SAMPAI mereka masuk kamar Hotel City di bilangan Senen, Jakarta,
Rooswati masih menganggap pria yang baru dikenalnya itu sebagai
teman kencan yang menyenangkan. Maklum, pria tadi, "Rudi",
berwajah ganteng, bermobil, dan kelihatannya berkantung tebal
pula.
Maka karyawati Bar Monaco itu segera jatuh hati dan mau saja
diajak kencan, begitu ia pulang bekerja malam itu, Mei 1982.
Tahu-tahu, begitu Roos bangun keesokan harinya, ia sudah berada
di rumah sakit. Menurut dokter, ia kebanyakan menelan obat
tidur, yang rupanya dimasukkan diam-diam ke dalam minuman oleh
Rudi. Yang menyakitkan, Rudi-nya ternyata terbang entah ke mana,
sambil menggondol uangnya, Rp 85 ribu, perhiasan emas seberat 25
gram dan sebuah arloji
"Sejak itu saya dendam," kata Roos, 21 tahun. Hampir setiap
malam, sepulang bekerja, ia mencari Rudi di setiap bar, tempat
pijat atau klub malam. Perburuannya tak sia-sia. Januari lalu,
ia segera lapor polisi ketika melihat bekas teman kencannya itu
ada di Pasar Seni Ancol. Roos kini merasa dendamnnya
terlampiaskan: minggu lalu Rudi, yang ternyata bernama Yoppy
Kinan, mulai di adili di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Dan Roos sekaligus merasa agak "terhibur". Sebab dia ternyata
bukan satu-satunya korban. Selain Roos, menurut tuduhan Jaksa
Susilo Oeripto, ada sembilan wanita lain yang mengalami nasib
sama. Kepada wanita yang diajaknya kencan -- mereka umumnya
pramuria -- Yoppy, 32 tahun, memperkenalkan diri dengan beberapa
nama. Kalau kepada Roos, misalnya, ia mengaku bernama Rudi.
Kepada cewek yang lain ia memakai nama Indra, Hendra, Arman atau
Fully Kinant.
Kesepuluh wanita muda tadi, menurut jaksa, digarap antara
Mei-Desember tahun kemarin. Dan dari mereka, terdakwa berhasil
mengumpulkan uang dan perhiasan senilai sekitar Rp 3,5 juta.
Modus yang digunakan Yoppy selalu sama: Begitu berkenalan,
dirayu dan dibawa ke hotel, diam-diam korbannya diberi minuman
yang sudah dibubuhi obat tidur. Lalu, setelah "main" dan wanita
tadi teler, Yoppy mengorek isi tas korban dan mempreteli
perhiasannya lalu kabur dari hotel.
Lelaki berkulit kuning itu tampaknya tahu betul, bagaimana cara
memanfaatkan kumis dan tampangnya. Sekaligus ia tahu, wanita
mana yang kira-kira sedang butuh kawan berkencan. Tapi, maklum
sedang menganggur, Yoppy jadinya tak ingin hanya sekadar
berkencan. Maka digaraplah cewek-cewek yang habis dikencaninya
itu.
Ide melumpuhkan korban dengan obat tidur, menurut pengakuan
Yoppy di muka polisi, bermula ketika ia mengidap "penyakit"
susah tidur, sekembalinya dari Kalimantan Timur sekitar Mei
1982. Di sana ia mengaku bekerja di Bechtel dengan gaji US$1.200
sebulan. Oleh dokter di rumah sakit swasta Dharma Jaya, Jakarta,
ia diberi obat tidur yang ternyata cespleng. Ia kemudian
berpikir-pikir bagaimana menggunakan obat tidur untuk mencari
uang.
Dan menurut Jaksa Susilo, itulah yang berbahaya. "Kasusnya
sendiri tidak terlalu berat. Yang saya takutkan, modus seperti
ini menjadi mode," katanya kepada TEMPO. Yoppy sendiri tentu tak
sadar bahwa ia ternyata menjadi pelopor dalam metode "bius
curi-lari" tersebut. "Saya nggak tahu, kenapa bisa berbuat
begitu," katanya seperti menyesali.
Sebelum tertangkap, sebenarnya ia sudahdua kali hampir celaka,
karena dikenali kembali oleh korbannya. Yang pertama, ketika ia
menggaet seorang pramuria Bar Aicha. "Namanya saya lupa,"
katanya kemudian kepada polisi. Pramuria tadi, tanpa banyak
kesulitan dibawanya ke Hotel Tamansari. Dan setelah
menidur-pulaskan ceweknya, ia pun menyikat habis perhiasan yang
dikenakan korbannya itu.
Selang beberapa hari, ketika ia muncul di sekitar daerah itu,
sekelompok pemuda rupanya kawan pramuria yang dipretelinya --
mengepungnya hingga ia tak bisa berkutik. Hampir saja ia jadi
'perkedel', seandainya tak bisa mengembalikan barang yang dulu
dicurinya.
Korban lain yang mengenalinya ialah Kartini, yang digarapnya
Oktober 1982 di Pondok Genggong, di Jalan Raya Bogor. Masih
untung ia hanya ditepuk punggungnya dan disuruh mengembalikan
uang tunai Rp 200 ribu, dan puluhan dollar, 10 gram gelang emas
dan 10 gram kalung emas bermata giok, secara baik-baik. "KTP
terpaksa saya berikan, sebagai jaminan untuk melunasi
kekurangannya," katanya kemudian.
Belum jelas apakah utangnya itu kini sudah terlunasi. Tapi
setelah ditahan, ia sempat mengirim surat kepada Veggie, 23
tahun, yang dikawininya tujuh tahun lalu. Wanita berparas cantik
itu ditinggalkannya empat tahun lalu, tanpa surat cerai, setelah
melahirkan seorang anak. Yoppy lalu kawin dengan Tuty, yang
sebenarnya masih berstatus istri dari Hans, yang tak menyukai
istrinya yang ternyata seorang penjudi dan pemabuk.
Akan halnya Veggie, sepeninggal Yoppi, pergi ke Surabaya dan
menikah dengan seorang penerbang Garuda. Perkawinan mereka tak
lama, karena suami keduanya meninggal dalam kecelakaan. Ia pun
kembali ke Jakarta. Dan ketika Yoppi diadili, ia datang ke
pengadilan. Bukan untuk melepas rindu, melainkan, "ingin
mengetahui sampai seberapa jauh kebejatannya."
Terus terang, ia mengaku masih mencintai Yoppy. Tapi, "saya tak
sudi lagi dengannya -- biar dia tahu rasa sekarang," katanya
ketus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini