NICO kami culik. Sediakan uang Rp 25 juta. Jangan coba-coba melapor ke polisi". Begitu inti pembicaraan si penelepon gelap, yang diterima Widagdo, Direktur CV Daya Prima, di Semarang, pada pukul 17.00. Ketika itu, Jumat 22 Agustus, Widagdo sedang panik. Anak tunggalnya, Nico Dani Iskandar, 11, belum juga pulang dari sekolah. Eh, rupanya dia diculik. Sekitar dua jam kemudian, si penculik kembali menelepon. Dia meminta ibu Nico membawa uang tunai Rp 25 juta, menyerahkannya kepada seorang pria dengan kode "Kelelawar Lima siap menerima," tepat di tengah lapangan Pancasila di Simpang Lima, Semarang. Pada pukul 20.00, ibu Nico sudah berada di lapangan tersebut. Ia menyerahkan uang, dan si pria menyerahkan bungkusan. Ketika itulah polisi, di bawah komando langsung Kapoltabes Semarang, Letkol I Wayan Karya, bergerak. Bah! Lelaki tadi rupanya cuma suruhan. Dia seorang penjual wedang ronde. Untung, dia masih ingat ciri-ciri lelaki muda, yang tadi menyuruhnya mempertukarkan bungkusan: kerempeng, berambut ikal. Kapten Zulkarnain, Wakil Kasatserse, menduga-duga, orang itu mungkin Susilo. Dia mahasiswa sebuah PTS, berusia sekitar 23, sering ke kantor polisi untuk mengurus izin pertunjukan. Sebab, malam itu, Zulkarnain sekelebatan melihat Susilo, di Simpang Lima dan tiba-tiba saja pemuda itu ngacir. Zul jadi curiga. Pemuda itu dicari ke rumahnya, gedung yang cukup bagus di kawasan Gendong Utara. Malam itu juga, polisi bisa menemukan Nico di sana. Siswa kelas VI SD itu tengah telentang, kedua tangannya terikat ke dipan, dan wajahnya tertutup sarung kepala. Susilo? Dia ditemukan sedang bersembunyi dekat sumur. Karena mencoba lari, dia ditembak, kedua betisnya kena. Kini ia dirawat di RS Karyadi. Bujangan pendiam yang dikenal sebagai pengusaha show biz ini mengaku sebagai pelaku tunggal penculikan. Selain Susilo, polisi memang sempat menangkap seorang wanita muda -- konon pacar Susilo -- yang bekerja di CV Daya Prima. Ia dilepas kembali, karena tak terbukti berkomplot. Tapi dari cewek itulah, Susilo tahu nomor telepon Widagdo, dan bahwa pedagang alat-alat kedokteran itu punya anak tunggal. "Saya kepepet," ujar anak sulung dari tujuh bersaudara itu. Mereka ini dari keluarga broken home, dan ibu mereka, Nyonya Asri, yang membuka sanggar tari "Asri", jarang sekali di rumah. Bila dikatakan Susilo kepepet, mungkin ada benarnya. Beberapa bulan lalu, dia tekor sampai Rp 4 juta saat menyelenggarakan festival musik rock remaja di Gedung Olah Raga, Semarang. "Waktu itu penonton ngamuk. Gito Rollies dan Ahmad Albar, yang dijanjikan akan datang, ternyata cuma bualan," ujar seorang kenalan Susilo. Toh dia tidak jera. Bulan lalu, kembali ia bikin ramai-ramai: menyelenggarakan pemilihan gadis idaman berambut panjang. Dan lagi-lagi ia nyaris diamuk massa, karena hadiah Tabanas yang dijanjikan tak pernah diberikan. Menurut Iwan, temannya, Susilo sebenarnya penakut. Pernah ia ditantang berkelahi, dan belum kena pukul, dia sudah pingsan. Tapi ia selalu berpenampilan necis. Ke mana pergi ia selalu naik Toyota Kijang, pakaiannya rapi dan selalu wangi. Dia juga dikenal sebagai playboy. Karyawati CV Daya Prima itulah salah satu pacarnya. Sebelum penculikan, keluarga Widagdo dengan Susilo tak saling mengenal. Meski begitu, saat menerima telepon dari penculik, Widagdo mengaku tak panik benar. Akan halnya Nico, yang sempat diculik tak sampai 24 jam itu, tampak tak terpukul benar oleh peristiwa itu. "Saya tidak takut. Saya sehat-sehat saja kok," ujarnya sambil tertawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini