Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Arti Angka 1312 yang Ramai Digunakan di Tagar Kami Bersama Sukatani

Angka 1312 merupakan representasi numerik dari akronim ACAB. Angka ini ramai digunakan bersamaan dengan tagar 'Kami Bersama Sukatani'.

20 Februari 2025 | 20.41 WIB

Aktivis melakukan aksi demonstrasi mendukung band punk Sukatani dalam aksi Kamisan di depan Mapolrestabes Bandung, Jawa Barat, 20 Februari 2025. Tempo/Prima mulia
material-symbols:fullscreenPerbesar
Aktivis melakukan aksi demonstrasi mendukung band punk Sukatani dalam aksi Kamisan di depan Mapolrestabes Bandung, Jawa Barat, 20 Februari 2025. Tempo/Prima mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Angka 1312 ramai digunakan warganet di media sosial X usai grup band bergenre punk asal Purbalingga, Sukatani, mengumumkan permintaan maafnya ke institusi kepolisian dan menarik lagu berjudul “Bayar Bayar Bayar” dari semua platform pemutar musik pada Kamis, 20 Februari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Angka tersebut banyak dipakai warganet dalam postingan di X bersamaan dengan penggunaan tagar kami bersama Sukatani atau #kamibersamasukatani. Tagar masih bertengger di trending topic dengan lebih dari 53 ribu postingan. 

Salah satu akun yang menulis kode 1312 adalah musisi Baskara Putra. “Ada lagu udah mulai kena bredel. sedih banget denger kabarnya. 1312,” tulis Baskara di akun X @Wordfangs.

Selain itu, ada juga beberapa warganet lain yang turut memunggah hal serupa. “Dengan fakta seterang ini, mereka(polisi) ga terima, beneran rajin baca jadi pintar, malas baca jadi polisi. forever 1312. #kamibersamasukatani” tulis @the***

“Memaksa Sukatani menelanjangi identitas dan membaca skrip tidak akan mengubah apa-apa; ya tetap 1312,” tulis @felix***

Lantas, apa maksud dari 1312? Berikut penjelasannya. 

Arti Angka 1312

Mengutip Urban Dictionary, angka 1312 merupakan representasi numerik dari akronim ACAB, di mana angka 1 mewakili huruf A, angka 3 untuk huruf C, angka 2 untuk huruf B. ACAB adalah akronim dalam bahasa Inggris yang berarti “All Cops Are Bastards,” yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti semua polisi adalah bajingan.  

Di beberapa negara Barat, ungkapan ini sering muncul dalam aksi demonstrasi atau bentuk perlawanan. Biasanya, istilah ini digunakan sebagai bentuk kekecewaan dan kemarahan terhadap tindakan aparat kepolisian yang dianggap sewenang-wenang.

Dikutip dari situs GQ, hingga kini asal-usul penggunaan kode 1312 ACAB dalam aksi demonstrasi belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa sumber meyakini bahwa istilah ini pertama kali muncul di Inggris saat terjadi aksi mogok kerja besar-besaran pada 1940-an.  

Pada masa itu, ACAB merupakan singkatan dari “All Coppers Are Bastards,” yang berarti semua polisi adalah bajingan. Ungkapan ini awalnya digunakan sebagai bentuk protes terhadap kondisi kerja di industri tambang yang dianggap sangat mengeksploitasi para buruh.

GQ juga mencatat bahwa terdapat rekaman video dari tahun 1958 yang menunjukkan sejumlah pemuda dan pekerja menggunakan istilah tersebut dalam aksi demonstrasi.  

Puncak popularitas frasa ACAB diperkirakan terjadi pada 1970-an, ketika koran Daily Mirror menjadikannya sebagai tajuk utama. Saat itu, Daily Mirror melaporkan penangkapan seorang pemuda oleh polisi setelah ia menyulam istilah tersebut di jaketnya.  

Seiring waktu, ACAB semakin dikenal dan dikaitkan dengan subkultur punk, yaitu gerakan anak muda yang menentang sistem pemerintahan otoriter serta struktur sosial yang mapan melalui musik dan gaya berpakaian yang unik.  

Selain itu, subkultur ini juga turut mempopulerkan ACAB melalui seni grafiti di berbagai jalanan. Bahkan, GQ menyebut bahwa frasa ini telah menyebar ke berbagai penjuru dunia, mulai dari New York hingga Indonesia.  

Alhasil, ACAB kini semakin akrab di kalangan anak muda sebagai bentuk ekspresi ketidakpuasan terhadap aparat kepolisian, pemerintahan, serta tindakan kekerasan dan penindasan. 

Achmad Hanif Imaduddin berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus