TEMAN karib tak jarang berubah menjadi musuh besar, bahkan mampu menghabisi sahabatnya. Itulah yang dialami Zaidi, penduduk Desa Gang Randu, Sungai Kanan, pinggiran kota Medan. Sahabatnya, seorang dukun di desa itu, tega membantai Zaidi dan putrinya, Erna Dini, 9 tahun. Dalam keadaan berlumuran darah, Zaidi dan anaknya dimasukkan Harun ke karung goni dan kemudian dicemplungkannya ke sumur hingga keduanya tewas. Semua perbuatannya itu, Senin pekan lalu, diperagakan kembali oleh Harun dalam acara rekonstruksi yang dilakukan Polsek Medan Sunggal. Selain membantai kedua orang itu, Harun juga memarang Jarnis, istri Zaidi, Suwarni, mertua Zaidi, dan seorang tetangga Harun sendiri, Suparman, sehingga ketiga orang itu terpaksa dirawat di rumah sakit akibat luka-lukanya. Pada malam 4 Desember lalu, Harun mengundang keluarga Zaidi untuk kenduri di rumahnya. Tanpa curiga Zaidi bersama istri dan lima anak serta mertuanya memenuhi undangan itu. Rupanya, undangan itu tipuan belaka. Sebab Sumijah, istri Harun, dan dua anaknya malah tak ada di rumah. Begitu sampai di rumah sahabatnya, Zaidi dibisiki Harun sesuatu. Setelah itu, Zaidi memasukkan uang Rp 400 ribu ke laci meja temannya itu. Yarnis, istri Zaidi, tak mengerti apa cerita uang itu. Rupanya, uang itu adalah imbalan nomor jitu SDSB yang dibisikkan Harun tadi. Merasa hal itu urusan suaminya, Yarnis dan ibunya, Suwarni, dan kelima anaknya yang ikut berkunjung memilih nonton televisi milik tuan rumah. Lalu Harun mengajak Zaidi ke belakang rumah. Di dekat sumur keduanya telanjang dan cuma bercelana dalam. Maksudnya, Zaidi akan mandi bunga sebagai syarat untuk mendapatkan nomor mujur. Namun, kata Harun, nomor itu baru keluar esok karena jeruk pagar sebagai syarat lain pemanggil roh yang mewangsitkan nomor SDSB itu belum ada. Alasan Harun itu membuat Zaidi menjadi palak. Sebab, ia disaksikan istri dan anak-anaknya sudah membayar Rp 400 ribu. "Aku kan malu. Istri, mertua, dan anak-anakku sudah kuboyong," kata Zaidi seraya menuduh Harun dukun palsu. Ia juga minta uangnya dikembalikan. Harun, yang mendadak tersinggung, memukulkan parangnya ke tengkuk Zaidi hingga korban terhuyung-huyung. Hantaman parang berikutnya menghantam kening Zaidi hingga Zaidi terjengkang. Erna, salah seorang putri Zaidi, yang sedari tadi mengintip, menjerit melihat adegan itu. Mungkin karena panik Harun menangkap anak kelas 2 SD itu dan membantingnya ke batu. Lalu, astaga, itu tadi: menggonikan kedua korban dan membuangnya ke dalam sumur. Seperti tak terjadi apa-apa Harun naik ke rumah. "Zaidi dan Erna pergi membeli semangka," katanya pada Yarnis, seraya keluar lagi. Tapi karena sudah tengah malam -- empat anaknya sudah terlelap di depan pesawat TV -- Yarnis jadi curiga. Bersama ibunya ia menyusul ke luar rumah. Di bawah sinar bulan yang hampir purnama, mereka bertemu dengan Harun lagi. Laki-laki ini tambah tegang ketika seorang tetangganya, Suparman, muncul pula. Merasa perbuatannya sudah ketahuan, Harun memarang kepala Suparman. Leher dan punggung Yarnis juga terluka. Juga leher Suwarni. Pekik minta tolong ketiga orang itu pun memecah kesunyian. Penduduk sekitar tak syak berhamburan ke luar rumah. Harun mengambil langkah seribu ke Stabat, 55 km dari Medan. Di situlah ia memperoleh kabar Zaidi dan putrinya telah meninggal. Yarnis, Suwarni, dan Suparman tertolong setelah dirawat di RSU Pirngadi Medan. Dalam pelariannya Harun gelisah. Tapi, untuk kembali ke kampung, ia takut dihajar penduduk. Ia pun menyurati istrinya untuk mencari tahu rumah Kapolsek agar bisa menyerahkan diri. Dalam surat itu ia menunggu istrinya pada 16 Desember lalu di stasiun bis Stabat. Istri Harun, Sumijah, datang bersama polisi hingga Harun diringkus. Kepada TEMPO Harun mengaku memang banyak orang menanyainya soal SDSB. Padahal, ia cuma dukun yang hanya bisa menyadarkan orang yang kesurupan. Karena orang tetap meminta -- karena per- caya -- ia menjawabnya bohong-bohongan. "Saya telanjur dianggap dukun," katanya. Termasuk oleh Zaidi. Apa pun kejadiannya, ini salah satu bentuk lain ekses SDSB. BL & Mukhlizardy Mukhtar (Medan)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini