PENGUMUMAN penerimaan pegawai Bepeka (Badan Pemeriksa
Keuangan), 16 April lalu, hanya menerima 230 orang dari lebih
1.000 calon yang diuji. Tapi selain sejumlah orang yang gagal
diterima, ternyata puluhan orang lain lebih kecewa. Mereka
adalah golongan yang tertipu setelah ikut ujian dan membayar
uang pelicin, dengan janji pasti diterima sebagai pegawai,
ternyata nama mereka tak ikut terpampang di papan pengumuman.
Oktober tahun lalu di kantor Bepeka di gedung MPR/DPR lantai 8
dan 9, sibuk dilakukan pendaftaran calon pegawai baru. Saat
itulah muncul BU (30 tahun), petugas bagian rumah tangga
Bepeka, kasak-kusuk di antara para pelamar. Di sana BU, mengaku
orang dalam yang ikut menentukan penerimaan, mengumbar janji:
dia dapat mengusahakan seorang calon diterima, asal tentu saja,
berani membayar uang pelicin.
Janji BU memikat banyak peminat. Menurut sumber TEMPO sampai
mencapai 83 orang. Sumber yang lain menyatakan 54 orang.
Sedangkan menurut Sekretaris Jenderal Bepeka, Sudjito
Sindumihardjo SH, hanya 17 orang yang terpikat bujukan BU. Oleh
BU pemegang ijasah SLP/SLA para pencari kerja itu ditarik
masing-masing antara Rp 200 ribu sampai Rp 400 ribu.
Bagian Personalia
Untuk meyakinkan korbannya, BU melakukan pendaftaran khusus dan
membuka suatu ujian penerimaan. Test bahasa Inggeris,
pengetahuan umum dan psikotes diambil dari bahan-bahan resmi.
Jika ujian resmi diselenggarakan Bepeka di Stadion Utama
Senayan, BU tak tanggung-tanggung melangsungkannya di lobi
gedung MPR/DPR. Humas DPR, Ruslan Salamun, tak tahu menahu
kegiatan BU tersebut. Memang ada "kumpul-kumpul" di lobi di
lantai I gedung DPR/MPR, tapi setahunya, "mereka calon-calon
pegawai Bepeka". Itu saja.
Servis BU yang lain, 'bukti penerimaan pegawai' -- berupa SK
(Surat Keputusan) yang ditandatangani pimpinan Bepeka lengkap
dengan NIP (Nomor Induk Pegawai)nya -- diantar ke rumah setiap
korbannya. Tentu saja semua SK dan NIP tersebut palsu adanya.
"Semuanya itu jelas penipuan," kata Sekjen Bepeka Sudjito SH.
Malah, katanya, semuanya kelihatannya tak hanya dilakukan BU
sendiri. Ada oknum orang dalam lain, misalnya dari bagian
personalia, yang diduga turut terlibat kegiatan BU.
Pembagian tugas antara BU dengan oknum lain kurang lebih begini:
BU mencuri memfotokopi SK pegawai baru yang akan diajukan ke
BAKN (Badan Administrasi Kepegawaian Negara). Nama dan
keterangan aslinya dihapus dan diganti dengan nama dan
keterangan korbannya. Sedangkan soal NIP, tandatangan pimpinan
dan stempel Bepeka kemungkinan dikerjakan oknum yang lain.
Bagaimana formulir pendaftaran dan bahan test bisa jatuh ke
tangan BU? "Semuanya masih dalam taraf pengusutan dan
penyelidikan," ujar Sudjito. Hanya, katanya, sementara ini
persoalan BU dan korbannya belum menjadi urusan polisi. Masih
diurus secara "intern" oleh bagian keamanan Bepeka sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini