Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kriminal

KPK Terbitkan Sprindik Dugaan Korupsi Dana Iklan Bank BJB

KPK telah menerbitkan surat perintah penyidikan atau sprindik untuk mengusut dugaan korupsi dana iklan Bank BJB.

5 Maret 2025 | 14.08 WIB

Ketua KPK, Setyo Budiyanto, memberikan keterangan perdana kepada awak media, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Selasa, 24 Desember 2024. KPK resmi menetapkan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dan Donny Tri Istiqomah, sebagai tersangka Obstruction of Justice (perintangan penyidikan) dalam pengembangan perkara tindak pidana korupsi pemberian suap penetapan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI terpilih 2019-2024, sebelumnya KPK telah menetapkan empat orang tersangka politisi PDIP Harun Masiku (buron), Saeful Bahri, Komisioner Komisi Pemilihan Umum RI, Wahyu Setiawan dan mantan anggota Badan Pengawas Pemilu, Agustiani Tio Fridelina. TEMPO/Imam Sukamto
Perbesar
Ketua KPK, Setyo Budiyanto, memberikan keterangan perdana kepada awak media, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Selasa, 24 Desember 2024. KPK resmi menetapkan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dan Donny Tri Istiqomah, sebagai tersangka Obstruction of Justice (perintangan penyidikan) dalam pengembangan perkara tindak pidana korupsi pemberian suap penetapan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI terpilih 2019-2024, sebelumnya KPK telah menetapkan empat orang tersangka politisi PDIP Harun Masiku (buron), Saeful Bahri, Komisioner Komisi Pemilihan Umum RI, Wahyu Setiawan dan mantan anggota Badan Pengawas Pemilu, Agustiani Tio Fridelina. TEMPO/Imam Sukamto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menerbitkan surat perintah penyidikan atau sprindik untuk mengusut perkara dugaan korupsi dana iklan Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten atau Bank BJB. Penerbitan sprindik ini diungkap oleh Ketua KPK Setyo Budiyanto seusai menghadiri Launching Indikator Monitoring Center For Prevention atau MCP 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Perihal informasi adanya aparat penegak hukum atau APH lain yang juga menangani perkara Bank BJB, Setyo mengungkapkan bahwa Direktur Penyidikan KPK dan Kasatgas akan melakukan koordinasi sebagai tindak lanjutnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Ya karena kami sudah menerbitkan surat perintah penyidikan kalau memang terinformasi bahwa ada APH lain yang melakukan itu, nanti tugasnya Direktur Penyidikan dan Kasatgas untuk melakukan koordinasi,” kata Setyo saat ditemui di Gedung Pusat Edukasi Anti Korupsi, Rabu, 5 Maret 2025.

Jenderal polisi bintang tiga ini mengatakan keputusan akan diambil apabila telah dilakukan koordinasi antara KPK dengan APH yang juga menangani perkara yang sama. Sesuai dengan informasi yang diterima, Polisi Daerah (Polda) dan/atau Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat disebut menangani perkara rasuah di Bank BJB.

Sedangkan perihal tindak lanjut terhadap nama lima tersangka, kata Setyo, merupakan wewenang penyidik, Direktur Penyidikan, dan Deputi Penindakan dan Eksekusi. Adapun lima tersangka yang didapat Tempo adalah dua petinggi Bank BJB, pimpinan tiga agensi iklan, salah satunya PT. CKSB.

Berdasarkan laporan Majalah Tempo edisi 22 September 2024, “SiapaTerlibat Korupsi Anggaran Iklan Bank BJB’, kabar kasus dugaan korupsi dana iklan Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (BJB) memantik silang komentar para penyidik dan pimpinan KPK.

Pada Selasa, 27 Agustus 2024, Wakil Ketua KPK saat itu, Alexander Marwata sudah memberi kisi-kisi bahwa komisi antirasuah sedang menyelidiki kasus ini. Delapan belas hari kemudian, beredar kabar sudah ada tersangka dalam kasus korupsi Bank BJB.

Pada hari yang sama, Direktur Penyidikan KPK Asep Guntur Rahayu membenarkan adanya penyidikan tapi belum mengeluarkan surat perintah penyidikan (sprindik). Namun besoknya, Ahad, 15 September 2024, Juru Bicara KPK Tessa Mahardhika Sugiarto meralat kabar soal penyidikan kasus Bank BJB, termasuk penetapan tersangka. “Belum ada surat perintah penyidikan,” ujarnya kepada wartawan.

Sebelumnya, seorang penegak hukum di KPK memastikan komisi antirasuah sudah menggelar rapat ekspose perkara kasus Bank BJB pada pekan pertama September 2024. Semua peserta menyetujui penanganan kasus itu naik ke tingkat penyidikan.

Rapat itu juga memutuskan ada lima calon tersangka. Dua orang adalah petinggi Bank BJB, sementara tiga lainnya adalah pihak swasta. Mereka dituding berkomplot menggelembungkan anggaran dan belanja iklan yang merugikan keuangan bank yang saham mayoritasnya dikuasai Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Penetapan status tersangka kelima orang itu tinggal menunggu surat administrasi penyidikan. Tapi Tessa Mahardhika tak mau berkomentar tentang kenapa surat penyidikan tak kunjung dibuat. “Patokan saya register sprindik, dan saat ini belum ada,” katanya.

Sementara itu, Alexander Marwata yang pada saat itu Wakil Ketua KPK, membenarkan kabar bahwa sudah ada forum ekspose antara pimpinan, penyelidik, dan penyidik dalam kasus ini. Menurut dia, penerbitan surat perintah penyidikan cuma masalah waktu. “Kadang bisa cepat, kadang bisa lama,” ucapnya pada Selasa, 17 September 2024.

Kerugian negara dalam kasus Bank BJB sebenarnya sudah termuat dalam laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu bernomor 20/LHP/XVII.BDG/03/2024 yang terbit pada 6 Maret 2024. Dokumen itu berisi hasil audit sejumlah kegiatan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten tahun buku 2021-2023. Satu di antaranya, realisasi pengelolaan anggaran promosi produk dan belanja iklan yang nilainya mencapai Rp 801 miliar.

Temuan yang menjadi sorotan adalah alokasi belanja iklan media massa sebesar Rp 341 miliar. Dalam dokumen itu, disebutkan Bank BJB menggandeng enam perusahaan agensi sebagai perantara dengan perusahaan media.

Penelusuran Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mendeteksi ada kebocoran sebesar Rp 28 miliar. Angka ini muncul karena nilai riil yang diterima media jauh berbeda dengan pengeluaran Bank BJB. Dari Rp 37,9 miliar nilai tagihan ke Bank BJB, biaya iklan televisi yang bisa terkonfirmasi hanya Rp 9,7 miliar. Selisih ini dianggap tak wajar karena dokumen kontrak menyebutkan komisi untuk agensi hanya 1-2 persen dari nilai iklan yang sudah tayang.

Mutia Yuantisya

Alumnus Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Padang ini memulai karier jurnalistik di Tempo pada 2022. Ia mengawalinya dengan menulis isu ekonomi bisnis, politik nasional, perkotaan, dan saat ini menulis isu hukum dan kriminal.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus