NYI Eri, 39, rupanya menganggap bekas suami dan anak tirinya sebagai tikus, hingga karenanya harus diracun. Dengan satu senduk racun tikus curian, janda yang sudah enam kali kawin cerai itu menghabisi Enok Eti, 8, murid kelas I SD. Sedangkan Usman, 32, terpaksa dirawat di puskesmas. Ia luput dari maut, karena dosis yang diberikan Eri, yang baru beberapa jam sebelumnya diceraikan, rupanya kurang banyak. "Saya membunuh karena sakit hati," ujar Eri, istri muda Usman, yang bertubuh ceking berkulit hitam itu, kepada TEMPO. Kini, penduduk Desa Balandongan Depok Ciamis, itu ditahan di Kepolisian Panjalu. Menurut kepala polisinya, Letnan Dua E. Syamsu, tersangka ditangkap saat hendak melarikan diri dari desanya, dua pekan lalu. Enok, menurut Syamsu, diracun pada 3 Januari lalu. Pulang sekolah bersama kawan-kawannya, gadis kecil itu dibujuk untuk meminum limun dalam plastik, yang sebenarnya sudah dicampur racun tikus. Sewaktu teman-temannya hendak ikut minum, dicegah oleh Eri, dan disuruh mengambil saja di warung yang tak jauh dari situ. Beberapa saat kemudian, Enok merasa pening dan muntah-muntah, serta buang air besar beberapa kali. Tak sampai tiga jam, ia tewas. Tetangga jadi curiga, karena ayah anak itu, Usman, pada 22 Desember lalu nyaris pula tewas. Hari itu Usman dan Eri resmi bercerai di kantor kelurahan. Dari sana, seperti diakui Eri, ia mengajak bekas suaminya - yang baru enam bulan lalu mengawininya untuk singgah. Usman disuguhi hidangan dengan lauk semur daging. Ternyata, semur tadi sudah dibubuhi setengah senduk racun tikus. "Saya merasa pusing dan perut seperti dibakar," ujar Usman kepada TEMPO. Ia juga muntah dan buang-buang air. Tapi ayah empat anak itu tak curiga. Ia segera pulang ke rumah Nene, istri tuanya, yang juga ibu kandung Enok. Beberapa hari kemudian ia dirawat di puskesmas. Usman mengawini Eri secara tak sengaja. "Kawin Hansip," kata Usman. Suatu malam, katanya, ia 'ngobrol sampai larut malam di rumah Eri, janda beranak dua, dan kemudian tergoda setan untuk berbuat mesum. Hansip yang meronda memergoki mereka. Tanpa ampun keduanya dibawa ke kelurahan. Tapi, Usman rupanya masih lebih condong kepada Nene. Sebab itu, ia sering pulang ke sana, dan bahkan uang yang diperoleh dari Eri sering di berikannya kepada Nene. "Saya jadi kesal. Apalagi karena ia lalu menceraikan saya," kata Eri, yang seharihari berdagang pakaian dan perabot rumah tangga. Gagal menghabisi Usman, ternyata, ia mengalihkan dendamnya kepada Enok. Di Indonesia, pembunuhan menggunakan racun merupakan kasus yang sangat Jarang terjadi. Kasus peracunan yang cukup mencengangkan dilakukan Ketut Tjatem, 35, penduduk Desa Gulingan, Badung, Bali. Yang diracun, tak lain, anaknya sendiri, Sukanada, 2, menggunakan Basudin. Empat tahun sebelum itu, ia juga mengaku meracun dua anaknya yang lain sampai tewas, yaitu Wayan dan yoman (TEMPO, 25 Februari 1984). Ia mengaku meracun anaknya untuk memenuhi sumpah, yaitu karena istrinya berbuat serong. Padahal, istrinya menyatakan bahwa selama itu Tjatem tak pernah mencemburuinya, karena ia memang tak pernah berlaku serong.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini