SAAT ini saja sudah 37 orang tersangka terlibat pencurian mayat
ditahan di kepolisian Gowa dan Jeneponto (Sulawesi Selatan). Di
samping itu 23 orarg lainnya sedang diincer. Mereka terdiri
dari pencuri, calo dan kakitangan pembeli mayat. Tak kurang 7
mayat yang diketahui telah tercuri dari kuburnya. Termasuk mayat
tokoh Daeng Lebang yang dicuri Pebruari lalu oleh Sako Raja
(TEMPO, 7 April 1979).
Setelah kisah jenazah Daeng Lebang 'dibangunkan' dari kuburnya
itu, kemudian cerita nyata tentang pencurian dan jual beli mayat
memang berkecamuk. Namun sejak itu pula, pihak Kodim Jeneponto
telah mencium akan adanya pencurian mayat berikutnya. Mengapa
tentara ikut turun tangan urusan pencurian? Diduga pencurian
mayat tersebut "ada hubungannya dengan luar negeri." Itulah
sebabnya, menurut seorang pejabat Kodim, "tentara ikut turun
tangan."
Sambe Baso pertengahan Pebruari lalu menggali kubur dan
mengangkat mayat pamannya, adik sepupu ibunya sendiri bernama
Malik. Sebelum dioper ke peminatnya selama 20 hari mayat Malik
disembunyikan di semak-semak. Dari situ terus dibopong ke rumah
A. Rasyid dan disemayamkan di sana selama 18 hari. Rasyid (35
tahun), Djunni (35 tahun), Nuru (30 tahun) dan Baddu Rahman (75
tahun), disangka bertindak sebagai calo atau makelar yang
menghubungkan si pencuri dengan pembeli mayat.
Berhubung lama ditunggu pembeli dari Ujungpandang belum juga
muncul selanjutnya mayat Malik digotong dan dibenamkan di
semak-semak dekat jembatan. Di sana 4 hari mayat yang ter
bungkus tikar pandan itu menunggu pembeli. Sampai muncul calo
lain, Muslimin (45 tahun), Hake (40 tahun) dan Mas'ud. Mereka
berunding dengan Sambe dkk. Dan segera diputuskan: malam Minggu,
14 April, mayat Malik akan diangkut menuju pembelinya di
Ujungpandang.
Tiba pada waktu yang direncanakan ternyata mayat Malik belum
juga dapat diberangkatkan. Sopir mobil carteran, menurut polisi
belakangan, tak mau bekerja setelah diketahuinya salah satu
penumpangnya berupa mayat. Alasan lain mungkin juga si pembeli
dari Ujungpandang belum muncul malam itu, atau boleh jadi
karena sudah kesiangan. Maka pemberangkatan ditunda.
Apapun alasannya, penundaan itu cukup memberi waktu bagi petugas
Kodim -- yang rupanya sejak siang-siang memata-matai -- untuk
bergerak. Esok malamnya, sopir dan pembantunya diamankan di
salah sebuah rumah penduduk. Tugasnya digantikan oleh petugas
intel. Duaorang petugas lain duduk di dalam dan bertindak
sebagai pembeli dari Ujungpandang.
Semuanya lancar. Penjual dan makelar mayat tak curiga apa-apa.
Sebab mereka memang belum pernah mengenal siapa pembeli mayat
dari Ujungpandang yang harusnya datang malam itu. Bersama mayat
Malik mereka duduk tenang dalam kendaraan dan berangkat. Setiap
melewati kampung, komplotan pencuri dan penjual mayat tersebut
tak lupa berucap "selamat . . . selamat . . . ! "
Namun kemudian mereka kaget. Mobil mendadak belok dan masuk ke
markas Kodim Jeneponto disertai bentakan tentara: "Angkat
tangan!" Dan borgol pun dibagikan.
Nyonya Penadah
Menurut pengakuan Muslimin (si calo) telah 16 mayat yang digarap
komplotannya. Yaitu mayat-mayat yang tetap utuh dalam kuburnya,
tak rusak dimakan tanah dan rayap, serta memiliki panjang tubuh
antara 120 sampai 170 Cm. Harganya, katanya, sekitar Rp 30 juta.
Bagian si penggali kubur, katanya, Rp 5 juta. Bagi calo antara
Rp 10 juta dan Rp 15 juta. Sedangkan daerah operasinya di
seputar desa-desa tertentu di Jeneponto yang konon banyak
terdapat orang mate kora-kora yaitu mayat yang tetap utuh dalam
kuburnya.
Mayat Malik misalnya -- yang sekarang menunggu penguburan
kembali di kantor polisi, tetap utuh walaupun diduga telah
beberapa tahun terkubur. Sambe Baso, pencuri mayat pamannya
tersebut, belum tahu apa-apa ketika ibunya sendiri meninggal.
Sedangkan pamannya, adik sepupu ibunya, telah mendahului wafat
pada usia 80 tahun. Sambe Baso sendiri sekarang berusia 30
tahun.
Dua hari setelah meringkus komplotan pencuri mayat Malik, 18
April berikutnya, petugas menemukan dua mayat lain di antara
semak-semak di Kampung Cikoro. Mayat Sama, yang meninggal dua
tahun lalu dalam usia 55 tahun, memang dilaporkan dicuri dari
kuburnya sejak 4 April lalu. Sedangkan mayat Tini, yang
ditemukan bersama Sama, dikubur tahun lalu dalam usia 20 tahun.
Mayat gadis Tini dilaporkan menghilang dari makamnya sejak 5
April. Sebelum itu polisi memang sibuk mengurus mayat-mayat
Sallang Daeng Nakku, Sanja dan Pagi yang dilaporkan keluarganya
mendadak hilang dari kuburnya antara bulan Maret dan April.
Dari hasil pemeriksaan sementara, polisi menemukan nama seorang
nyonya pedagang barang antik di Ujungpandang yang disebut-sebut
tersangka sebagai penadah mayat curian. Siapa dia dan untuk apa
mayat-mayat yang ditadahnya masih dalam pengusutan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini