BUKAN penjahat kawakan saja yang tidak boleh sembarangan dijenguk, tapi juga pencuri rusa. Pengumuman itu dipasang di depan sel Polresta Bogor, berbunyi: "Dilarang menjenguk pencuri rusa". Rupanya, persoalannya bukan pada rusanya, tetapi karena tempat di mana rusa itu dicuri. Tiga rusa totol (Axis-axis) yang berkeliaran di halaman Istana Bogor lenyap, Jumat dua pekan lalu. Bermula dari kecurigaan empat petugas Polestra Bogor, pada dinihari itu mereka melihat sebuah pickup mengitari jalan di luar istana. Kendaraan tanpa penumpang itu kemudian berhenti di depan Balai Kota, tak jauh dari pintu II istana tersebut. Pada saat yang sama seorang petugas Polresta turun dari mobil patroli. Ia melakukan pengintaian. Si pengintai mendengar seorang dari lima penjaga di pintu II memberi kode tepuk tangan empat kali kepada sopir. Lampu di dekat pintu sudah dimatikan. Penjaga yang lain membuka pintu gerbang. Sopir menghidupkan mobilnya. Kendaraan biru tua tanpa lampu itu memasuki halaman istana. Petugas Polresta tadi lalu mengontak rekannya yang sedang patroli di daerah Hotel Salak. Setengah jam kemudian, pickup itu keluar dari pintu yang sama. Di dalam tampak tujuh penumpang, berikut sopir. Rupanya, sekitar tengah malam enam rekan si sopir sudah lebih dulu masuk ke halaman istana untuk menangkap rusa. Begitu mereka kepergok, terjadilah kejar-kejaran. Pertama, petugas berhasil memotong mobil yang diintai. Namun, mobil yang diburu itu berhasil mengelak. Kabur. Baru pada hadangan yang kedua mereka tak bisa berkutik. "Saudara bawa apa?" tanya polisi. "Kambing, Pak," jawab sopir, yang bernama Mohamad. Setelah bak kendaraan diperiksa, ternyata isinya rusa totol yang bentuknya memang mirip kambing. Menurut Kapolres Bogor, Letnan Kolonel Johnny Joyana, ketiga rusa itu ditangkap dengan cara menebarkan dua jaring. Kemudian hewan itu dimasukkan dalam keranjang bambu dengan tinggi 1 meter dan lebar 0,5 meter. Ketiga hewan langka itu dikembalikan lagi ke Istana Bogor. Ketujuh pelaku yang dipimpin Sueb bin Astro, 40 tahun, kini mendekam di Polresta Bogor. Sueb mengaku kepada polisi, rusa itu dapat dicurinya karena bekerja sama dengan petugas istana. Ia dan temannya juga mengaku telah melakukan dua kali pencurian serupa, awal tahun 1991. Sudah 10 rusa diboyongnya. Untuk tiga rusa yang dicuri pada malam itu, menurut sumber TEMPO, Sueb memberi imbalan kepada oknum penjaga istana Rp 600 ribu. Sayang, hingga tulisan ini diturunkan, TEMPO belum berhasil menghubungi pihak Istana Bogor, karena perlu izin khusus. Dalam penuturan Sueb kepada polisi, oknum di Istana Bogor itu mendatanginya ke pasar burung Pramuka, Jakarta, menawarkan jual-beli rusa. Karena rusa jenis totol itu hanya terdapat di perbatasan India dan Nepal, penjualannya harus dilakukan secara gelap. Caranya, begitu ada peminatnya, Sueb dan kawannya baru mengambil rusa tersebut dari Istana Bogor. Di antara peminatnya adalah Ken Iriadi di Jakarta. Ia memang gemar mengumpulkan hewan langka. Ken mengaku pada polisi: Sueb menawarinya rusa asal Malang ketika ia melihat-lihat anjing di pasar burung Pramuka. Hingga Januari 1991, Ken sudah membeli 10 ekor rusa dari Sueb. Harganya Rp 750 ribu sampai Rp 1,5 juta seekor. Tiga rusa yang dibelinya itu sudah mati. "Tapi pasar burung Pramuka itu kan bukan pasar gelap. Bagaimana kami bisa disebut pencuri atau penadahnya?" tanya Idris, kakak Ken. Mengenai dugaan terlibatnya petugas di Istana Bogor, Johnny Joyana menolak berkomentar. "Tapi kasus ini tak akan dipetieskan," katanya. Bambang Aji S., Ida Farida, Nunik Iswardhani, Bambang Sujatmoko
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini