Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Jual-beli Mayat, Jadi Bisnis Baru

Jual-beli mayat di Sulawesi Selatan berhasil diungkap oleh polisi. Beberapa mayat curian, pencuri mayat dan tukang tadah ditemukan, tapi untuk apa mayat-mayat itu masih dalam pengusutan. (krim)

12 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAAT ini saja sudah 37 orang tersangka terlibat pencurian mayat ditahan di kepolisian Gowa dan Jeneponto (Sulawesi Selatan). Di samping itu 23 orarg lainnya sedang diincer. Mereka terdiri dari pencuri, calo dan kakitangan pembeli mayat. Tak kurang 7 mayat yang diketahui telah tercuri dari kuburnya. Termasuk mayat tokoh Daeng Lebang yang dicuri Pebruari lalu oleh Sako Raja (TEMPO, 7 April 1979). Setelah kisah jenazah Daeng Lebang 'dibangunkan' dari kuburnya itu, kemudian cerita nyata tentang pencurian dan jual beli mayat memang berkecamuk. Namun sejak itu pula, pihak Kodim Jeneponto telah mencium akan adanya pencurian mayat berikutnya. Mengapa tentara ikut turun tangan urusan pencurian? Diduga pencurian mayat tersebut "ada hubungannya dengan luar negeri." Itulah sebabnya, menurut seorang pejabat Kodim, "tentara ikut turun tangan." Sambe Baso pertengahan Pebruari lalu menggali kubur dan mengangkat mayat pamannya, adik sepupu ibunya sendiri bernama Malik. Sebelum dioper ke peminatnya selama 20 hari mayat Malik disembunyikan di semak-semak. Dari situ terus dibopong ke rumah A. Rasyid dan disemayamkan di sana selama 18 hari. Rasyid (35 tahun), Djunni (35 tahun), Nuru (30 tahun) dan Baddu Rahman (75 tahun), disangka bertindak sebagai calo atau makelar yang menghubungkan si pencuri dengan pembeli mayat. Berhubung lama ditunggu pembeli dari Ujungpandang belum juga muncul selanjutnya mayat Malik digotong dan dibenamkan di semak-semak dekat jembatan. Di sana 4 hari mayat yang ter bungkus tikar pandan itu menunggu pembeli. Sampai muncul calo lain, Muslimin (45 tahun), Hake (40 tahun) dan Mas'ud. Mereka berunding dengan Sambe dkk. Dan segera diputuskan: malam Minggu, 14 April, mayat Malik akan diangkut menuju pembelinya di Ujungpandang. Tiba pada waktu yang direncanakan ternyata mayat Malik belum juga dapat diberangkatkan. Sopir mobil carteran, menurut polisi belakangan, tak mau bekerja setelah diketahuinya salah satu penumpangnya berupa mayat. Alasan lain mungkin juga si pembeli dari Ujungpandang belum muncul malam itu, atau boleh jadi karena sudah kesiangan. Maka pemberangkatan ditunda. Apapun alasannya, penundaan itu cukup memberi waktu bagi petugas Kodim -- yang rupanya sejak siang-siang memata-matai -- untuk bergerak. Esok malamnya, sopir dan pembantunya diamankan di salah sebuah rumah penduduk. Tugasnya digantikan oleh petugas intel. Duaorang petugas lain duduk di dalam dan bertindak sebagai pembeli dari Ujungpandang. Semuanya lancar. Penjual dan makelar mayat tak curiga apa-apa. Sebab mereka memang belum pernah mengenal siapa pembeli mayat dari Ujungpandang yang harusnya datang malam itu. Bersama mayat Malik mereka duduk tenang dalam kendaraan dan berangkat. Setiap melewati kampung, komplotan pencuri dan penjual mayat tersebut tak lupa berucap "selamat . . . selamat . . . ! " Namun kemudian mereka kaget. Mobil mendadak belok dan masuk ke markas Kodim Jeneponto disertai bentakan tentara: "Angkat tangan!" Dan borgol pun dibagikan. Nyonya Penadah Menurut pengakuan Muslimin (si calo) telah 16 mayat yang digarap komplotannya. Yaitu mayat-mayat yang tetap utuh dalam kuburnya, tak rusak dimakan tanah dan rayap, serta memiliki panjang tubuh antara 120 sampai 170 Cm. Harganya, katanya, sekitar Rp 30 juta. Bagian si penggali kubur, katanya, Rp 5 juta. Bagi calo antara Rp 10 juta dan Rp 15 juta. Sedangkan daerah operasinya di seputar desa-desa tertentu di Jeneponto yang konon banyak terdapat orang mate kora-kora yaitu mayat yang tetap utuh dalam kuburnya. Mayat Malik misalnya -- yang sekarang menunggu penguburan kembali di kantor polisi, tetap utuh walaupun diduga telah beberapa tahun terkubur. Sambe Baso, pencuri mayat pamannya tersebut, belum tahu apa-apa ketika ibunya sendiri meninggal. Sedangkan pamannya, adik sepupu ibunya, telah mendahului wafat pada usia 80 tahun. Sambe Baso sendiri sekarang berusia 30 tahun. Dua hari setelah meringkus komplotan pencuri mayat Malik, 18 April berikutnya, petugas menemukan dua mayat lain di antara semak-semak di Kampung Cikoro. Mayat Sama, yang meninggal dua tahun lalu dalam usia 55 tahun, memang dilaporkan dicuri dari kuburnya sejak 4 April lalu. Sedangkan mayat Tini, yang ditemukan bersama Sama, dikubur tahun lalu dalam usia 20 tahun. Mayat gadis Tini dilaporkan menghilang dari makamnya sejak 5 April. Sebelum itu polisi memang sibuk mengurus mayat-mayat Sallang Daeng Nakku, Sanja dan Pagi yang dilaporkan keluarganya mendadak hilang dari kuburnya antara bulan Maret dan April. Dari hasil pemeriksaan sementara, polisi menemukan nama seorang nyonya pedagang barang antik di Ujungpandang yang disebut-sebut tersangka sebagai penadah mayat curian. Siapa dia dan untuk apa mayat-mayat yang ditadahnya masih dalam pengusutan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus