Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Polda Metro Jaya telah menggelar rekonstruksi kasus bom ikan yang melibatkan dosen IPB (Institut Pertanian Bogor), kini non aktif, Abdul Basith. Reka ulang dilakukan seluruhnya di tujuh lokasi pada 6 November 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Total ada 48 adegan inti dan dilaksanakan dengan lancar, aman, dan terkendali," ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono dalam keterangan tertulis yang dibagikannya, Rabu 13 November 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tujuh lokasi reka ulang itu dirinci Argo, antara lain, di rumah satu tersangka di Jakarta Timur, flyover Pejompongan Jakarta Pusat, Masjid Al-Islah Petamburan Jakarta Pusat, dan Taman Manggala Wanabhakti Pejompongan Jakarta Pusat.
Polisi menangkap dan menetapkan seluruhnya 10 tersangka dalam kasus plot serangan bom ini. Selain Abdul Basith, lainnya hanya diinisialkan sebagai S alias L, JAF, OS, NAD, AL, SAM, YF, ALI, FEB. Mereka rencananya akan meledakkan bom-bom ikan itu mendompleng Aksi Mujahid 212 pada 28 September 2019.
Polisi dalam keterangan yang disampaikan 18 Oktober 2019 di antaranya menyebutkan kalau Basith ikut merakit bom molotov pada 23 September. Sebanyak tujuh bom jenis itu dihasilkan lalu digunakan saat demonstrasi ribuan mahasiswa di DPR berujung rusuh pada 24 September.
Abdul Basith juga disebut saat para tersangka kembali melakukan permufakatan serupa untuk demonstrasi 28 September. Namun, kali ini bahan yang digunakan untuk berbuat chaos adalah bom ikan. Mereka berencana melakukan peledakan di 9 titik perekonomian dan retail yang ada di Jakarta
Tersangka Abdul Basith dihadirkan atas kepemilikan bom molotov saat rilis kasus di Polda Metro Jaya, Jakarta, 18 Oktober 2019. Abdul Basith merupakan dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) Fakultas Ekonomi dan Managemen telah mengundurkan diri sebagai Dosen. TEMPO/Genta Shadra Ayubi
Kepada Tempo, Abdul Basith pernah mengungkap dirinya merasa dikorbankan. Dia mengaku tak tahu-menahu soal rencana pembuatan bom ikan dan meledakkannya di sejumlah pusat bisnis di Jakarta. Kepada Tempo, dia hanya mengungkap soal bom molotov dan memberi tumpangan kepada seorang yang didatangkan untuk merakit bom itu.
"Kalau ada andil saya, itu cuma memberikan bensin tiga liter dan (tumpangan) tempat tinggal," ucapnya saat ditemui di Polda Metro Jaya pada 2 Oktober 2019.
Abdul Basith mengungkapkan kalau rencana awal 'membuat letusan dan ledakan' dibahas dalam sebuah rapat di rumah mantan Danjen Kopassus Soenarko di Ciputat, Tangerang Selatan, pada 20 September 2019. Kronologis ini juga ada dalam keterangan polisi di mana pemilik rumah hanya disebut dengan inisial SN.