Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Mengesek-esek pejabat brunei

Setelah artis filipina ''menghibur'' pejabat brunei, kini giliran cewek jepang mengungkapkan kisahnya di majalah. kedutaan brunei bungkam.

30 Oktober 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEREMPUAN. Itulah ''barang baru'' yang ditambahkan dalam daftar komoditi ekspor Jepang ke Kerajaan Brunei Darussalam. Kisah ini melengkapi isu ''artis'' Filipina, yang sebelumnya disebut menjual esek-esek ke Brunei. Adalah majalah mingguan kesohor di Negeri Sakura, Shukan Gendai, beroplah 510 ribu eksemplar, yang mengungkapkan kisah tersebut dalam edisi terbitan dua pekan silam. Seorang wanita penghibur berusia 24 tahun sebut saja namanya Yuriko mengaku selama ini hanyalah hostes profesional. ''Saya bukan pelacur,'' katanya. Pada suatu malam akhir Februari 1989, ia diajak oleh seorang pemilik klub model menemui seorang pejabat dari Kesultanan Brunei. Sehari sebelum upacara pemakaman mendiang Kaisar Hirohito, Yuriko mengaku mendapat tugas ''melayani pejabat kesultanan tersebut''. Si cantik ini tidak keberatan. Ia siap menemui tamunya di Hotel All Nippon Airways (ANA), di Akasaka, Tokyo. Setibanya di hotel mewah itu, ia langsung diberi amplop berisi uang 500 ribu yen. Cewek lulusan sekolah lanjutan atas ini mengaku tidak sendiri menjamu tamu-tamunya. Ada belasan gadis Jepang di sana yang siap memberikan pelayanan. Malam itu, Yuriko mendapat tamu yang cukup terhormat dan terkenal, berusia sekitar 30 tahun. ''Sehabis mandi, ia memeluk saya. Tapi saya kan bukan pelacur, jadi merasa ngeri dan takut,'' ujar Yuriko. Rupanya, tamu terhormat itu memaklumi keadaannya. Buktinya, ia tidak diapa-apakan, dan malah disuruh beristirahat. ''Lebih baik kamu tidur saja,'' ujar pejabat itu. Besok paginya, Yuriko keluar dari kamar itu tanpa kurang secuil apa pun. Malah, kantongnya menjadi semakin tebal karena pejabat Brunei tadi memberi lagi amplop berisi uang pecahan US$ 100 bernilai US$ 10 ribu. Dan menurut pengakuan Yuriko lagi, ''Besok malamnya, pejabat Brunei itu mem-booking seorang bintang film porno Jepang.'' Soal booking tersebut juga ditulis di Shukan Gendai. Mungkin, karena merasa gampang memungut dolar, belakangan Yuriko dan kawan-kawannya malah terbang ke Brunei. Tur itu mereka lakukan beberapa kali pada musim panas 1989. ''Saya dibayar 1 juta yen untuk pergi ke Brunei selama seminggu,'' kata Yuriko. Yang membayar adalah agennya pemilik klub model yang di Tokyo itu. Rupanya, soal pembayaran itu sempat ditanyakan oleh pejabat Brunei. Begitu mendengar Yuriko cuma diupah 1 juta yen, ia kaget. Sebab, bayaran yang telah disetorkan ke pemilik klub tadi 5 juta yen. ''Hah!'' Yuriko ganti terperangah. Lalu, pejabat tadi menasihati, ''Makanya, kalau ke Brunei lagi, kamu datang saja sebagai individu, bukan melalui agen,'' katanya. Benar-tidaknya kisah yang berlangung di balik kelambu di Brunei itu pun kalau benar memakai kelambu ini belum jelas. Tapi, adanya oleh-oleh cewek Jepang buat melicinkan usaha dagang Jepang bukan hal baru. Perdagangan murni Jepang ke Brunei adalah menjual berbagai jenis mesin. Brunei memasok gas alam murni (LNG) ke Jepang. Tahun silam, Jepang mengalami defisit perdagangan dengan Brunei sebesar US$ 1,2 miliar. Tapi, mengapa bos klub model itu begitu getol menyodorkan cewek-cewek Jepang buat pejabat Brunei? ''Tugas ini punya kaitan dengan sebuah perusahaan pialang bursa saham beserta sebuah organisasi yakuza yang bermarkas di Tokyo,'' kata si bos, seperti dituturkan kembali oleh Yuriko. Di kalangan perusahaan pialang saham Jepang, sudah bukan rahasia lagi bahwa pemerintah Brunei memutar kekayaannya melalui pasar bursa saham. ''Sejak 1984, banyak perusahaan pialang saham raksasa Jepang mengurus perputaran harta milik badan investasi Brunei di bawah kementerian keuangan Brunei,'' tulis Shukan Gendai. Hingga hari ini, apa yang ditulis majalah Jepang itu belum mendapat reaksi dari Kedutaan Besar Brunei di Tokyo. ''Kalau mau mewawancarai atase pers, silakan kirim pertanyaan lewat surat pos, dan jangan melalui faksimile,'' kata seorang cewek Jepang kepada wartawan TEMPO di sana. Cewek ini bekerja di Kedutaan Brunei di Tokyo. Widi Yarmanto dan Seiichi Okawa (Jepang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum