INI prestasi kepolisian Karawang. Tak satupun dari peristiwa
perampokan yang menganggu kesejahteraan penduduk,
sepanjang tahun lalu yang tak dapat dibereskan. Peristiwa
terakhir penjararahan harta milik Engkon bulan Nopember
tahun lalu selesai digebrak pada 10 Pebruari kemarin.
Gebrakan terakhir itulah yang menarik. Sebab benggol
perampok, bernama Nusin, menghubung-hubungkan dirinya
dengan Koramil (Komando Resort Militer) Babelan Bekasi Sebagai
informan. Surat keterangan yang menunjukkan siapa dirinya itu
bertanggal 13 Desember 1977 dikeluarkan oleh seorang bintara
tinggi Koramil yang menjabat sebagai Bauryah (Bintara Urusan
Wilayah).
Pun pistol yang digunakan Nusin seperti diakui tersangka
sendiri, disewa dari bintara yang sama. Tarif sewanya Rp
75.000 sekali kerja--dengan jaminan sebuah sepeda motor. Urusan
yang terakhir itu, mengenai siapa bintara yang punya bisnis
menyewakan senjata api, tentunya dipegang oleh polisi militer.
Suatu malam, 29 Nopember, rumah Engkon bin Siman digedor
sekawanan perampok. Uang simpanannya, Rp 850 ribu, digasak.
Untung Engkon mempunyai ingatan tajam. Kepada polisi ia dapat
menggambarkan kembali ciri-ciri salah seorang tamunya yang
brengsek itu. Dari keterangan Engkon itulah polisi, yang telah
mempunyai banyak catatan di mana harus menemukan orangnya, mulai
bekerja. Letnan Nian Syafuddin, Komandan Satuan Reserse
Karawang, memerintahkan Sersan Rustam terus menjejaki bekas
Nusin dkk.
Dan tengah malam, 10 Pebruari, Letnan Nian sendiri memimpin 18
anggotanya menggerebek Kampung Dukuh Gabus, Kecamatan Tambun,
Bekasi. Menurut polisi, daerah itu memang sering digunakan
sebagai persembunyian penjahat. Dari tujuh rumah yang
terpisah-pisah di kampung itulah polisi berhasil meringkus:
Nusin, Encung, Apid, Si'ih, Riyan, Dali dan Mayar. Kawanan ini
tercatat sebagai penduduk kampung itu juga.
Pekerjaan polisi dihargai benar oleh masyarakat. Beberapa surat
dan penduduk memuji kerja mereka dan berterima kasih. Dan
surat-surat itu diketahui. Bahwa penduduk sekitar
Karawang-Bekasi telah mengenal siapa Nusin dkk. Nusin dianggap
momok bagi ketentraman desa. "Pamong desa saja takut
kepadanya." begitu antara lain bunyi sebuah surat yang masuk,
sehari setelah Nusin disergap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini