Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Iseng Mengguncang Senjata

Kereta senja ekonomi semarang-jakarta, lokonya anjlok ke luar rel setelah membentur benda keras di sekayu, batang. Pelakunya dua pemuda yang balas dendam karena diturunkan di tengah jalan.

8 Oktober 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RANGKAIAN gerbong kereta api Senja Ekonomi Semarang-Jakarta mendadak terguncang keras. Suara besi beradu dan jeritan panik penumpang tiba-tiba memecah kesunyian malam Kamis pekan lalu. Kereta Senja Ekonomi Semarang-Jakarta dengan laju kecepatan 60 kilometer per jam itu terseok-seok beberapa saat, dan kemudian terhenti mendadak. Loko BB 20021, dengan masinis Bambang Sukarton, berbareng dengan benturan keras, terperosok anjlok ke luar rel di daerah Sekayu, Kecamatan Grinsin, Batan, Jawa Tengah. Beruntung, sembilan gerbong yang ditariknya, berisi 246 penumpang, masih tetap pada posisinya di atas rel. "Korban manusia maupun barang tak ada," ujar wakil kepala bagian pemeliharaan loko, gerbong, dan listrik PJKA Eksploitasi Tengah, Sofian. Kecelakaan yang terjadi setelah kereta bertolak 48 kilometer dari Semarang itu benar-benar membuat petugas PJKA dan penumpang miris. Betapa tidak. Setelah diperiksa, memang ada besi bekas rel sepanjang 2,5 meter melintang. Akibat pengganjalan itu, sejumlah bantalan rel rusak, 400 baut pengeras tak berfungsi. Ada yang lebih fatal, beberapa kereta yang memanfaatkan jalur utara tertunda beberapa jam. Lok yang anjlok itu baru bisa diangkat ke atas rel setelah lima jam lebih. Siapa punya ulah demikian iseng? Malam itu aparat keamanan memang tak bisa menjawabnya. Baru, pada Jumat siang keesokan harinya, buruh penderes karet di Gringsing memberikan laporan ke polisi: "Ada tiga pemuda yang mencurigakan berada di kebun karet di Gringsing." Siapa tahu pemuda "asing" itu pelaku pengganjalan kereta api yang celaka malam sebelumnya? Polisi ternyata juga punya pikiran demikian. Siang itu, polisi dari Polres Batang dan Polisi Khusus PJKA -- dipimpin Wakapolres Mayor Baskoro -- melakukan pengejaran dan pengepungan. Baru Jumat tengah malam, kedua pemuda yang dicurigai polisi, yaitu Sunarto, 32 tahun, dan Karwi, 2Q tahun, dapat ditangkap. Keduanya mula-mula mengaku sebagai penduduk Desa Sekayu, Gringsing. Tapi, setelah dicek, keterangan keduanya bohong. Mereka lantas diusut di kantor polisi. Belakangan mereka mengaku dari Desa Bendar, Kecamatan Juwana, Pati, Jawa Tengah. Keduanya akhirnya juga mengaku bahwa merekalah yang mengganjal kereta api yang anjlok itu. Mereka memasang besi patok batas tanah PJKA pada rel sebelah kiri. "Saya mengganjal kereta api biar anjlok, Pak," kata Sunarto enteng. Mendengar pengakuan ini, polisi yang menginterogasinya langsung memotong ucapan Sunarto, "Wah, cita-citamu kok tinggi banget?" Dan langsung saja disambar si tersangka dengan enteng, "Iseng kok, Pak." Dalam pemeriksaan sementara itu, mereka berbuat "iseng" karena sakit hati. Menurut Kepala Dispen Polda Jawa Tengah, Letkol. Pol. Imam Sunarso, dari hasil pemeriksaan, memang belum ada indikasi lain, misalnya sabotase. Pengakuan itu, menurut polisi, memang ada cerita sebelumnya. Rabu malam, sebelum kecelakaan, keduanya terkena Operasi Terang (tertib penumpang) yang dilancarkan PJKA. Mereka kedapatan tanpa karcis. Hukuman yang dijatuhkan tidak tanggung-tanggung: mereka diturunkan di Kota Batang. Padahal, kota yang dituju, konon Purwokerto, masih jauh. Kekesalannya rupanya membangkitkan dendam dua pemuda yang mengaku tak punya pekerjaan itu. Kepada siapa mereka akan membalas ? Tiba-tiba, menurut pengakuannya kepada polisi, ide gila itu muncul yaitu membuat celaka kereta api. Bila kereta itu anjlok, penumpang akan panik. "Kami akan mengambil barangbarang penumpang yang kalang kabut itu," begitu kata Karwi kepada polisi. Rencana gila itu akhirnya benar-benar dilaksanakan. Tapi, hasilnya tidak seperti yang diharapkannya. Penumpang cuma panik sebentar. Karena gagal, keduanya lari meninggalkan kerumunan penumpang. "Kami tak jadi mengambil barang-barang penumpang, kami malah ketakutan," kata Karwi. Pengakuan lainnya dari Sunarto dan Karwi kepada polisi, perbuatan itu cuma dilakukan berdua, bukan bertiga. Dari hasil pemeriksaan sementara, hanya itulah motif mereka mencelakakan kereta api. Paling tidak, kedua tersangka itu mengaku tak punya maksud lain dari perbuatan "iseng"-nya. Bahkan, katanya, tak ada yang menyuruh apalagi -- seperti ditanyakan beberapa pemeriksa -- ada unsur sabotasenya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus