranya terdengar tadi tersandar di dinding. Pingsan. Pipi dan bahunya memar seperti bekas bantingan. Selain mereka, di rurnah itu ada Musilah 36 tahun, yang dikawini Tan, serta dua pembantu rumah tangga, Suyanah dan Kanti. Cerita dua pembantu rumah tangga ini lain lagi. Pagi dinihari itu, mereka akan membersihkan ruang tamu. Mereka kaget ketika menemukan ceceran darah. Lalu membangunkan Tan. Hingga seminggu sejak kejadian itu polisi belum menemukan jawaban. Tak ada benda yang dijarah si pembunuh. Hanya ada tiga tas kecil milik King Nyo yang berserakan. Pembunuhan sekeluarga akhir April lalu, di rumah Jalan Teuku Umar, Kediri, itu belum jelas motifnya. Tapi menurut sumber TEMPO di Polres Kediri, diduga pembunuhan itu - tak berkaitan - antara warisan atau cinta. Sony diwarisi neneknya berupa rumah dan tanah di Pare, Kediri, ditawar Rp 30 juta. Sertifikat tanah warisan itu dipegang Sony. Belakangan surat tanah itu dipermasalahkan keluarga Sony. Soal sertifikat tanah ini cak menutup kemungkinan pihak keluarga di rumah itu terlibat. Untuk memasuki rumah itu tak gampang, kecuali kalau ada bantuan orang dalam. Soal cinta? King Nyo, sehari-hari kerjanya membuka salon Citra Dewi. Dia berangkat pagi dan pulang sekitar pukul 21.00. Konon, hubungan Sony dengan King sudah tak serasi, karena si suami pernah menghamili pembantunya. Sedangkan Nyo yang cantik? Katanya, ia punya pacar gelap. Lalu bagaimana? "Pelacakan selama ini belum diarahkan pada orang-orang tertentu," kata sumber di Polres Kediri. Sedangkan Debby yang bocah itu cuma mampu menjelaskan, "Saya dibanting oleh seorang laki-laki kekar." Walau begitu, polisi yakin kasus ini akan terbongkar. Dan sedikit keterangan dari sumber di polisi. Malam itu sekitar pukul 01.00 ada sebuah pikup Chevrolet parkir di depan rumah korban. Seperempat jam kemudian, ketika untuk kedua kalinya patroli itu lewat, pikap itu masih diparkir. Dan sopirnya memundurkan mobil itu, persis seperti yang dilakukan ketika mobil patroli itu lewat. Cuma, inilah sialnya, petugas di mobil patroli itu tak menaruh curiga. Ini juga yang dihadapi polisi di Probolinggo, Jawa Timur. Tiga orang yang terbunuh pada 9 April di situ hingga kini belum terungkap. Korbannya: Tan Tiauw Nio, 59 tahun, bersama dua anaknya, Eddy Susanto, 39 tahun, dan Ong Giok Kim, 32 tahun. Keluarga pedagang ayam potong ini dibantai pada pukul 04.00. "Mereka bukan dibacok tapi digorok," tutur Ramlee, yang cukup kenal dengan keluarga itu. Satu-satunya orang yang selamat cuma Tumirah, pembantu mereka. Motif pembunuhan masih sulit diketahui. "Menangkap pembunuh itu sulit, tak semudah beli pisang goreng," ujar Kapolres Probolinggo, Letkol Soeseno. Saksi dan bukti yang tertinggal tak ada. Di rumah mereka yang kukuh itu, berpagar setinggi 2,5 meter serta dilengkapi dua anjing penjaga, tak ada barang berharga yang hilang. Uang pecahan lima ribuan dan puluhan ribu berserakan, seperti tak ada artinya. Hanya ada empat teh kotak di ruang tamu. Eddy yang pernah memang bukan aneh bila ketamuan sampai dinihari. Pembunuhan sekeluarga yang beruntun itu memang masih gelap. Polisi Kediri juga belum berhasil mengungkap pembunuhan di Mrican, setahun lalu. Peristiwa itu menewaskan tiga orang: ibu, anaknya, dan gadis remaja lainnya. Mereka dijerat dengan kabel, ditelanjangi dan kelaminnya disumpal batu batere. Memang ada beberapa yang dicurigai, ditangkap. Tapi mereka dibebaskan kambali karena bukti-bukti sangat lemah. Satu belum terkuak, tantangan muncul lagi. "Kami belum menjumpai titik terang," kata Letkol T. Hadi Purwanto, Kapolres Kediri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini