Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Para pengrajin itu

Usaha kerajinan rakyat di sumatera barat masih berjalan terus. dari ukiran kayu, bambu, produksi alat rumah tangga para pandai besi, sampai pakaian jadi. (dh)

4 Maret 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

USAHA kerajinan rakyat di Sumatera Barat masih berjalan terus. Misalnya ukiran kayu dan bambu di Pandai Sikat Kabupaten Tanah Datar. Begitu juga produksi alat rumah tangga oleh para pandai besi di Desa Sungai Puar, Kabupaten Agam. Atau konpeksi pakaian jadi di Pasir IV Angkat, juga di Kabupaten Agam. Pandai Sikat sendiri sebenarnya lebih terkenal di Sumatera Barat sebagai penghasil pakaian sulaman, pakaian penganten dan pakaian kaum penghulu alias datuk-datuk di Minangkabau. Menurut Asri Sutan Pamenan, seorang tokoh Desa Pandai Sikat, rata-rata 20 kodi pakaian sulaman dihasilkan tiap minggu. Meskipun tak seluruh warga desa yang 5.000 jiwa itu hidup sebagai pengrajin, tapi hanya sebagian kecil saja yang memilih mata pencaharian sebagai petani. Tapi tak berarti semuanya berjalan lancar. "Kami melangkah terseot-seot." kata seorang pengrajin kepada Gubernur Azwar Anas yang berkunjung ke sana bulan lalu. Kesulitannya tak asing lagi, pemasaran. Pembelinya masih terbatas di Propinsi Sumatera Barat saja. Walau sejak beberapa waktu yang lalu bagi para pengrajin ukiran kayu dan bambu pernah mendapat bimbingan manajemen dan pemasaran dari Dinas Perindustrian Sumatera Barat. 100 Kodi/Mingu Sedikit lain dari itu adalah hasil konpeksi pakaian jadi di Pasir IV Angkat. Hasil-hasilnya sudah mampu mencapai Lampung, Aceh dan Riau. Pemasaran serupa ini juga berlaku bagi hasil-hasil pandai besi Sungai Puar. Berupa pisau, parang, cangkul. sabit dan macam-macam lagi. "Produksi kami bisa lebih 100 kodi setiap minggu," tutur seorang pengrajin Sungai Puar. Walau begitu toh kekurangan modal masih tetap menjadi kesulitan utama para pengrajin di Pasir IV Angkat maupun Sungai Puar dan Pandai Sikat. Misalnya para pengrajin pakaian jadi di Pasir IV Angkat mengandalkan modal dari pinjaman para pemilik toko. Karena itu, harga pun selalu didikte para pemilik modal yang kemudian akan menjualkannya lagi. Bagaimana koperasi desa? Meski pun koperasi dimiliki oleh hampir semua desa, tapi ternyata hampir tak ada arti. Karena itu Gubernur Azwar buruburu menjanjikan kredit candak kulak. Tapi Azwar meminta agar para pengurus koperasi memahami benar pengertian koperasi. Selama ini ketak-lancaran koperasi di beberapa desa daerah ini disebabkan selalu adanya sakwasangka terutama antara pengurus dan anggota. Dan rupanya soal ini lebih mendesak sebelum masalah modal itu sendiri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus