Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Damai dengan bayangon

Muhammad shahabudin, 36, di losmen damai, pekalongan bunuh diri dengan meminum bayangon. 2 anaknya faisal, 5, dan wardah, 3, tewas diminumkan bayangon. gara-gara porkas dan tak sanggup bayar utang.

28 November 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Losmen Damai, Pekalongan, Muhammad Shahabudin, 36 tahun, asal Kudus, "menemukan" kedamaian abadi. Bersama dua anaknya, Faisal, 5 tahun, dan Wardah, 3 tahun, lelaki keturunan Arab itu terbujur kaku. Mereka mengakhiri hidup dengan menenggak racun serangga. Rabu siang, 18 November lalu, mereka masuk losmen di Jalan Gajah Mada itu, pindahan dari Hotel Barokah. Esoknya, dua utusan pabrik ubin Modern, Kudus, mendatangi kamar Shahab. Tapi pintunya tertutup rapat. Berkali-kali diketuk, tak ada jawaban. Setelah menerima laporan, polisi datang mendobrak pintu. Mereka menemukan Shahab anak-beranak tewas. Wajah mereka hitam, buih menyembur dari mulut, darah mengucur dari hidung. Kaleng Baygon dan sebuah gelas tergeletak. Sebelum bunuh diri, diduga bahwa Shahab menenggakkan minuman beracun tersebut ke mulut-mulut mungil itu. Sudah tiga tahun Shahab bekerja di pabrik ubin Modern, Kudus. Minggu terakhir sebelum bunuh diri, ia tak bisa mempertanggungjawabkan uang Rp 600 ribu milik perusahaan. Shahab bingung, apalagi penghasilannya cuma Rp 50 ribu per bulan. Sementara itu, istrinya mengeluh, gaji Shahab ludes untuk beli kupon Porkas. Kawan-kawan sekantornya juga bilang, Shahab memang keranjingan Porkas. Dan Khatijah memang sudah lama mencurigai suaminya. Ketika ia minta uang untuk membawa anaknya ke dokter, Shahab membentak, "Obati saja dengan racun." Kini kecurigaannya terbukti. Selasa 17 November lalu, Shahab pamit untuk mengurus akta kelahiran anaknya yang ketiga, yang baru berusia 20 hari. Istrinya tak waswas ketika Shahab mengajak Faisal dan Wardah. Ternyata, Shahab ke Pekalongan. Ia tampak gelisah. Memang, ketika itu dua utusan majikannya -- Taufik dan Munir -- berusaha menemui Shahab. Tak jelas apa pembicaraan mereka. Esoknya kedua utusan itu kembali ke Kudus, membawa surat dan kunci almari untuk disampaikan pada Khatijah. Isinya: uang perusahaan dalam almari agar diserahkan kepada majikannya lewat Taufik. Tapi uang itu tak ada di almari. Merasa tertipu, utusan itu kembali ke Pekalongan, sementara Shahab pindah ke Losmen Damai. Tapi kali ini yang mereka temukan malah tiga mayat. Shahab nekat memang gara-gara Porkas, dan malu?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus