Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Hukum

Hoegeng Ogah Dimakamkan di TMP Kalibata karena Ada Koruptor

Jenderal Hoegeng merasa TMP Kalibata tidak lagi sakral karena pemerintah ikut menguburkan koruptor di sana

15 Oktober 2021 | 13.11 WIB

Apa Kata Tempo: Hoegeng dan Integritas Tanpa Batas
Perbesar
Apa Kata Tempo: Hoegeng dan Integritas Tanpa Batas

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Hoegeng Iman Santoso lahir pada 14 Oktober 100 tahun yang lalu. Kepala Kepolisian RI ke-5 yang dikenal sebagai sosok berintegritas ini rupanya menolak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hoegeng wafat pada 15  Juli 2004. Sebenarnya pemerintah telah menyediakan makam untuk Hoegeng di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Namun istri dan anak-anaknya menolak tawaran tersebut. Dari pengakuan Aditya, putra kedua Hoegeng, ayahnya berwasiat untuk dimakamkan bersama keluarganya. 

 

“Kalau di Taman Makam Pahlawan tidak mungkin dimakamkan bersama keluarga,” kata Aditya menirukan ucapan ayahnya seperti dikutip dari Majalah Tempo edisi 14 Agustus 2021.

 

Alasan lain Hoegeng tak mau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, kata Aditya, lantaran merasa tempat tersebut tidak lagi sakral. Pasalnya yang dikubur di sana tak hanya pahlawan, pemerintah turut mengubur para koruptor. Hal serupa pernah dijelaskan langsung oleh Hoegeng pada Majalah Forum Keadilan edisi 19 Agustus 1993. 

 

Saat itu Hoegeng menolak tegas jasadnya dikubur di Taman Makam Pahlawan Kalibata jika meninggal dunia. “ Ah, nanti para koruptor menegur saya. Padahal saya mau istirahat,” tutur Hoegeng.

 

Pada akhirnya, Hoegeng dimakamkan di area pemakaman Gritama, Tonjong Kecamatan Kemang, Bogor, Jawa Barat. Ia membeli lahan pemakaman itu karena ingin dikubur bersama keluarganya. Pemakaman Hoegeng dipimpin oleh Kepala Polri Jenderal Da’i Bachtiar. 

 

Menurut cerita dari Nisun, salah satu penjaga area pemakaman, saat masih hidup Hoegeng datang membersihkan lahan setiap akhir bulan. Bahkan membangun pendopo sebesar 3 x3 meter di sudut area makam. 

 

Meskipun sudah menjaga area pemakaman sejak 1990, Nisun dan Nani tak pernah tau bahwa sosok yang dikenal sebagai pria ramah, sederhana, dan suka bercanda itu adalah mantan Kepala Polri. Mereka baru mengetahui saat hari pemakaman banyak rombongan polisi yang mengikuti upacara pemakaman Hoegeng. 

 

“Saya baru tahu Pak Hoegeng mantan Kapolri, ya, pas pemakaman itu. Kami kaget sekali,” Nisun mengatakan pada Majalah Tempo. Masa lalu menjadi Kapolri tak pernah diceritakan pada Nisun dan Nani oleh Hoegeng hingga dimakamkan. 

 

TATA FERLIANA

Baca juga:

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus