Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Kupu-kupu Kita Merangsang

Biro perjalanan Naigai Koku Ryoko service bermaksud mengorganisir rombongan 30 turis Jepang ke Irja untuk menangkap kupu-kupu cantik & langka bln Agustus 1979. E. Salim ingin membatalkan rencana itu. (ling)

12 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEREDAR pesan promosi di Tokyo: "Ikutlah tur menangkap kupu-kupu di Irian Barat. Di sana, Anda akan memperoleh jenis kupu-kupu yang paling cantik dan paling langka di dunia, seperti jenis Goliath, Meridionalis dan Poseidon." Biro perjalanan Naigai Koku Ryoko Service, bekerjasama dengan majalah serangga Gekkan Mushi Sha, bermaksud mengorganisir rombongan 30 turis Jepang ke Irian Jaya, Agustus mendatang. Tiap peserta harus membayar 395 ribu yen, atau Rp 1,1 juta lebih. Penerbangan dari Kagoshima, Jepang, sampai ke Port Moresby, Papua Niugini, dilakukan dengan pesawat Air Niugini. Dari sana ke Jayapura, Irian Jaya, terus ke kota-kota kecamatan Arso dan Genyem sampai balik lagi ke Jayapura, tersedia pesawat sewaan (charter). Iklan biro perjalanan Jepang itu terang-terangan mengajak "Ayo, kumpulkan dan bawalah kupu-kupu dari Irian Jaya, yang sudah terlarang dibawa keluar dari Papua Niugini." Tapi anehnya, walaupun kupu-kupu Irian Jaya praktis tak berbeda dengan sepupunya di belahan timur pulau itu, Naigai Koku Ryoko berjanji dapat menguruskan surat izin ekspor dari Divisi Satwa, Departemen Tanah & Lingkungan PNG di Port Moresby. Rencana itu kini praktis jadi berantakan. Seorang tokoh pencinta alam, Chuck L. Darsono April lalu meneruskan fotokopi pamflet biro perjalanan itu ke Menteri Negara PPLH, LIPI, PPA, LBN, dan Perhimpunan Kebun Binatang Indonesia. Segera sesudah menerima laporan, Emil Salim menulis surat resmi kepada Dubes Jepang di Jakarta, Hidemichi Kira. Sang Dubes sempat berfikir dulu selama seminggu, kemudian, mentelex ke Gaimusho (Deplu Jepang) rencana rombongan turis penangkap kupu-kupu itu supaya dibatalkan saja. "Bisa jadi ramai," ujar seorang staf Kedubes Jepang kepada TEMPO pekan lalu, "jika tidak dibatalkan." Sementara itu Direktorat PPA (Perlindungan 8 Pengawetan Alam) di Bogor, sudah mengirim surat ke Jayapura. Maksudnya, agar Seksi PPA di sana bersiap-siaga, karena siapa tahu, mungkin rombongan turis jepang itu tetap nyelonong ke sana mencari kupu-kupu. Deplu Jepang toh tak serta merta dapat melarang pihak swasta seperti majalah bulanan Mushi itu mengorganisir wisata ke luar negeri. Kasus ini ada juga hikmahnya, seperti dikemukakan seorang staf PPA, drs Ismu Sutanto yang juga dosen Fakultas Biologi Universitas Nasional: "Mudah-mudahan jenis serangga langka ini segera dicantumkan di daftar binatang yang dilindungi." Mengapa? Pertama, katanya, di PNG pun berbagai jenis kupu-kupu sudah dilindungi, malah terlarang untuk diekspor. Kedua, kupu-kupu Irian sejak Oktober 1976 dicantumkan di daftar binatang yang terancam kepunahannya, menurut Konvensi Internasional tentang Perdagangan Satwa dan Flora Langka (CITES -- Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora). Lewat Amplop Pemerintah Indonesia baru saja ikut meratifikasi CITES, Desember lalu. "Konsekwensinya, kupu-kupu Irian itu harus dilindungi juga," begitu nalar Ismu. Bahwa tak dilindung, itu sudah lama menjadi sumber kebingungan di PPA sendiri. Kupu-kupu Irian dan Maluku sudah lama beredar sampai ke Jakarta lewat amplop dan paket pos. Belum ada dasar hukum untuk mencegahnya. Hobi mengumpul kupu-kupu Indonesia itu bisa mendatangkan untung berlipat ganda. Kupu-kupu jenis Goliath yang masih kecil, misalnya, di Indonesia harganya cuma seribu rupiah. Bila sampai di Jepang, para kolektor sana berani membayar 4000 yen, atau sekitar Rp 12 ribu seekor. Sedangkan sepasang kupu-kupu Goliath dewasa di Jepang dapat mencapai harga 1 juta yen, atau Rp 3 juta. Itu sebabnya, begitu besar rangsangan para pedagang yang profesional atau yang insidentil saja, untuk menyelundupkan kupu-kupu Indonesia ke luar negeri. Lantas apa komentar Dubes PNG di Jakarta, Dominic Diya? "Tidak semudah itu membawa keluar kupu-kupu Irian dari PNG," katanya. "Ditangkap di Irian Jaya atau di wilayah PNG, kan bentuk dan jenisnya sama." Dan dia yakin, percobaan menyogok duane dan petugas PPA PNG pun akan percuma saja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus