ADA yang aneh bagi Brigjen. Koesparmono Irsan, Direktur Serse Mabes Polri. "Masa, kontrak jual-beli minyak saja harus melibatkan Presiden Soeharto. Selidiki," perintah Koes pada bawahannya, setelah menerima pengaduan dari seseorang. Usai diselidiki, surat itu memang palsu. Dan si pemalsunya, menurut polisl, tak lain adalah Marie Jacoba Akkermans. Pengusaha berusia 50 tahun ini warga negara Belanda. Dari wanita gembrot ini ditemukan promissoy note (PN), surat berharga -- juga palsu -- bernilai 200 juta dolar AS. Berikut dengan Marie, akhir September lalu, tiga anggota komplotannya ditangkap. Berdasarkan pemeriksaan, Marie dan Paulus Sunardi, 54 tahun, diduga otak penipuan. Dari tangan mereka pula awalnya PN palsu itu diedarkan. Tersangka lain yang kini mendekam di Mabes Polri adalah Noersjirwan Emran (karyawan Departemen Perindustrian) dan Muhamad Yunus Bambang Sunardi, Dirut PT Sri Bana Co. Ltd. PN itu seolah-olah dikeluarkan American Commerce Bank (ACB) di Honolulu, AS. Dari nilai 200 juta dolar AS itu dipecah menjadi lima lembar. Tiga lembar masing-masing bernilai 50 juta dolar, dua lembar lainnya 20 juta dan 10 juta dolar. Merasa tak yakin akan keabsahan PN tersebut, polisi kemudian mengecek ke bank yang bersangkutan -- dengan bantuan beberapa bank d sini. Rupanya, bank dimaksud fiktif belaka. Kepada polisi, belakangan Marie mengakui sendiri: ACB itu memang tidak ada di Hawaii. Penampilan Marie yang selalu menghiasi jarinya dengan permata memang mengesankan pengusaha kaliber ikan paus. Bule ini antara lain menyebut dirinya pernah mengelola empat perusahaan: Marie Oil Corp. Ltd., AM and IN Corp. Ltd. (keduanya di Tennesse), Marinas Oil Corp. NV Curasan, Negeri Belanda, dan Asiatic Oil Marketing Ltd. di Hong Kong. Duet Marie dan Paulus Sunardi, menurut polisi, sudah berjalan lama, ketika keduanya sama-sama di Hong Kong. Paulus (bergelar dokter tetapi, masih menurut polisi, diragukan) kemudian ke Indonesia bersama Marie. Dengan berbekal surat PN tadi, yang bernilai 10 juta dolar, Paulus memakai nama PT Soka Agung Internasional, yang hendak membangun proyek pembangunan rumah sakit di Bogor, Bekasi aawa Barat), dan Sukoharjo di Jawa Tengah. Pembangunan tersebut membutuhkan biaya besar, sehingga perlu ada dana pinjaman. Ia berhasil mempengaruhi sejumlah korban. Berdasar rekapitulasi pada 1 Februari 1988, nilai pinjaman dari 43 orang mencapai hampir Rp 600 juta. Sedangkan menurut laporan tanggal 29 Maret 1988, uang yang dikeruk dari 37 korban hampir Rp 950 juta. Angka-angka ini diperoleh dari cacatan dokumen di tangan Paulus yang disita polisi. Dalam kasus ini, Drs. M. Yunus Bambang Sunardi, 63 tahun, bertugas menawarkan PN senilai 50 juta dolar, yang katanya untuk proyek pembangunan di Cibinong, Kabupaten Bogor. Yunus, konon, sudah berhasil meneken kontrak kerja dengan PT Kaboci Developer, yang kini belum jelas kedudukannya karena sedang dilacak penyidik. Noersjirwan, 56 tahun, disebut sebagai penghubung. Ia pada awal anuari 1986 mengenal Arie Fakhrodji. Pada pertemuan itu Arie (masih buron) bilang ada proyek pembelian minyak dari pemerintah Indonesia yang sedang butuh dana. Jika teman Noer mau jadi partner penyandang dana, maka dia menunggu terima komisinya saja. Noer tertarik, lalu menghubungi Alimin (bukan nama sesungguhnya), pengusaha kaya yang jadi tetangganya. Noer bersama Arie selalu datang ke rumah Alimin, dan mendesak agar mau bekerja sama dengan seorang pengusaha minyak kaya dari Hong Kong: Marie Jacoba Akkermans, yang memiliki surat kontrak minyak Indonesia untuk dijual ke Swiss. Tapi Marie perlu uang 100.000 dolar untuk mencairkan komisi itu. Pinjaman itu tak lama, cuma seminggu, dan akan dikembalikan berikut komisinya. Alimin, pengusaha bergerak di bidang angkutan laut, mula-mula ragu. "Bisnis ini nggak masuk akal," katanya. Tapi Noer gigih merayu, sehingga Alimin jadi tertarik. Dia malah meminjami Noer uang Rp 2,5 juta untuk memeriksa surat-surat berharga itu di City Bank, Hong Kong. Februari 1986, Noer terbang ke sana. Tiba di Hong Kong, ia mengontak Alimin dan mengabarkan: bukti-bukti itu benar, dan Alimin harap segera berangkat ke Hong Kong. Di Hong Kong, Alimin bertemu dengan Marie. "Percaya, deh, Pak Alimin, kelak Andalah yang berterima kasih pada kami," kata Marie dalam bahasa Indonesia. Marie pernah duakali kawin dengan orang Indonesia, dan dikaruniai anak empat. Pada pertemuan itu, Alimin diminta melihat draft contract pembelian minyak Indonesia itu. Untuk segala urusan Marie dan kawan-kawan mencairkan kontrak minyak senilai 50 juta dolar AS, bahkan Alimin pula yang mengongkosi. Dan itu dimulai dari di Hong Kong, Jakarta, sampai di Swiss. Jumlah uang Alimin yang telah dipinjam Marie mencapai 3 juta dolar AS. Alimin baru merasa dipermainkan setelah tahu bahwa utang tak pernah dibayar. Dan penipuan itu tersingkap setelah Alimin ludes hartanya: mobil mewahnya dilego, rumahnya disita bank. Kini ia menetap di Kebayoran Lama, Jakarta, mengontrak sebuah rumah kecil selama dua tahun. Ia pernah berkali-kali menagih, jawabannya: bogem mentah dari tukang pukul Marie. Kendati begitu, ia menunggu Marie akan membayarnya, setahun. Alimin, 46 tahun, yang bertubuh kecil dan berambut keriting itu, akhirnya tak sabar lagi. Awal September lalu ia mengadu ke Mabes Polri. Dan tak lama setelah itu, Marie dan komplotannya dibekuk. Noersjirwan dalam perkara ini didampingi pengacaranya, H.J.C. Princen. "Klien saya itu sangat naif pengetahuannya mengenai perkara ini, dan dia seperti percaya saja apa yang diceritakan tersangka lainnya," kata Princen. Katanya lagi, Noer terlibat dalam kasus ini karena butuh tabungan di hari tua. Dengan posisi itu, kedudukan yang layak bagi kliennya seharusnya sebagai saksi. "Bukan jadi terdakwa," kata Princen. Saksi lain yang mengaku dikibuli komplotan ini adalah Soemodisastro (bukan nama sesungguhnya). Sama seperti Alimin, yang minta nama aslinya dirahasiakan, Soemo, 58 tahun, ditipu Marie dan Paulus Rp 20 juta. Pensiunan ABRI ini, pada 1986, berkenalan dengan dua orang itu melalui seseorang bernama Alex. Sebagai orang bisnis, Soemo tertarik dengan Marie untuk mendapatkan proyek di Singapura. Tapi, begitu terbang ke Singapura, ia hanya menemukan proyek nihil. "Saya ini orang bisnis. Yang penting, proyek apa saja asal bisnis," katanya. Bahwa akhirnya ia diakali Marie. Laporan Moebanoe Moera (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini