DUA peti mayat masih disimpan di kantor kepolisian Sektor
Tompobulu Gowa. Sebuah berisi mayat Sama dengan kepala botak dan
kedua kaki terlipat. Disita polisi dari tangan pencurinya, 18
April malam lalu, keadaannya memang sudah demikian. Menurut
Hasan, yang merawat almarhum ketika sakit lumpuh hampir 10 tahun
-- dan meninggal 2 tahun lalu dalam usia 55 tahun, posisi mayat
yang demikian memang permintaan almarhum sebelum ajal.
Sedangkan peti yang lain berisi mayat Tini Sayye, gadis 20
tahun, yang meninggal tahun lalu. Mayat ini disita polisi dari
tangan pencurinya bersamaan dengan mayat Sama. Rambutnya masih
utuh, panjang tergerai hingga ke pinggang. Sebagian besar
sosoknya kelihatan utuh. Kecuali hidung dan bibirnya mengalami
kerusakan mayat biasa. Agak aneh, di lipatan kulit perutnya
terselip uang logam Rp 50 yang sudah berlumut. Orang banyak
menduga uang logam itu ada hubungannya dengan guna-guna yang
menyebabkan kematian Tini. Sebab hanya merasa sakit seharian
lalu muntah darah, kontan gadis ini dipanggil Yang Kuasa.
Dokter Irfan, Kepala Dinas Kesehatan Jeneponto, belum dapat
memastikan apa yang menyebabkan beberapa mayat di sana dalam
keadaan utuh -- walaupun sudah dipendam tahunan lamanya.
Kulit, tulang, rambut dan selaput kornea mata (unsur ettoderm)
ditemukan masih utuh. Sedangkan biji mata, otak, daging dan
organ tubuh dalam lainnya (essoderm) telah rusak seperti
lazimnya mayat yang telah berusia tahunan.
Ilmu Tarekat
Tanah di sekitar sana mengandung semacam zat pengawet? Masih
diragukan. Sebab ternyata hanya mayat-mayat tertentu saja --
yang tampaknya sudah diketahui oleh para pencurinya -- yang
masih dalam keadaan baik. Sedangkan yang digali dari
sebelah-menyebelahnya ternyata dalam keadaan biasa, rusak. Atau
karena sesuatu ilmu yang diamalkan almarhum semasa hidupnya?
Di daerah Jeneponto memang ada semacam aliran tarekat.
Pengamalnya, kabarnya, dapat membuat dirinya "awet" di dalam
kubur. Tapi gadis seperti Tini yang muda itu, apakah juga
pengamal ilmu tarekat? Entah. Dr Irfan sendiri tak berani
memastikan baik tentang ilmu tarekat maupun keadaan tanah di
sana. "Saya bukan ahlinya," kata Irfan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini