ORANG tiba-tiba tertarik lagi ke Taman Ismail Marzuki (TIM). Kebetulan, Jumat siang pekan lalu, ada tontonan berupa nyala api yang memakan gedung Institut Kesenian Jakarta (IKJ) d kompleks TIM itu. Yang menarik lagi, menurut saksi mata, kebakaran terjadi secara beruntun di tiga tempat yang terpisah beberapa meter. Lihat saja, kata saksi mata, urutan api yang membakar gedung itu. Jumat siang pekan lalu, pukul 14.30, gedung Jurusan Musik terbakar. Api menyala dari plafon di lantai dua. Dalam sekejap, karena tiupan angin kencan, api cepat merambat. Mobil pemadam kebakaran datang sekitar setengah jam kemudian. Delapan buah piano, di antaranya sebuah grand piano merk Steinway buatan Jerman, hangus dilalap api. Piano itu diperkirakan bernilai Rp 100 juta lebih. Setengah jam api padam. Tapi, dari atas gedung Jurusan Sinematografi muncul api. Lokasi edung sinematografi itu berjarak sekitar 50 meter dari Jurusan Musik. Beberapa mahasiswa IKJ dan petugas pemadam kebakaran buru-buru mengalihkan semprotan air ke lokasi. Dalam sekejap api bisa dikuasai. Tapi sungguh, seperti main-main saja. Setengah jam berikutnya api muncul lagi dari gedung Teater Luwes. Gedung itu berjarak 15 meter dari Jurusan Sinematografi. Plafon berasap dimakan api. Sebelum sempat merambat, api yang menyala di gedung tempat latihan drama mahasiswa Jurusan Teater itu segera dikuasai. "Saya melihat seseorang di lantai atas menyalakan korek api sampai dua kali. Ketika saya panggil, orang itu bukannya menoleh, malah melarikan diri," kata seorang mahasiswa IKJ. Jadi, melihat urutan dan tempat kebakaran, para saksi mata akan mempertanyakan. Gedung itu sebenarnya dibakar atau terbakar? Sampai awal pekan ini memang belum ada yang berani memastikan dari mana datangnya api. "Memeriksa kasus kebakaran tidak semudah menyidik kasus kriminal," kata Kepala Dispen Polda Metro Jaya, Letkol. Pol. Latief Rabar. Pertanyaan itu memang berkembang di lingkungan IKJ. Misalnya Wagiono, dosen IKJ/Ketua Studio Disain Grafis Akademi Seni Rupa IKJ, mengaku mendengar juga isu ada mahasiswa IKJ yang sengaja membakar kampusnya. "Tapi, apakah ada mahasiswa yang tega membakar tempat belajarnya sendiri ?" Gedung IKJ dibangun serempak 1975 dengan dana dari Pemda DKI. Secara keseluruhan luas gedungnya 6.000 m2 menempati areal 1,6 hektar. Gedung Jurusan Musik yang kini punya 20 mahasiswa, kelihatan terbakar paling parah. Rupanya, Jurusan Musik bukan cuma menderita akibat kebakaran itu. Jurusan ini ternyata punya masalah yang pelik sejak beberapa bulan lalu. "Seperti ada api dalam sekam," kata seorang mahasiswa. Sudah empat semester akademi ini ditutup dan tidak menerima mahasiswa baru. Yang dilakukan hanyalah meneruskan perkuliahan mahasiswa lama. Kemelut ternyata berkepanjangan. Karena itu, Suka Hardjana lantas mengundurkan diri. Tindakannya diikuti beberapa dosen lainnya. Keadaan meruncing sampai perlu dibawa ke Slamet Danusudirdjo, Rektor IKJ. Kondisinya semakin parah karena tak satu pun mahasiswa yang bisa ikut ujian negara. Menjelang puncak kekisruhan, datang Menteri P dan K Fuad Hassan untuk menyelamatkan. Ia mendatangkan dosen. Penyaringan mahasiswa mulai diperketat. Setelah dibenahi muncul lagi kemelut baru. "Mahasiswa lama khawatir tersaingi mahasiswa baru," kata dosen di IKJ. Pembenahan kurikulum banyak yang sulit diikuti mahasiswa. Pengusutan memang sedang dilakukan. Ada beberapa orang diperiksa polisi, walau dua jam kemudian dilepas lagi. Kampus IKJ sampai akhir pekan lalu masih tetap ditutup. Pengamanan dilakukan ekstraketat. Atau siapa tahu tiba-tiba muncul lagi api di bagian lain gedung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini