Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Perlunya kartu merah

Kondisi sosial ekonomi kota besar dapat memacu kebringasan siswa. perkelahian pelajar bisa diakibatkan kualifikasi penerimaan. sma vi bulungan mengontrol tingkah muridnya dengan kartu merah.

22 Oktober 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENINGKATNYA perkelahian antarpelajar di wilayah DKI akhir-akhir ini, diakui Kakanwil P dan K Jakarta, Drs. Soegiyo, sudah memprihatinkan. "Ini tak boleh dibiarkan terus," katanya. Faktor penyebab perkelahian, menurut Soeiyo, antara lain kondisi kota besar vang memberi kemungkinan berkembangnya keberingasan anak. "Contohnya, anak yang terus-terusan 'dikompas' lama-lama jadi beringas. Tapi kenapa ada pengompasan? Karena faktor ekonomi," katanya. Pengompasan atau perampasan barang memang terjadi di beberapa sekolah. Misalnya di SMA 70 Bulungan. Dari pengaduan yang masuk, beberapa murid mengadu bahwa barangnya, baik berupa sepatu, baju, maupun uang, diminta pelajar lain. Kalau permintaan itu tak dikabulkan, si anak bisa dipastikan akan dianiaya. "Ada siswa kami yang ditusuk pundaknya dengan obeng atau telinganya disilet," kata Wakil Kepala Sekolah SMA 70, A. Basri. Kegiatan "penodongan" itu, menurut sumber TEMPO di Kanwil DKI, sering dilakukan oleh siswa sekolah itu sendiri, dengan sponsor siswa senior keluaran sekolah itu juga. Biasanya, menjelang malam minggu, siswa sponsor itu datang menunggu di depan sekolah untuk menerima uang hasil pengompasan. Mengadu keada Pak guru jangan harap bisa pulang sekolah dengan. muka klimis. Babak belur, itulah yang terjadi. Karena takut mengadu kepada guru, sementara kejengkelan menumpuk, si korban akhirnya berpaling kepada rekannya di sekolah lain, atau pinjam pemuda lain untuk membuat perhitungan. Kelanjutannya tentu saja perkelahian antarsekolah. Di samping acara pengompasan tadi, rasa iri bisa juga jadi penyulut perkelahian. Itu pula, antara lain, yang membuat perkelahian antara SMA IX dan XI berkepanjangan beberapa tahun lalu. Penyelesaiannya, kedua SMA itu kemudian dilebur menjadi SMA 70. Toh penggabungan itu tak membuat perkelahian habis. "Tidak. Apalagi menuntaskan samasekali," kata A. Basri. Kecenderungan untuk bermusuhan antara dua buah sekolah berdekatan, dengan tingkatan sama, memang agak tinggi. Sebabnya bisa bermacam-macam, termasuk rasa iri tadi. Contohnya adalah SMA IV dan SMA VII, yang cuma berjarak sekitar 300 meter, di Jalan Batu, depan Stasiun Gambir. Kecemburan dan olok-olok muncul akibat kualifikasi penerimaan antara kedua sekolah itu tak sama. Buntutnya tentu saja perkelahian. Untuk mengatasi ini, terdengar kabar bahwa keduanya akan digabungkan. Banyak siswa yang cemas, tak setuju, dan malah ada yang, berniat keluar. kalau penggabungan itu dilaksanakan juga. Tapi ternyata Kakanwil Soegiyo tak punya niat menggabungkan keduanya. "Belum tentu kalau SMA IV dan SMA VII digabung akan menjamin tak adanya perkelahian. Itu belum teruji," katanya. Jadi? "Saya sedang berpikir untuk memindahkan lokasi SMA VII," katanya. Lalu bagaimana mengatasi perkelahian itu? SMA VI Bulungan -- tetangga SMA 71 -- dianggap oleh Kanwil DKI sebagai SLA terbaik menangani perkelahian. "Kami menindak tegas perkelahian. Dikeluarkan," kata Kepala SMA VI, Drs. Soebroto. Tahun ini saja sudah dua orang murid dikeluarkannya. Selain itu, untuk mengurangi perkelahian, katanya, guru-guru memberi banyak pekerjaan rumah dan ulangan. Sedang pengontrol tingkah laku murid dilakukan lewat kartu komunikasi yang diisi oleh guru maupun karyawan sekolah. Jika ada siswa ketahuan melanggar peraturan: melakukan pengompasan atau berkelahi, maka kenakalan itu dicatat pada kartu merah. Pada kolom kartu itu akan tertera kenakalan dan sanksi hukumannya. Kartu merah bisa dijadikan dasar pertimbangan untuk mengeluarkan si siswa dari sekolah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus