ORANG menyebutkan "Pas bebas pemeriksaan malaikat". Bentuknya,
sebuah doa yang ditulis dengan huruf Arab berwarna merah,
melingkar di antara dua gambar menara, di kertas putih berukuran
9 x 11 cm. Menurut pejabat kepolisian, stiker yang dijual bebas
dengan harga Rp 200 itu, beredar di beberapa daerah di Jawa
Barat -- seperti di Sumedang, Subang, Sukabumi dan Banten.
Animo terlihat lumayan di Pesantren Yasir Santen di Desa
Mulyasari (Sumedang). Malam itu, 5 November lalu, serentak
terjual 200 stiker begitu Ustad Yahya (48 tahun) memulai
pengajiannya dengan mengemukakan khasiat dan aturan pakainya:
"Doa ini tak perlu dihafal, sebab sudah berbentuk tulisan. Cukup
ditempelkan pada dada orang yang mati. Pasti Malaikat Munkar dan
Nakir (yang menguji iman seseorang tak akan memeriksanya lagi di
alam kubur." Dengan kata lain, si orang mati itu akan langsung
masuk surga.
Sebagai alasan penguat dikemukakan sebuah hadis nabi yang
disampaikan Turmudzi dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Sunda. "Copyrght" stiker tampaknya dipunyai
Abdurrazak--namanya tercantum di kertas doa tersebut.
Belakangan, menurut Ustad Yahya, pas bebas pemeriksaan Munkar
dan Nakir tersebut dibawa ke pesantrennya oleh seorang bernama
Kardia, yang kini tengah dicari-cari polisi.
Mati Dulu
Salah seorang di antara pembeli stiker tersebut adalah Nyonya
Omi (35 tahun), ibu tiga anak, penduduk Desa Sul karnanah. Dia
bilang begini "Bila saya mati, mudah-mudahan anak saya
menempelkan kertas ini." Ia memang percaya saja apa yang
dianjurkan ustadnya.
Narnun seminggu setelah membeli stiker tersebut, ia bersama
Ustad Yahya dipanggil ke Kantor Kepolisian Sumedang (Kores 842).
Tiga hari mereka diperiksa. Di situ, seperti diceritakan kembali
kepada TEMPO, Ustad Yahya mengemukakan itikad sebenarnya menjual
kertas doa tersebut. "Sedikit pun saya tidak mengambil
keuntungan --semata-mata untuk amal jariah," katanya.
Hasil penjualan, menurut Ustad Yahya lagi, semuanya untuk
pembangunan masjid dan madrasah di Kampung Cikadu (Subang). Akan
halnya pas ke surga, yang katanya dibuat berdasarkan hadis nabi
itu, "saya sendiri memang meragukan kebenarannya," ujar pimpinan
pesantren yang berpengaruh tersebut.
Ketua Majelis Ulama Jawa Barat. E. Z. Muttaqien, berharap
perihal jual-beli doa itu tak berlatar-belakang macam-macam.
"Mudah-mudahan hanya karena kebodohan saja," katanya. Bukan tak
mungkin, kata Rektor Universius Islam Bandung itu, ada orang
yang sengaja mencari dana dengan menjanjikan jalan pintas untuk
memperoleh kebahagiaan dunia dan akherat.
Penipuan Danres Sumedang, Letkol Djumhana, yang telah menyita
sekitar 300 stiker dari berbagai tangan, memang tak menahan
Ustad Yahya berlama-lama. Sulit menemukan unsur kriminal dalam
perkara kiai tersebut. Sebab, kata Djumhana, "membuktikan palsu
dan ampuhnya stiker tersebut, 'kan berarti harus mati dulu?"
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini