Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Cerita tua dari samarinda

Naryanto, sopir Alex King, kepala cabang lippobank Samarinda ditemukan tewas di Samarinda. didepan polisi Alex mengaku membunuh Yanto karena sakit hati. diduga ada skandal antara Yanto & istri King.

25 April 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEKERJA penting, tapi istri juga penting, jika tak mau urusan jadi genting. Apa yang pernah santer menjadi bahan seminar, dengan topik kehadiran orang ketiga dalam rumah, agaknya dialami Alex King, 48 tahun. Kepala Cabang Lippobank Samarinda ini punya sopir, bernama Yanto. Lelaki berusia 29 tahun dan berperawakan kekar itu hampir dua tahun menjadi sopir pribadi Alex, merangkap sopir keluarga. Ketika menjadi pimpinan cabang Lippobank di Balikpapan, Yanto pernah 10 bulan tinggal di rumah Alex. Karena akrabnya, ketika pindah ke Samarinda setahun yang lalu, Yanto dan keluarganya diboyong juga. Begitulah, hingga Sabtu dua pekan lalu, Yanto ditemukan sudah menjadi mayat, tergeletak di samping sebuah skuter warna biru, dan ditemukan penduduk di sekitar Jalan Rawa Indah, di pinggir Kota Samarinda. Situasinya mirip kecelakaan. Tapi petugas Satlantas Polresta Samarinda, yang memeriksa korban, melihat wajah kepala mayat itu seperti ditimpa benda keras. Di lehernya terdapat bekas jeratan. Atas dasar itu, Kadit Serse Polda Kalimantan Timur, Letnan Kolonel M. Ashar Suryobroto, segera memerintahkan anak buahnya agar mencegat mobil yang biasa dibawa korban. Sementara itu, petugas di Polresta Balikpapan kemudian mengamankan Alex King -- ketika bersama istrinya, Linawati, 35 tahun, melayat ke rumah korban di Balikpapan. Semula Alex membantah membunuh Yanto. Kemudian ia minta dipertemukan dengan Kapolda Kolonel Toni Sugiarto, yang sudah lama dikenalnya. "Dalam pertemuan empat mata dengan Kapolda itu akhirnya Alex mengaku sebagai pembunuh Yanto," kata Ashar. Kepada polisi, Alex mengatakan pembunuhan itu dilakukan karena sakit hati. Sebab, istrinya yang memberikannya dua anak itu, kata Alex kepada polisi, diperkosa Yanto sekitar lima kali. Orang yang dekat dengan Alex hampir tak mepercayainya. Bankir senior di Kalimantan Timur itu -- juga istrinya -- memilih diam. "No comment. Tanya pada Kapolres," katanya kepada wartawan. Sampai saat ini sudah tujuh saksi diperiksa. Sedangkan jawaban dari Alex saja, menurut seorang pemeriksa, sampai empat versi. Hingga banyak yang meragukan keterangannya. Sebuah sumber di kepolisian menduga bahwa kontak Yanto dengan Linawati bukan pemerkosaan, melainkan affair yang lumrah. Sebab, menurut sumber tadi, selama delapan tahun Alex menjabat Kepala Cabang Lippobank Balikpapan, istrinya sering kesepian. Alex bukan hanya sibuk di kantor, tapi juga punya hobi berburu dan memancing di malam hari. Tak heran jika terjadi hubungan intim sang istri dengan sang sopir. Mereka sering berduaan. Maklum, di samping sebagai sopir Alex, Yanto juga merangkap sebagai sopir keluarga, termasuk mengantar Linawati ke mana-mana. Dan ini bukan rahasia bagi bawahan Alex di Lippobank. Malah Maryam, istri Yanto, sudah lama cemburu. Katanya, dalam acara latihan voli, rekreasi, ataupun acara resmi, Yanto dan Linawati tak ubahnya sepasang muda-mudi yang dimabuk asmara. "Ibu Linawati sering bercanda dengan suami saya. Itu sering dilakukan di depan mata saya," kata Maryam. Karena itu, ibu dua putri ini tak percaya suaminya tega memerkosa Linawati. "Apalagi suami saya segan dan takut kepada Pak Alex," kata Maryam kepada TEMPO. Begitu pula Djaelani, orangtua Yanto, tak percaya anaknya memerkosa istri Alex. "Kalau benar begitu, kenapa tidak dilaporkan polisi atau dipecat sejak dulu?" kata Djaelani, yang juga mengenal Alex. Semula Djaelani juga menduga Yanto tewas karena kecelakaan. Namun, ia akhirnya curiga. Sebab, sebelum pemakaman jenazah Yanto di Balikpapan, di rumah orangtuanya datang kiriman misterius: empat nisan, sebuah peti mati, dan seperangkat kain kafan. Bambang Aji

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus