Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Ramai Digunakan Usai Tragedi Kanjuruhan, Apa Arti Kode 1312 ACAB?

Frasa ACAB dan kode 1312 merupakan bentuk ekspresi amarah dan kekecewaan masyarakat terhadap tindakan brutal dari aparat kepolisian.

6 Oktober 2022 | 15.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pasca-tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 131 suporter, wajah Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, kini dipenuhi coretan bertuliskan ACAB dan angka 1312. Rangkaian huruf dan angka ini dicoretkan di sejumlah pintung dan dinding stadion. Lantas, apa sebenarnya maksud dari kode 1312 ACAB?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apa itu 1312 ACAB?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Secara harfiah, ACAB merupakan akronim dalam bahasa Inggris yang merujuk pada kalimat “All Cops Are Bastards”. Apabila diterjemahkan ke bahasa Indonesia, kalimat tersebut berarti semua polisi adalah bajingan.

Di sejumlah negara barat, ungkapan tersebut memang kerap ditemui saat aksi-aksi demonstrasi atau perlawanan. Biasanya ungkapan ini disampaikan untuk mengungkapkan rasa kecewa dan marah atas tindakan aparat kepolisian yang semena-mena.

Sementara itu, rangkaian angka 1312 merupakan bentuk numerik dari akronim ACAB. Maksudnya, angka 1 melambangkan huruf A, angka 2 untuk huruf B, dan angka 3 melambangkan huruf C.

Bagaimana Sejarah Istilah 1312 ACAB?

Mengutip situs GQ, sampai saat ini tidak diketahui pasti awal mula penggunaan kode 1312 ACAB dalam aksi-aksi demonstrasi. Namun, sejumlah sumber meyakini bahwa istilah ini bermula dari Negara Inggris saat aksi mogok buruh besar-besaran pada 1940-an.

Kala itu, ACAB merupakan singkatan dari “All Coppers Are Bastards” yang berarti semua tembaga adalah bajingan. Ungkapan ini merujuk pada pekerjaan tambang di masa itu yang dinilai sangat mengeksploitasi para buruh.

GQ juga menyebut bahwa terdapat beberapa cuplikan video pada 1958 yang menunjukkan sejumlah pemuda dan pekerja menggunakan istilah tersebut dalam demonstrasinya.

Puncak popularitas ungkapan ACAB diperkirakan terjadi pada 1970-an ketika Koran Daily Mirror menggunakan istilah itu sebagai tajuk utamanya. Kala itu, Daily Mirror memberitakan penangkapan salah seorang pemuda oleh aparat kepolisian usai menyulam istilah tersebut di jaketnya.

Frasa ACAB di Dunia Modern

Lambat laun, frasa ACAB semakin dipopulerkan dan identik dengan subkultur punk, yaitu gerakan pemuda yang dikenal kerap menantang sistem pemerintah otoritarian dan struktur masyarakat yang mapan melalui musik dan cara berpakaian yang eksentrik.

Subkultur tersebut juga memopulerkan ACAB melalui seni grafiti di sejumlah jalanan. Bahkan, situs GQ sampai menyebut bahwa frasa ini bisa cukup populer di seluruh dunia, mulai dari New York hingga Indonesia

Alhasil, saat ini frasa ACAB semakin akrab digunakan oleh kawula muda untuk mengekspresikan kekesalan kepada polisi dan pemerintahan ataupun aksi-aksi yang melibatkan kekerasan dan penindasan. Di aplikasi TikTok saja, unggahan video dengan tagar ACAB telah dilihat lebih dari setengah miliar. 

ACHMAD HANIF IMADUDDIN

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus