Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Polisi menyita 1,1 ton sabu senilai Rp 1,43 triliun dari kapal yang bersandar di Pangandaran, Jawa Barat
Kemasan sabu berlabel aksara arab dan berlogo burung elang.
Berawal dari kegagalan menangkap jaringan penjual sabu 100 kilogram di Tol Cipali.
KAPAL kayu bertulisan “Sea Gypsy” berlayar dari Pantai Madasari, Pangandaran, Jawa Barat, pada Rabu siang, 16 Maret lalu. Beberapa jam kemudian, perahu bermesin 40 pk merapat ke kapal yang berukuran dua kali lebih besar di laut lepas. Puluhan karung yang diduga berisi narkotik berpindah dari kapal besar ke kapal berkelir kuning itu.
Proses pemindahan karung berwarna putih, oranye, kuning, dan cokelat tersebut dilakukan tiga orang selama dua jam. Setelah selesai, para penyelundup balik kanan menuju pantai.
Puluhan karung plastik berpindah lagi ke tiga mobil yang sudah menunggu di bibir pantai. “Saat itulah tim Direktorat Reserse Narkoba bersenjata lengkap menangkap ketiganya,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Barat Komisaris Besar Ibrahim Tompo pada Rabu, 30 Maret lalu.
Ketiga penyelundup itu adalah Hendra Mulyana, 41 tahun, Heri Herdiana (39), dan Andri Herdiansyah (38). Saat dihitung, jumlah paket mencapai 66 karung. Polisi memastikan semua karung berisi kristal sabu yang terbungkus kotak kontainer plastik berukuran dua liter.
(Baca: Bandar Narkotik Enam Penjara)
Hendra alias Dede dituding menjadi otak di balik penyelundupan sabu. Ia juga bertugas sebagai nakhoda kapal. Heri dan Andri menjadi kaki tangan merangkap sopir mobil pengangkut sabu dan pemanggul karung berisi sabu.
Ada label bertulisan aksara arab “Syarokat Kalistan 50”, “Darojatun”, dan “Adoasor” berlogo burung elang di bungkus sabu itu. Polisi menduga semua paket sabu berasal dari Timur Tengah. “Setelah dihitung, total berat sabu mencapai 1,196 ton,” ujar Komisaris Besar Ibrahim.
Seorang reserse yang ikut proses penggerebekan bercerita, selain Hendra, Heri, dan Andri, ada orang asing bernama Mahmud Baharui, pria asal Afganistan 19 tahun, di tepi pantai. Ia sempat mengawasi aktivitas Hendra dkk dari jauh.
Saat polisi menangkap ketiga penyelundup, Mahmud berjalan menjauh. Langkahnya terhenti karena polisi terus mengejarnya bersama anjing pelacak yang menggonggong tak henti saat mengejar Mahmud. “Dia sempat bersembunyi,” tutur reserse itu.
Tim Polda Jawa Barat menguntit Hendra dan kawan-kawan empat bulan terakhir. Perburuan berawal dari penggerebekan transaksi sabu asal Jakarta di salah satu tempat peristirahatan jalan tol Cikampek-Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, pada Januari lalu.
Polisi gagal menangkap para pelaku. Mereka membawa kabur sabu yang disinyalir sebanyak 100 kilogram. Tapi penelusuran polisi tak berhenti. “Kami mengumpulkan informasi bahwa mereka mengedarkan sabu dan terlibat jaringan internasional,” ucap Komisaris Besar Ibrahim.
Hendra disinyalir berada di balik jaringan narkotik itu. Dugaan ini kian kuat setelah polisi menangkap Saepul Akbar. Ia tertangkap tangan membawa 6 gram sabu di Cibinong, Bogor, sebulan kemudian. Saepul mengaku narkotik itu berasal dari Hendra dan bagian dari 100 kilogram narkotik di jalan tol Palimanan-Kanci.
Kini Hendra “naik pangkat” menjadi bandar. Sebelumnya, Hendra kurir bandar berinisial R alias RR, terpidana narkotik yang kini mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Gunung Sindur, Bogor.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo