BARANGKALI musuh besar sebagian warga pedesaan adalah dukun santet. Paling tidak, perasaan itu muncul di tengah penduduk Desa Sidabui, Kecamatan Alor Selatan, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Sembilan warga yang dituduh sebagai tukang teluh dibunuh selama Januari dan Februari lalu. Berkat laporan dari Otniel Maniley, kasus main hakim sendiri itu terbongkar awal bulan ini. Guru sebuah SLTP itu telah sepekan kehilangan ayahnya, Habel Maniley. Menurut Otniel kepada polisi, ayahnya diculik dua hansip Yahya Manikep dan Asabawa Weng dari Desa Sidabui. Tanggap pada laporan itu, petugas Kepolisian Resor Alor kemudian mengontak Kepolisian Sektor Alor Selatan untuk memburu Yahya dan Asabawa. Keduanya dijumpai sedang menggebuki Habel di sebuah rumah. Dan Habel sudah babakbelur. Selama sekapan itu, menurut Habel, dia disuruh berguling- guling, push-up, dan dipukuli. Bapak gaek berusia 70 tahun ini juga disuruh mengakui perbuatannya sebagai dukun santet, atau dalam bahasa Alor dikenal sebagai suanggi. Semua penyiksaan itu di saksikan Kepala Desa Sidabui, Yohanes Antonio Lekbe. ''Saya disuruh mengaku sebagai tukang suanggi yang telah membunuh 70 warga,'' kata Habel kepada TEMPO. Terjadinya kasus penculikan dan penganiayaan itu, menurut Yahya kepada polisi, karena ia disuruh Yonas Nasa. Hari itu juga tujuh anggota reserse Polres Alor dikerahkan dan berhasil menangkap Yonas yang berbadan kekar dan berambut keriting itu. Pembunuhan itu pertama kali dilakukannya pertengahan Januari lalu. Korbannya tiga orang sekaligus. Mereka dibunuh secara beruntun. Mereka bertiga diambil siang hari oleh Yahya, dengan alasan dipanggil rapat oleh pamong desa. Menjelang hari gelap, ketiganya digiring ke pinggir galian yang sudah disiapkan. Di situ sudah menunggu Yonas dengan kapaknya. Tanpa babibu, Yonas mengayunkan senjatanya ke tengkuk tiga warga yang rata-rata sudah lanjut usia itu. Prak. Tubuh mereka ambruk ke galian. Sekali hantam, mereka tewas dan langsung dikubur. Setelah korban tiga orang itu, Yonas tampaknya masih haus nyawa. Korban terakhir dihabisinya pada 22 Februari lalu. Total yang dibunuhnya, dengan bantuan lima hansip, ada sembilan orang. Enam korban di antaranya perempuan. ''Orang lapor ke beta, banyak orang mati akibat kena suanggi dari sembilan orang itu,'' kata Yonas, 37 tahun, kepada TEMPO. Yonas mengatakan, pembunuhan enam orang yang masih dalam satu keluarga itu atas suruhan Kepala Desa Sidabui. Mereka harus dibunuh karena telah mengirim suanggi kepada kepala desa. Ketika itu mereka mengirim suanggi dalam bentuk kelelawar. Tapi si kelelawar berhasil dibunuh. Dan kelelawar itu, katanya, kiriman Habel Maniley atas suruhan Sabila. Menurut Yonas, Sabila dan kepala desanya sedang tidak akur. Pembunuhan terhadap tiga orang lainnya, menurut Yonas, atas pengaduan Lorens Aweng Kari penduduk Padang Alang. Menurut Lorens, anak lelakinya yang bernama Son Awengkari, 4 tahun, meninggal karena terkena suanggi dari ketiga orang itu. ''Akibat kiriman suanggi, anak Lorens muntah darah dan mati,'' kata Yonas, yang konon ditakuti di desanya itu. Ada atau tidak jelas, toh urusan santet itu sudah menelan sembilan nyawa manusia. Bahkan, jika tidak dicegah, korbannya masih akan bertambah lagi. Sebab, menurut sumber di Kepolisian Resor Alor, dari kantong Yonas ditemukan daftar 38 nama penduduk yang akan dibunuhnya. Rencana pembunuhan itu terungkap dalam surat dengan kop Organisasi Tak Bernama (OTB). Surat yang ditandatangani Kepala Desa Sidabui itu akhirnya melempangkan jalan pelacakan. Empat petugas dari kecamatan, Komando Rayon Militer, dan polisi di Alor Selatan melakukan penggerebekan di rumah Kepala Desa Sidabui. Saat itu juga empat hansip yang terlibat dalam pembunuhan itu diringkus. Motifnya hingga kini masih diselidiki pihak Polres Alor. ''Kepastiannya belum ada, karena beberapa saksi masih harus dimintai keterangan,'' kata Kapolres Alor, Letkol I Wayan Diana, kepada TEMPO. Repotnya pengusutan ini disebabkan lokasi mereka berjauhan. Lagi pula kondisi jalan di sana masih parah. Kini delapan petugas masih memburu tersangka lain. Sebab, menurut Yonas, pembunuhan yang dilakukannya juga dibantu enam hansip dari Desa Padang Alang tetangga Desa Sidabui. Kedua desa itu berada sekitar 50 kilometer sebelah selatan Kota Alor. Masyarakat kedua desa itu tergolong miskin. Dan sebagian penduduknya masih percaya pada takhayul, misalnya mengenai suanggi, yang artinya teluh atau santet. Konon, dengan mengantongi ilmu ini, selain orang bisa membunuh tanpa jejak, roh orang itu kabarnya akan bergentayangan ke mana-mana. Mengenai kematian yang dialami penduduk Alor Selatan belum lama ini, menurut Otniel, ketika itu sedang musim malaria. Dan warga bukannya berobat ke dokter, melainkan lari ke dukun. Dan salah satu dukunnya adalah Kepala Desa Sidabui. ''Kalau gagal meng- obati, Kepala Desa menyebut dengan enteng bahwa pasiennya kena santet,'' kata Otniel. Hingga tulisan ini diturunkan, yang belum berhasil dikonfirmasi adalah Kepala Desa Sidabui, Yohanes Antonio Lekbe. Apa-lagi semua tuduhan itu justru dialamatkan kepada dirinya. Gatot Triyanto dan Zed Abidien
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini