Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Ketua IPK di Medan Diduga Jadi Korban Penganiayaan, Keluarga Laporkan Anggota TNI ke Denpom

Selain ke Denpom Kodam 1 Bukit Barisan, keluarga Doli Manurung juga melaporkan penganiayaan itu ke Polrestabes Medan.

11 Agustus 2024 | 08.53 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kuasa hukum Doli Manurung, Rizki Nainggolan menunjukkan laporan mereka ke Denpom 1/5 Kodam 1 BB di kantor DPP IPK, Sabtu, 10 Agustus 2024. TEMPO/Mei Leandha

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Medan - Orang tua Doli Hamonangan Manurung melaporkan dugaan penganiayaan terhadap anaknya ke Polrestabes Medan. Ayah Doli, Edward Manurung, 64 tahun, mengatakan anaknya itu diduga dipukuli oleh anggota TNI hingga babak belur. 

Menurut ibu korban, Valentina Panggabean, penganiayaan itu terjadi pada Ahad, 4 Agustus 2024. Pagi itu, Doli pulang ke rumah dengan pelipis luka. Sambil sarapan, Doli mengaku berkelahi. Dia bilang kepalanya pusing dan ingin istirahat setelah minum obat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Valentina, 59 tahun, kemudian pergi. Ketika pulang ke rumahnya di Jalan Orde Baru, Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan, Valentina terkejut, banyak orang tak dikenal ada di rumahnya. Pada saat itu Doli sudah babak belur. 

"Ku tengoklah anak ku ditutup kepala dan mata pakai sweater-nya, tangannya diikat lakban. Mereka terus memukuli. Aku menjerit minta tolong jangan dipukuli, jangan disiksa karena dia bukan binatang. Mereka tak peduli, terus dipukuli, sambil dibawa keluar," kata Tina kepada Tempo, Sabtu, 10 Agustus 2024.

Menurut Valentina, Doli ditangkap oleh orang yang mengaku Brimob. Diperkirakan ada 20 pria berpakaian serba hitam yang datang mengendarai 5 mobil. 

Pada saat itu Edward sedang tak di rumah. Begitu mendengar pengaduan istrinya, Edward bergegas pulang, namun Doli sudah dibawa pergi.
 
"Istri ku nangis-nangis, katanya Doli diculik segerombolan orang tak dikenal. Naik orang-orang itu ke lantai tiga, di situlah dipukuli si Doli. Hancur laptop, handpone, uang setoran parkir hilang. Seperti perampokan, dari lantai tiga sampai bawah, darah semua," katanya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut cerita istrinya, gerombolan orang tak di kenal itu, mendobrak pintu besi rumah dan memaksa masuk. Langsung naik ke lantai tiga, kamar Doli. Langsung memukuli, barang-barang diobrak-abrik. 

Edward kemudian mencari tahu keberadaan anaknya. Sekitar pukul 00.00 WIB, barulah diketahui kalau Doli berada di Rumah Sakit Bhayangkara Medan. "Ku tengoklah si Doli terkapar, pingsan. Ku pikir udah tak ada lagi anak ku. Sudah kayak mayat, babak belur di muka, kepala, badan. Nangis-nangislah kami semua," ucap Edward. 

Pada Selasa malam, 6 Agustus 2024, Doli dibawa ke Polrestabes Medan untuk menjalani pemeriksaan. Ternyata Doli dituding berkelahi dengan anggota TNI di tempat hiburan malam yang berada di Capital Building Medan pada Sabtu, 3 Agustus 2024. Doli yang merupakan Ketua Ikatan Pemuda Karya (IPK) Ranting Sekip, datang bersama teman-temannya. 

Polisi mengatakan Doli dituduh sebagai penganiaya Prada Defliadi sampai matanya buta. 

"Kawannya yang ribut sama tentara, tapi karena dia ketua, dialah yang dikenal. Kena pukul pakai kursi sampai jatuh. Dibawa pulang, kawan-kawannya lanjut. Doli bilang berantam sama tentara marga Sirait, bukan Prada Defliadi. Dia tak tahu mereka tentara karena pakai baju biasa. Orang lain yang menghajar Prada Defliadi di Sekip. Si Doli tak tahu-menahu soal pembacokan. Dia diantar pulang dalam keadaan mabuk," kata Edward. 

Edward mengatakan penganiayaan yang diduga dilakukan sekelompok anggota TNI itu sangat kejam dan mengerikan. "Kalau pun salah, tak begitu caranya. Dihajar di depan mamaknya, itu yang tak ku suka," katanya. 

Selain ke Polresta Medan, keluarga Doli Manurung juga melaporkan penganiayaan yang diduga dilakukan personel Batalyon Infanteri 100/Prajurit Setia ke Detasemen Polisi Militer I/5 Kodam 1 Bukit Barisan pada 8 Agustus 2024, empat hari setelah Doli dijemput paksa.

"Kami melapor ke Denpom atas arahan Polrestabes Medan karena menyangkut personel TNI. Denpom I/5 sudah memeriksa Valentina Panggabean, orang yang melihat langsung Doli dijemput dan disiksa," kata tim kuasa hukum, Rizki Nainggolan kepada Tempo di kantor DPP IPK.

Selain penculikan, para terlapor juga diduga melakukan penganiayaan, pengerusakan rumah dan penjarahan. Menurut keluarga korban, uang sebesar Rp 30 juta lebih raib dari laci kamar Doli. Begitu juga dua unit ponsel dan laptop.

Rizki berharap Kodam 1 Bukit Barisan transparan menyelidiki dan mengungkap laporan mereka dengan fakta-fakta yang sebenarnya. Sampai hari ini, Doli dituduh sebagai pelaku penganiayaan. "Kami percaya Denpom Medan berani mengungkap ini secara transparan, siapa yang melakukan kejahatan. Di publik kami dianggap sebagai pelaku," ujarnya.

Melawan saat diamankan

Kepala Penerangan Kodam 1 Bukit Barisan Kolonel Rico Siagian saat dikonfirmasi wartawan membenarkan kalau ada personel TNI yang mendatangi rumah Doli setelah mereka mendapati Prada Defliadi terluka parah. Pihaknya mengamankan Doli dari lantai tiga rumahnya. 

"Saat dijemput, yang bersangkutan bersembunyi dan melawan saat diamankan. Mau ambil pistol air softgun," ucapnya singkat.  

Kapolrestabes Medan Kombes Teddy John Sahala Marbun mengatakan, sudah lima orang ditetapkan menjadi tersangka penganiayaan Prada Defliadi, anggota Yonif 100/PS. Mereka adalah Doli dan anggotanya berinisial RDS, 45 tahun. Tiga tersangka lainnya berinisial TT, MJS dan MIR, masih diburu. "Motifnya masih didalami," kata Teddy di Polrestabes Medan.

Pilihan Editor: Kuasa Hukum Keluarga Desak Lembaga Negara Kawal Proses Autopsi Ulang Afif Maulana

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus