Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Cinta & komandan tekab

Komandan tekab, mohammad samin, kalab membunuh abdul majid. penyebabnya hubungan cinta antara istri samin, saidah, dengan putra sulung majid, saleh. pengusutnya nyaris buntu. (krim)

7 Agustus 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIAPA tidak kaget. Komandan Tekab (Tim Khusus Anti Bandit) Kotamadya Medan, Letda Pol. Mohammad Samin ditangkap di rumahnya oleh beberapa rekannya dari Provost Kodak II Sumatera Utara. Terlebih kaget lagi seorang janda, Murni Beer, tetangga dekatnya. Sebab Samin diduga terlibat pembunuhan suaminya, Abdul Majid, seorang guru dan dosen bantu (Bahasa Inggris) di IAIN Medan. "Pak Samin itu saya tahu selama ini orang baik," kata Murni. Samin, yang dikenal getol menguber-uber bandit Medan itu, diciduk atas perintah Kadapol II Sum-Ut, Brigjen. Pol. Hudioro, 14 Juli lalu. Penangkapan dilakukan setelah pengusutan polisi atas kematian Abdul Majid September tahun lalu akhirnya mengarah ke Samin. Bersama Samin, ikut pula diambil anak buahnya, Serma Pol. Patman. "Erat hubungannya dengan soal cinta," penjelasan Hudioro kepada TEMPO, tentang motif pembunuhan tersebut. Cinta siapa-siapa? Tak jauh-jauh: hubungan cinta itu terjalin antara istri Samin, Saidah, dengan putra sulung alm. Abd Majid, Saleh. Kisah cinta antar-tetangga itu rupanya tercium oleh Samin. Ibu lima orang anak, Saidah, 32 tahun, ada mengaku kepada TEMPO. Katanya, ia memang jatuh cinta kepada anak tetangganya, Saleh, 19 tahun. Perkenalan pertama terjadi ketika Saidah pindah ke Jalan Karya Bakti itu tiga tahun lalu. Kebetulan nyonya polisi yang suka bersolek dan berpembawaan lincah itu gemar main volley. Sedang di kampung itu Saleh dikenal sebagai bintang klub volley. "Saya tidak mengerti kenapa saya bisa jatuh hati sama anak kurus cacingan itu. Cari uang lima perak saja ia belum bisa," kata Saidah kemudian. Sebab itu ia curiga sudah "diguna-guna" anak tamatan SMA itu. Saleh sendiri, yang juga diperiksa, pun mengaku sudah lama menjalin hubungan dengan istri komandan Tekab itu. Bahkan sudah puluhan kali mereka melakukan perbuatan seperti suami-istri. Kesempatan yang berulang-ulang itu (41 kali, katanya) didapatkan anak muda itu karena Samin sering beroperasi malam dan biasa pulang menjelang subuh. Tapi ada alasan Saleh yang lain: "Bapak bisa maklum: orang tua saya hanya memberi uang jajan seratus, dari Saidah saya dapat ribuan." Maka berteriaklah ibunya, Murni Beer yang tadi "Ya Allah, Ya Tuhanku, rupanya anakku tidak perjaka lagi!" Toh sebenarnya Murni bukan tidak curiga, antara anaknya dan Saidah "ada apa-apanya". Ia malah pernah menasihati Saidah, ketika perempuan itu sering menjemput anaknya ke rumah: "Kau sudah punya anak. Suamimu orang berpangkat. Kaya lagi. Kalau Pak Samin tahu, ia bisa menembak kalian." Tentu saja kedua anak manusia itu tidak acuh. Itu sebabnya, Salehlah akhirnya yang dimarahi orangtuanya. Lalu dipindahkan ke Aceh -- September 1981. Apalagi ketika itu Samin sudah mencium hubungan istrinya dengan Saleh. Malah dua kali Samin menemui Abdul Majid, memintanya menasihati anaknya yang lagi dimabuk setan itu. Pasal hubungan Samin sendiri kemudian dengan istrinya, tidak dituturkan. Hanya tidak begitu mengherankan bila kemarahan Samin belum habis walau Saleh sudah dipindahkan. Menurut pemeriksaan Kodak II, akhirnya Samin mengambil keputusan menghabisi Saleh. Begitulah. Caranya: 26 September 1981 itu, ayah Saleh, Abdul Majid, dicegat sepulang dari mengajar oleh Samin bersama tiga anak buahnya. Majid digiring masuk Toyota Hardtop. Digebuki -- diminta menunjukkan tempat anaknya di Aceh. Tapi anehnya, setelah berkeliling Aceh, tempat Saleh tidak ditemukan. Diduga dosen IAIN itu tidak ingin menunjukkan tempat anaknya. Maklum. Orangtua mana yang tega? Sebab itu sesampai kendaraan di Tanjungmorawa, sekitar 25 km dari Medan, Samin rupanya tak lagi bisa menguasai diri. Majid ditembak. Mayatnya, kemudian, dibuang di Sialangbuah, 70 km Medan. Kematian Majid nyaris dianggap korban perampokan tak dikenal -- oleh polisi Kotabes Medan. Sebab di mayat korban tidak ditemukan jam tangan maupun cincin emas yang selalu dipakainya. Toh pengaduan Murni ke Tekab Medan ternyata disimpan saja di laci komandan -- Samin sendiri. Begitu pula tiga kali tim polisi Kotabes Medan dibentuk untuk mengusut kasus itu, tiga kali gagal. Pelaku pembunuhan itu baru bisa dibikin nongol setelah kasus itu diambilalih oleh Kodak II Sum-Ut. Lima pistol milik anggota Tekab Medan, yang dicurigai, dikirim ke laboratorium Mabak Jakarta. Ternyata salah satu di antaranya, milik Serma Patman, cocok dengan peluru yang menembus kepala Abdul Majid. Patman dipemeriksaan polisi mengaku. Ia ikut di mobil yang dipakai Samin ketika membunuh Majid. Dalam perjalanan itulah pistol Patman dipinjam Samin, dan ditembakkan ke kepala Majid. Samin sendiri, ketika ditemui TEMPO cuma bilang: "Saya tidak ada apa-apa." Ia sedang dalam pengawalan petugas Provost Kodak II Medan. Benar atau tidaknya Samin melakukan pembunuhan, tentunya wewenang Mahkamah Militer untuk membuktikannya. Yang jelas sejak awal Juli lalu, sebelum penangkapan, Samin dicopot dari kedudukannya sebagai Komandan Tekab Kotabes Polri Medan. Ia sebenarnya komandan yang disenangi anak buahnya. Tidak pernah marah. Suka bercanda. Dan mau membagi rezeki kepada anak buah, kata seorang anggotanya yang memuji. Tapi -- oh, Saidah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus