Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Satuan Tugas Operasi Damai Cartenz 2024 Komisaris Besar Faizal Ramadhani, membantah tudingan adanya pengarahan pasukan gabungan TNI-Polri setelah penembakan Komandan Rayon Militer 1703-04/Aradide Letnan Dua Infanteri Oktovianus Sogalrey. "Tanya dulu sama Sebby Sambom, informasinya dari mana? Kalau dari kami enggak ada, ya," ujar Faizal, saat dihubungi pada Rabu, 17 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dia mengatakan tak mengerti dengan tudingan kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM). Sebelumnya juru bicara Markas Pusat Komando Nasional TPNPB-OPM Sebby Sambom, mengatakan Panglima Daerah TPNPB-OPM Komando Daerah XIII Paniai Kegepa Nipouda Matius Gobai melaporkan pada Sabtu sore, 13 April 2024, TNI dan Polri memobilisasi tim gabungan militer dari berbagai daerah menuju Paniai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pengerahan pasukan itu untuk mengejar pimpinan dan pasukan TPNPB-OPM Kodap XIII Paniai Kegepa Nipouda. Pasukan sebanyak 13 truk militer TNI itu berkumpul di Hotel Jepara 2 Nabire menuju Paniai dengan pengawalan ketat. Selanjutnya pasukan gabungan itu disiagakan di dua wilayah di Meepago, Kabupaten Deiyai, dan Kabupaten Paniai.
"Sebelumnya pada 12 April 2024 tim gabungan militer TNI-Polri dimobilisasi menggunakan helikopter TNI sebanyak tiga kali penerbangan dan diturunkan di Bandar Udara Enarotali, ibu kota Paniai," tutur Sebby dalam keterangan tertulis, Rabu, 17 Maret 2024.
TNI-Polri pun melakukan razia gabungan di semua titik wilayah Meepago. Dimulai dari Nabire, Dogiay, Deiyai, dan Paniai pada 14 April lalu. Hari itu juga TNI-Polri berseragam lengkap dan bersenjata melakukan patroli jalan kaki mengelilingi semua sudut kota. "Menakut-nakuti rakyat sipil dan melakukan inspeksi kota-kota di wilayah Paniai, Deiyai, dan Dogiay," ujarnya.
TNI-Polri, kata dia, melakukan pendropan peralatan perang berupa mobil Barakuda milik TNI dari Pangkalan Militer Timika ke Distrik Toyaimoti Aradide, tempat penembakan Oktovianus, dalam jumlah besar pada 15 April lalu. Di wilayah Nabire, Dogiay, Deiyai, dan Paniai bagian kota diberlakukan siaga satu di setiap titik. "Pemasangan spanduk daftar pencarian orang Polda Papua di Meepago, di tempat umum," ucap dia.
Menurut Sebby, tim gabungan juga melakukan operasi pengintaian di lokasi target penyerangan menggunakan dua buah helikopter. Kendaraan udara itu diterbangkan dari Bandar Udara Enarotali menuju Paniai, wilayah sasaran operasi. "Rakyat sipil Papua maupun non-Papua di sekitar TKP telah mengungsi ke ibu kota Enarotali, Masi, dan wilayah terdekat seperti Deiyai, Dogiay dan Nabire," ujarnya.
Kepala Satgas Operasi Damai Cartenz Kombes Faizal Ramadhani menyatakan tak tahu adanya pengerahan pasukan secara besar-besaran seperti diungkap Sebby berdasarkan laporan Panglima Kodap XIII Kegepa Nipouda Paniai. "Paniai bukan daerah (operasi) saya. Saya enggak mengerti," ucap dia.
Dia menyatakan tak tahu adanya warga sipil mengungsi dari kota Enarotali, Masi, dan Deiyai, Dogiay, dan Nabire. "Kalau Paniai itu saya enggak mengerti, itu bukan daerah saya. Tanya sama Polda aja," ucap dia.
Dia mengatakan dalam kasus Papua, itu tidak bisa diwakili oleh satu orang. Pernyataan ini merujuk klaim Sebby Sambom yang menjelaskan laporan Matius Gobai.
Dia mengatakan, Sebby Sambom tidak bisa mengklaim dirinya sebagai seluruh kelompok. Penjelasan adanya pengerahan pasukan, kata dia, merupakan klaim sepihak. Sehingga pernyataan Sebby perlu diklarifikasi ulang. "Kelompok kriminal bersenjata di Papua itu mereka bergerak berdasarkan sistem kekerabatannya. Berdasarkan klan masing-masing, ini urusannya antarsuku," ucap dia.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Papua Komisaris Besar Ignatius Benny Ady Prabowo, menyatakan informasi tuduhan Sebby Sambom masih perlu dicek. "Saya konfirmasi dulu, ya," kata dia, melalui Whatsapp pada Rabu, 17 April 2024.