Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pihak keluarga Situr Wijaya, jurnalis yang ditemukan tewas di kamar Hotel D Paragon pada Jumat, 4 April 2025 lalu meminta pihak kepolisian untuk memeriksa mutasi atau catatan transaksi di rekening bank milik almarhum. Utamanya untuk mendalami kemungkinan transaksi dengan nominal tidak wajar yang keluar atau masuk ke rekening Situr.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Anggap ada transaksi keuangan yang mencurigakan dengan jumlah yang tidak masuk akal, (harus) ditelusuri,” ucap juru bicara keluarga Situr Wijaya, Syahrul, ketika ditemui Tempo di bilangan Kalibata, Jakarta Selatan pada Ahad malam, 13 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Permintaan tersebut diajukan oleh Syahrul karena adanya kekhawatiran terjadinya transaksi keuangan tidak wajar yang berakibat pada hilangnya nyawa Situr Wijaya. Apalagi ditemukan fakta bahwa di dalam dompet korban hanya tersisa uang senilai 12 ribu rupiah.
“Bisa jadi (transaksi keuangan) itu jadi pemicu meninggalnya almarhum,” ucap Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Peduli Sulawesi Tenggara itu.
Syahrul sendiri sudah menyampaikan langsung permintaan tersebut kepada penyidik. Dia juga mengaku keluarga sangat terbuka untuk memberikan izin maupun persetujuan bagi polisi untuk mengakses rekening bank milik almarhum.
“Kalau polisi butuh persetujuan, istrinya nanti bisa ditelpon untuk berkoordinasi,” kata Syahrul yang akrab disapa Heru tersebut.
Tewasnya Situr Wijaya dinilai oleh pihak keluarga sebagai kematian yang tidak wajar. Situr dianggap jadi korban pembunuhan. Sebabnya ada beberapa kejanggalan yang ditemukan dan dirasakan oleh keluarga terkait informasi kematian Situr. Salah satu kecurigaan tersebut adalah adanya pihak tidak dikenal yang terlibat dalam kematian Situr.
Syahrul menuturkan, ada kemunculan seseorang yang mengaku sebagai rekan kerja almarhum di kamar hotel Situr, tepat di hari kematiannya. Kehadiran orang tersebut terpantau dalam rekaman kamera CCTV.
Padahal, menurut Syahrul, kedatangan Situr bukan untuk urusan pekerjaan. Almarhum rencananya hanya singgah sebentar di Jakarta untuk kemudian melanjutkan perjalanannya pulang ke kampung halaman di Purworejo.
“(Dia) mengaku rekan kerja dari Promedia,” kata Syahrul. Promedia sendiri merupakan perusahaan induk dari media yang didirikan dan dikomandoi oleh almarhum, yaitu Insulteng.id.
Kecurigaan lain adalah adanya pihak ketiga yang dapat mengakses telepon genggam milik almarhum. Sebabnya, informasi tentang kematian Situr didapatkan keluarga pertama kali lewat pesan yang dikirimkan dari akun pribadi milik korban.
“Saat beliau meninggal, informasi disampaikan ke keluarga itu pakai handphone milik beliau," ujar juru bicara keluarga Situr Wijaya, Syahrul, ketika ditemui Tempo di Polda Metro Jaya pada Rabu, 9 April 2025. "Sedangkan istrinya saja tidak tahu password-nya.”
Pilihan Editor: Seseorang Datang ke Kamar Situr Wijaya di Hari Kematiannya