Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Saling-silang enjelang munas

Gani Djemat terang-terangan menyatakan keinginannya menjadi pengganti Harjono Tjitrosubono sebagai ketua umum Ikadin. Yan Apul mundur dari bursa Munas Ikadin. Gani didukung Menkeh Ismail Saleh.

9 Desember 1989 | 00.00 WIB

Saling-silang enjelang munas
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
PAMOR Harjono Tjitrosubono, yang dalam raker organisasi Ikadin dua pekan lalu cemerlang memukul roboh saingan beratnya, kubu Yan Apul, tiba-tiba memudar. Si kuda hitam Gani Djemat -- purnawirawan ABRI -- yang semula tak diperhitungkan akan menang di Munas mendatang, pekan ini ternyata di atas angin. Kemenangan Gani Djemat, yang didukung petinggi hukum, tampaknya sudah "di kantung". Menteri Kehakiman Ismail Saleh terang-terangan menyatakan dukungan kepada teman lamanya itu. "Saya mengenal Harjono dan Yan Apul setelah menjadi Menteri Kehakiman. Kalau Gani Djemat, sudah saya kenal betul sejak menjadi hakim Mahmilub. Kalau kenal dekat begitu, ya, enak diajak bicara," ujar Ismail Saleh. Ismail Saleh juga menandaskan perlunya regenerasi kepemimpinan Ikadin. Artinya, Harjono, 66 tahun, yang menduduki kursi ketua umum Ikadin (1985-1989), sudah selayaknya menyerahkan jabatannya kepada yang lebih muda. Gani sendiri, yang sama-sama punya hobi tanaman bonsai dengan Ismail Saleh, kini berusia 57 tahun. "Harus tahu diri, dong," ujarnya. Selain itu, Ismail Saleh juga mengisyaratkan agar Munas II Ikadin, yang diputuskan raker Ikadin akan berlangsung Januari mendatang di Surabaya, tetap harus dilaksanakan di Jakarta. Padahal, salah satu "kemenangan" kubu Harjono di raker yang lalu adalah berpindahnya tempat Munas dari Jakarta, yang diduga sebagai "wilayah" Yan Apul. Dukungan Ismail Saleh terhadap Gani memang tak tanggung-tanggung. Petinggi hukum itu, Sabtu pekan lalu, muncul di Surabaya untuk meresmikan kantor cabang Gani Djemat. Mungkin dari dua periode Ismail Saleh menduduki kursi Menteri Kehakiman, baru kali inilah ia menghadiri pembukaan kantor cabang seorang advokat. Gani sendiri tampaknya memanfaatkan betul angin baik itu. Pensiunan letnan kolonel (AL) itu aktif menggalang kekuatan di cabang-cabang Ikadin -- sesuai dengan raker lalu, hak suara di Munas ada pada cabang. Selain itu, Gani, yang selama ini tak punya massa, juga menyatakan siap berkoalisi dengan anggota kelompok Harjono dipilihnya Djohan Djauhary dan Yan -- yang dipilih adalah Denny Kailimang. "Asal mereka bisa bersatu," kata Gani. Sedangkan untuk Harjono, Gani sudah menyiapkan tempatnya, yaitu sebagai sesepuh Ikadin. Tentu saja, dari kedua kubu saingan itu, kubu Yan Apul yang benar-benar dirangkul Gani. Kubu Yan ini, konon, dijanjikan Gani kursi Sekjen bila saja ia berhasil memenangkan ketua umum. Pendekatan Gani itu beralasan, sebab setelah kalah telak di raker lalu, kubu Yan mengumumkan kesiapan mereka "menghibahkan" suara ke kubu lain. "Siapa saja boleh menjadi ketua umum, asal tidak Harjono," kata ketua DPC Ikadin Jakarta Rudhy Lontoh ketika itu (TEMPO, 2 Desember 1989). Sementara itu, kubu Yan Apul, yang dimotori Ketua DPC Jakarta, Rudhy A. Lontoh, Denny Kailimang, Hakim Simamora, dan Arrizal Boer, kini bagaikan "kapal oleng". Kepada TEMPO, Yan Apul mengaku kalah telak di raker yang lalu. "Sudah roboh, sudah selesai, TKO malah saya rasa," kata Yan. Di raker itu, kubu Harjono berhasil mengegolkan konsepnya untuk mengubah anggaran dasar tentang hak suara, yang semula dimiliki anggota, menjadi hak cabang. Dengan ketentuan baru itu, Harjono sudah bisa menghindarkan kekalahan dari kubu Yan Apul, yang menguasai cabang Jakarta -- 443 dari advokat Indonesia berada di Jakarta. "Saya tak menduga kelompok Harjono akan sekasar itu," tambah Yan. Sebab itu, katanya, ia akan mundur dari bursa ketua umum, dan tak akan ikut bertarung di Munas mendatang. "Ya, tunggu empat tahun lagi. Saya mau istirahat dulu, cari makan, sambil melihat hiburan gratis pertarungan Harjono-Gani. Itu kan lebih lucu untuk ditonton," katanya sembari tertawa. Yan malah menduga, perubahan anggaran dasar yang direncanakan Harjono itu kini telah menjadi bumerang bagi kelompok Harjono sendiri. Sebab, kubu Gani, yang tak punya massa, akan lebih gampang menggarap cabang ketimbang merayu suara anggota. Apalagi jika ketua-ketua pengadilan tinggi -- berkat restu Menteri -- berani turun menggarap wakil-wakil cabang. "Saya kira Harjono akan lebih panik menghadapi Gani Djemat," kata Yan Apul terbahak-bahak. Sampai pekan ini, kubu Yan memang belum menemukan "jurus" baru untuk membalas kekalahannya dari Harjono. Di sebuah rapat DPC Ikadin Jakarta pekan lalu, Yan mengusulkan agar Harjono dipecat karena dianggap telah melanggar ketentuan Anggaran Dasar. Dengan cara itu, Harjono tak akan bisa ikut Munas Ikadin mendatang. Tapi, setelah beberapa kali rapat, sebagian besar anggota DPC Ikadin Jakarta tak setuju dengan usul Yan itu. Buntu. Yan Apul rada ngambek dan memilih mundur dari calon ketua umum. Ia malah mengatakan tak peduli bila suara kubunya diberikan kepada Gani Djemat. "Terserah mereka, mau datang dan kasih suara atau tidak di Munas nanti. Saya abstain, deh," ujar Yan. Gani, yang pernah menjabat bendahara dan komisaris Peradin Cabang Jakarta, dan kini anggota Dewan Penasihat (DP) Ikadin, terang-terangan menyatakan keinginannya menjadi pengganti Harjono. "Saya ingin membenahi Ikadin, supaya bisa berkonsolidasi. Juga bisa mengerti aspirasi pemerintah, tapi tetap mandiri," kata lulusan FH-UI 1959 itu, di suatu acara makan malam dengan kelompok Harjono. "Yang penting untuk didahulukan: bagaimana mutu anggota Ikadin bisa meningkat," ucap Gani. Dengan begitu, sambung anggota majelis hakim di Mahmilub tahun 1966 yang mengadili tokoh PKI Untung dan Nyono itu, otomatis pemerintah akan mengakui Ikadin secara resmi sebagai satu-satunya wadah tunggal. Sementara itu, Harjono mengatakan tak gentar menghadapi Gani, yang didukung sepenuhnya oleh Menteri Kehakiman. "Silakan saja, Menteri bilang begitu. Ini masalah idealisme profesi, jangan dikaburkan dengan politik," kata lulusan FH-UI 1956 itu. Ia mengingatkan, tak akan bersedia menjadi pengurus Ikadin, jika ternyata Gani memenangkan pertarungan. "Kalau kita sudah mulai kompromis, semuanya akan menjadi kabur," katanya. Karni Ilyas, Happy S., Ardian Taufik G., Liston P. Siregar (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus