Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Cerita Calon Pekerja Migran Asal NTB Pilih Cara Ilegal ke Timur Tengah Demi Menghidupi 5 Anak

Keinginannya menjadi pekerja migran di Timur Tengah demi menghidupi kelima anaknya, akhirnya terdampar di sebuah kamar apartemen.

30 Desember 2024 | 16.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding berbincang dengan pelaku penyalur PMI non prosedural ke Malaysia, di Kantor P4MI Batam, Sabtu 7 Desember 2024. TEMPO/Yogi Eka Sahputra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ida, 43 tahun, calon pekerja migran Indonesia (PMI) asal Nusa Tenggara Barat mengungkapkan alasan mengapa ia tergiur berangkat secara ilegal ke Timur Tengah. Meski menempuh risiko yang besar, Ida mengatakan ia butuh pekerjaan untuk menghidupi lima anaknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia mengaku punya pengalaman menjadi pekerja migran sebelumnya. Ida pernah menjadi pekerja rumah tangga di luar negeri kurang lebih delapan tahun. Enam tahun di Arab Saudi dan dua tahun di Bahrain. Keberangkatannya pada akhir Desember 2024 ini untuk mencari peruntungan bekerja sebagai pekerja migran di Qatar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Saya waktu mendaftar itu lewat teman saya, kenalannya. Saya minta ke Qatar. Tapi setelah menunggu tahu-tahu saya malah mau dilempar ke Turki,” ucapnya melalui sambungan telepon, Senin, 30 Desember 2024. “Anak saya lima. Saya tidak tahu kalau saya akhirnya berangkat lalu terjadi yang tidak-tidak kepada saya. Bagaimana nasib lima anak saya itu,” kata dia.

Meski bukan pengalaman pertama menjadi pekerja migran, tetapi Ida mengatakan pengalaman mendaftar melalui agen penyalur pekerja migran abal-abal baru pertama ia alami. Ia menyebut memang ada perbedaan antara penyalur resmi dan tidak. Agen penyalur yang abal-abal sama sekali tidak memberikan pelatihan sebelum pekerja siap diberangkatkan.

Dokumen-dokumen yang diperlukan untuk pergi ke luar negeri juga tidak disiapkan sesuai dengan prosedur. Ida mengatakan ia hanya membawa badan dan baju-baju yang akan dibawa ke Timur Tengah. “Itu juga tidak tahu Timur Tengahnya mau ke mana. Walau dari awal saya minta mau ke Qatar, agennya ini tidak memberi informasi lanjutannya lagi seperti apa. Saya mau dibawa ke mana,” kata dia.

Ida mengatakan ia sudah menempuh perjalanan yang cukup jauh dari NTB menuju Bogor, Jawa Barat. Ia berharap setelah sampai di Bogor bisa segera bertemu dengan orang yang akan mengkoordinir keberangkatannya ke Timur Tengah. Namun, setelah tiba di sebuah apartemen di Bogor, dia justru ditelantarkan begitu saja selama berhari-hari.

“Saya awalnya ketakutan juga. Ada nomor agennya itu, minta video call. Tapi mukanya enggak jelas. Saya tanya ini nasib saya bagaimana. Disuruhnya tunggu saja. Saya memang tidak sendiri. Ada tujuh orang lagi yang lain. Tetapi saja saya takut,” kata Ida.

Hampir seminggu terlunta-lunta di apartemen di Bogor, akhirnya keberadaan delapan calon pekerja migran ilegal itu terendus oleh security apartemen atau penjaga apartemen. Akhirnya delapan calon pekerja migran ilegal itu dibawa oleh tim Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) untuk diamankan di penampungan sementara.

“Kami masih di tempat P2MI ini. Rencana besok mau pulang,” kata Ida.

Sebelumnya, Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding mengungkapkan delapan calon pekerja migran ilegal sempat diimingi-imingi uang saku Rp 9 juta sebelum diberangkatkan ke Timur Tengah. Abdul mengatakan delapan calon pekerja migran ilegal itu tergiur dan memang ingin mendapatkan pekerjaan dengan cepat karena kebutuhan yang mendesak.

“Kemarin itu kita sempat gagalkan delapan orang perempuan. Daerahnya terdiri dari Nusa Tenggara Barat (NTB) empat orang, Karawang dua orang, Lampung satu orang dan Purwakarta satu orang,” ucap Abdul saat dihubungi, Ahad, 29 Desember 2024.

Dia mengatakan mulanya Kementerian P2MI mengendus adanya operasi untuk memberangkatkan delapan calon pekerja migran ilegal itu. Ada laporan yang menyampaikan ada delapan calon pekerja migran yang diinapkan di sebuah apartemen di Bogor. Tim dari Kementerian P2MI, kata Abdul, bergerak menuju lokasi dan menemukan delapan perempuan dari berbagai daerah tadi sedang terlunta-lunta menunggu kepastian keberangkatan.

“Berdasarkan laporan mereka akan diberangkatkan ke Dubai, Uni Emirat Arab. Diimingi-imingi uang saku Rp 9 juta. Lalu nanti di sana bekerja akan digaji sekitar 1200 dirham,” ucap Abdul.

Setelah diperiksa, delapan perempuan itu, kata Abdul mengatakan berencana akan bekerja di Dubai atau Uni Emirat Arab. Mereka juga tengah menunggu kedatangan calo yang akan mengantar mereka ke bandara serta menyerahkan dokumen seperti paspor atau visa.

Setelah ditelusuri, Abdul mengatakan ada dua calo yang diduga sebagai koordinator keberangkatan delapan calon pekerja migran ilegal. Tim P2MI menemukan adanya indikasi pembuatan paspor palsu. “Kami menduga palsu karena foto dan namanya beda. Jadi ada indikasi sengaja dibuatkan paspor palsu,” kata dia.

Sementara ini, Abdul mengatakan sudah ada dua orang yang diduga sebagai calo dan ditahan oleh polisi. Diketahui dua calo agen yang mengkoordinir keberangkatan calon pekerja migran ilegal itu saudara dari pemilik agen yang beroperasi di Arab Saudi.

“Mereka itu rencananya mau diberangkatkan lewat bandara Juanda, Surabaya. Sebelum mereka berangkat, mereka juga belum diberi paspornya, visanya juga tidak ada, visa kerjanya. Jadi mereka memang niatnya akan diberangkatkan secara unprocedural.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus