Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga Brigadir J mendesak polisi untuk menyita mobil yang digunakan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri Irjen Ferdy Sambo dari Magelang menuju Jakarta. Pengacara keluarga menyatakan bahwa mereka menduga ada tindak pidana penyiksaan terhadap pria bernama Nopryansah Yosua Hutabarat itu di sana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Mobil yang membawa Kadiv Propram dan Josua dari Magelang ke Jakarta mesti disita karena diduga ada bercak darah sebagai lokasi terjadinya tindak pidana," kata pengacara keluarga Yosua, Kamaruddin Simanjuntak, Ahad kemarin, 17 Juli 2022.
Dugaan itu muncul karena keluarga menilai ada kejanggalan dari jenazah Yosua. Mereka menemukan sejumlah indikasi adanya tindak pidana penganiayaan terhadap pria berusia 28 tahun tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Indikasi tersebut berupa sejumlah luka di tubuh Yosua, padahal polisi menyatakan bahwa dia meninggal karena tertembak oleh rekannya, Bharada RE, di kediaman Ferdy Sambo pada Jumat, 8 Juli 2022.
Kamaruddin juga mempertanyakan soal tiga telepon seluluer Yosua yang dinyatakan polisi hilang. Padahal, menurut dia, Yosua masih sempat berbicara dengan ibunya pada pagi hari sebelum kejadian. Yosua mengabarkan tengah berada di Magelang, Jawa Tengah, saat itu.
"Dia kontak ibunya, dan bilang nanti telpon lagi sore karena nggak enak telpon selagi bertugas dan ada komandannya," kata Kamaruddin.
Menurut Kamaruddin, hilangnya tiga telepon seluler Yosua itu sebuah kejanggalan. Dia mendesak agar polisi menelusuri percakapan Yosua.
"Ini kejanggalannya. Karena itu, mesti ditelusuri lewat provider ke siapa saja Josua telpon pada Jumat itu," kata dia.
Kamaruddin menyatakan pihak keluarga telah menyerahkan foto dan video luka di tubuh Yosua kepada tim dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Komisioner Komnas HAM Choirul Anam pun membenarkan hal itu.
"Kami diberikan banyak keterangan, kami diberikan banyak foto, kami juga diberikan banyak video,” kata Anam.
Pihak keluarga pun mendesak agar dilakukan otopsi ulang terhadap jenazah Yosua. Komnas HAM pun meminta agar otopsi itu dilakukan oleh tim independen di luar kepolisian.
"Untuk mendapatkan informasi awal soal kondisi di tubuh korban mesti dipastikan lewat saintifikasi investigasi, yaitu melalui otopsi. Biasanya kami libatkan ahli forensik dari universitas kedokteran dan disaksikan keluarga," kata anggota Komnas HAM, Heriansyah.
"Dalam beberapa kasus memang untuk mengungkap kematian dilakukan otopsi di luar internal kepolisian."
Kematian Yosua hingga saat ini masih diselubungi misteri. Polisi menyatakan bahwa Yosua meninggal setelah beradu tembak dengan Bharada RE di kediaman Ferdy Sambo.
Yosua disebut sempat melakukan pelecehan terhadap istri Ferdy, Putri Candrawathi, yang tengah beristirahat di dalam kamar. Menurut polisi, teriakan Putri terdengar oleh Bharada RE yang kemudian menyambangi kamar tersebut. Yosua dan Bharada RE lantas terlibat aksi saling tembak.
Sejumlah kejanggalan mengemuka setelah polisi menyatakan bahwa kamera pengawas keamanan di kediaman Ferdy Sambo rusak. Selain itu, decoder kamera pengawas keamanan di lingkungan perumahan itu juga diganti oleh polisi sehari setelah kejadian.
Pengumuman yang dilakukan tiga hari setelah kejadian pada Senin, 11 Juli 2022, pun mengundang pertanyaan. Polisi menyatakan bahwa hal itu dilakukan karena hari raya Idul Adha pada Ahad, 10 Juli 2022.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah membentuk tim khusus untuk mengungkap kematian Brigadir J ini. Tak hanya polisi, tim ini juga terdiri dari Komnas HAM dan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas).