Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Pencuri yang efisien

Pencurian dengan jalan membongkar brankas kini banyak terjadi: di jakarta (pt duta dinasty), di medan (pt enseval pharmasi), di arun (cv inah indah). (krim)

21 Mei 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETAHUN lebih buron, Tam akhirnya tertangkap polisi Medan, mingu lalu. Ia diburu polisi karena membongkar brankas PT Duta Dinasty, Jakarta, tempatnya bekerja, dan menggondol hampir Rp 4 juta, sejumlah uang dollar, serta emas batangan. Dari Jakarta, Tam antara lain bertualang ke Dumai, Padang, dan Rantau Prapat. Ia lalu pulang kandang ke Desa Aur, Medan, ketika koceknya makin menipis. Di Medan itulah ia ditangkap ketika sedang kongkou bersama temannya. Belum diketahui, apakah di saat ngobrol seperti itu Tam menurunkan ilmu dan kebolehannya. Tapi beberapa saat sebelum ia tertangkap, di Medan dan Lhokseumawe, Aceh, terjadi kejahatan membongkar brankas. Dan karena uang dicuri langsung dari "sumber"-nya, hasilnya pun lumayan. Contohnya, pembongkaran brankas milik CV Inah Indah, salah satu kontraktor PT Arun di Lhokseumawe. Seperti di Duta Dinasty, yang membongkar lemari besi Inah pun, tak lain karyawannya sendiri, Hasbulah dan Hasyim. Bedanya, kalau Tam menggunakan gergaji, pahat, dan obeng, kedua "Has" memakai alat yang lebih "modern": pengelas. Di kantor itu, kebetulan, salah satu dari mereka bekerja sebagai tukang las. Karena itu pula petugas keamanan tak menaruh curiga saat Hasbulah dan Hasyim, di tengah malam awal Mei lalu, datang ke kantor dan bilang mau "kerja lembur". Setelah naik ke tingkat dua, sesaat kemudian keduanya memang tampak sibuk dengan peralatan mengelas, tanpa ada yang tahu bahwa mereka merusak brankas dan menggaruk isinya: uang kertas Rp 7 juta, 3.000 lebih dollar Amerika, dan 3.000 lainnya dollar Singapura. Hampir dua jam waktu yang diperlukan untuk membongkar lemari besi President buatan AS setinggi satu meter itu. Begitu turun, sambil menggembol uang, keduanya mencoba menghindari petugas keamanan, lalu lari. Tetapi pagi itu juga keduanya diringkus -- dan buyarlah impian mereka untuk menjadi OKB (Orang Kaya Baru). "Seluruh uang yang dicuri, dapat kami selamatkan," kata Komandan Polisi Aceh Utara, Letkol Pol. M. Aris. Yang keterlaluan, adalah peristiwa di kantor Badan Pengelola Perparkiran (BPP) Medan, tiga hari kemudian. Tak bisa membongkar brankas di tempatnya, yang terletak di lantai dua, kawanan penjahat menggotong benda tersebut dan membawanya kabur. Padahal, brankas buatan Jepang itu beratnya lumayan: 1/2 ton. Belum terang bagaimana cara kawanan bajingan itu menurunkan brankas dari lantai dua ke ruang bawah, dan membawanya keluar dari kantor di Jalan Brigjen Katamso itu. Juga belum diketahui, ke mana -- dan dengan cara apa -- kotak besi seberat 5 kuintal itu dibawa pergi. Tapi polisi menduga, melihat lancarnya kerja penjahat itu, mungkin ada kerja sam? dengan orang dalam. Dan bisa jadi, kawanan penjahat yang diperkirakan jumlahnya 10 orang, mengumbar sumpah serapah setelah mengetahui bahwa brankas yang harus digotong dan dirusak dengan susah payah itu, isinya "hanya" Rp 2,2 juta. Padahal sebuah brankas kecil, yang beratnya tidak sampai satu kuintal milik PT Enseval Pharmasi di Medan, berisi Rp 4,6 juta uang tunai dan giro bilyet bernilai Rp 166 juta. Barang berharga di kantor di Jalan Glugur itu dicuri lima penjahat bertopeng pada dini hari 24 April lalu. Yaitu setelah melumpuhkan Pelik, 59 tahun, yang bertugas jaga malam di situ. Dengan ancaman senjata tajam, kedua tangan dan kaki Pelik diikat, mulutnya disumpal dengan bajunya sendiri. Kelima penjahat lalu buru-buru menurunkan brankas dari sebuah ruangan di lantai dua. Sambil mengawasi keadaan, salah seorang bandit itu sempat menggaet sebuah mesin teleks. Tiba di bawah, sepeda milik Pelik segera dimanfaatkan untuk mengangkut hasil jarahan tersebut ke sebuah rumah di Lorong VII, Sei Agul. Cukup jauh juga jaraknya dari tempat kejadian. Di rumah itulah lemari besi digergaji dan dicungkil dengan linggis. Jumadi, pemilik rumah, meski tidak ikut operasi mendapat bagian yang sama. Karena dialah, ternyata, yang memberi informasi tentang brankas di Enseval tersebut. Kelima kawannya, Paeran, Johan, Buyung, Ricky, dan Nurdin, setelah operasi yang 'meledak' itu, mendadak jadi royal. Paeran dan Ricky langsung membeli sepeda motor, Johan membeli alat untuk memutar kaset, sedang lainnya mengganti perabot rumah. Semangat tinggi mengkonsumsi barang yang menyolok itulah yang akhirnya mencelakakan mereka. Apalagi ketika diketahui bahwa kelima kawan Jumadi itu ternyata residivis. Polisi segera bertindak, membuat Johan dan Rikcy yang mencoba lari, tertembak kakinya. Sedangkan Buyung sempat kabur sebelum petugas datang. Syukur lainnya tertangkap. Kelima kawan Jumadi, menurut Komandan Reserse Kepolisian Medan, Kapten Pol Paimin, "memang pembongkar brankas ulung." Dulu, katanya lagi, mereka pernah dihukum karena perbuatan yang sama. Ricky, 24 tahun, misalnya, terus terang mengaku sudah tiga kali mencuri kotak besi tempat menyimpan uang. Dibanding dengan mencuri barang berharga, kata Ricky kepada TEMPO di Rumah Sakit Pirngadi, Medan. "membongkar brankas lebih efisien." Mencuri barang berharga lainnya, Ricky menyambung, "terkadang sulit menjualnya." Hanya saja, setelah sukses membongkar sebuah lemari besi, orang seperti Ricky terkadang geregetan setengah mati. Giro bilyet bernilai Rp 166 juta yang ditemukan dalam operasinya yang terakhir, apa boleh buat, terpaksa dilempar -- bersama brankasnya -- ke sungai di belakang rumah Jumadi. Bukan karena tahu bahwa memang tak mungkin diuangkan selain oleh pemiliknya, ia memang tidak paham apa itu giro bilyet.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus