NAFSU berahi Endang, 42 tahun, tak tertahan ketika melihat Yeni, 19 tahun -- bukan nama sebenarnya pamit hendak berangkat ke sekolah. Tangan anak tirinya yang berparas cantik, berkulit putih, dengan tubuh sintal itu langsung ditariknya ke kamar yang sempit berdinding bilik. Dengan kasar Endang berusaha melepas kain panjang seragam sekolah Yeni. Siswi kelas tiga Sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri (SPGAN) Cibadak, Sukabumi, itu langsung menjerit. Sambil tergopoh-gopoh, Dedah, ibu si gadis, memburu ke kamar itu. "Eling, Pak. Eling ...," kata Dedah sambil menarik baju suaminya. Tapi Endang mengancam dengan golok terhunus. "Saya bunuh kamu kalau berani mendekat," ancamnya. Tak bisa berbuat lain, Dedah, seperti pengakuannya, harus menyaksikan anak gadisnya diperkosa di depan matanya. Ratap tangis ibu dan anak itu tak mampu meluluhkan Endang yang sudah gelap mata "melalap" anak tirinya itu. Hari itu Yeni ternoda. Semula ibu dan anak itu hendak menutup rapat aib tersebut yang terjadi awal bulan Mei lalu. Mereka, selain merasa amat malu, juga pasrah dan menganggap kejadian buruk tersebut sebagai musibah saja. Namun, Endang, yang berbadan tinggi kurus dan berkumis tipis, itu konon "ketagihan". ia mengulangi kejahatannya itu, sampai tujuh kali . Itulah yang membuat Dedah dan Yeni tak tahan. Mereka kemudian melaporkan semua kejadian itu kepada Lurah Cibeureum Hilir, Kecamatan Baros, Kabupaten Sukabumi, Dadang Abdullah. Dadang kemudian meneruskan laporan itu ke Polsek setempat. Endang pun ditangkap. Di pemeriksaan, ia semula berkelit dari tuduhan. "Perkosaan itu dilakukan oleh jin piaraan saya," katanya kepada polisi. Namun, polisi berkeyakinan perbuatan ayah tiri itu dilakukan dengan sadar. Apalagi setelah dikuatkan hasil visum dari RS Syamsudin, Sukabumi, yang menyebutkan bahwa selaput dara Yeni baru saja robek akibat paksaan. Akhirnya dengan muka lesu, Endang, yang sehari-harinya karyawan Penais (Penerangan Agama Islam) Departemen Agama Kabupaten Sukabumi itu, mengakui kesalahannya . Menurut Yeni, sebenarnya, ayah tirinya itu sudah mulai "berulah" sejak April lalu. Ketika itu Yeni terkejut, karena tiba-tiba ayah tirinya menjemput di sekolah dengan alasan ibu si gadis sakit. Tapi di tengah jalan, gadis yang sehari-hari memakai kerudung ini merasa heran, karena perjalanan tak menuju ke rumah. Ia baru terkejut ketika Endang membawanya ke sebuah losmen. Di situ, katanya, Endang, mencoba memperkosanya. Tapi usaha itu gagal karena ia melawan. "Bapak mengancam akan membunuh bila saya melapor ke orang lain," kata Yeni kepada ibunya, Dedah. Endang menikahi Dedah pada 1977 ketika ia sudah bersatus duda tanpa anak, sementara wanita itu janda dengan dua anak yaitu Yeni dan Hendra. Ketika itu Endang masih sopir Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Sukabumi. Agar tak mengganggu perkawinannya, untuk sementara Dedah menitipkan kedua anaknya itu di rumah orangtuanya. Setelah perkawinan itu berjalan sekitar delapan tahun dan belum menghasilkan keturunan, Endang berniat mengajak Yeni, yang ketika itu sudah menginjak kelas 2 SMP, untuk tinggal bersama. "Toh, Yeni itu juga masih anak saya sendiri," kata Endang kepada istrinya. Sejak itulah Yeni berkumpul bersama ibu dan ayah tirinya. Ternyata, semua itu berakhir dengan malapetaka baginya. Kini, Yeni telah kehilangan masa depannya. Karena malu, siswi SPGAN ini menghilang dari rumah dan sekolahnya. Padahal, seharusnya pekan-pekan ini ia mengikuti EBTA. "Sekarang Endang masih kami tahan. Dan dia diduga kuat memperkosa anak tirinya," kata sumber polisi di Polsek Baros, Sukabumi.Laporan Hedy Susanto (Biro Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini