Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Suami-suami kalap

Sanawi,30, kusir dokar di desa mojosari, situbondo membunuh anaknya sendiri jupri dan istrinya,zubaidah.di semarang suriah,19, dibunuh suaminya, ratiman. diduga mereka dendam karena cemburu.

15 September 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suami-Suami Kalap Seorang lelaki membantai anak dan istrinya di tengah sawah. Ada lagi seorang istri kena tikam ketika berduaan dengan lelaki lain. TAK ada macan yang makan anaknya. Ternyata, manusia lebih kejam daripada macan. Sudah tak terhitung banyaknya anak yang tewas di tangan ayah atau ibunya sendiri. Kali ini seorang kusir dokar di Desa Mojosari, Situbondo, Jawa Timur, Sanawi, 30 tahun, tega menyembelih anaknya sendiri, Jupri, yang baru berusia tiga tahun. Siang itu, tak biasanya, Sanawi mengajak Jupri, ikut dengannya menyabit rumput ke sawah. Bocah yang lebih senang bermain pasir itu semula menolak. Tapi Jupri hanya bisa menangis ketika Sanawi menarik tangannya. Rupanya, kepergian Jupri bersama ayahnya itu mengundang kecurigaan ibu si anak, Zubaidah, 25 tahun. Setengah jam kemudian wanita itu menyusul ke sawah sekitar 300 meter dari rumahnya. Betapa terkejutnya wanita ini, ketika ia melihat tangan Sanawi menggenggam sebilah belati berlepotan darah. Di dekat kaki lelaki itu tergeletak mayat Jupri berlumuran darah. Leher anak ini hampir putus dan perutnya sobek. Zubaidah langsung menjerit dan berlari. Tapi Sanawi memburu dan menghunjamkan belatinya berkali-kali ke leher dan tubuh istrinya. Wanita malang ini langsung roboh dan mati. Warga desa yang mendengar suara jeritan berusaha mengejar Sanawi. Jalan raya Situbondo-Banyuwangi pun macet. Seorang pemilik toko kelontong, O Shing, 30 tahun, yang mencoba ikut mengejar Sanawi, terkapar kena sabetan belati. Tapi setelah itu, sejumlah petani meringkus lelaki berbadan kekar dan berkulit hitam ini. Untung, petugas Polsek Asembagus segera datang. O Shing, yang di dadanya tertancap belati, selamat setelah dilarikan ke RSU Subandi, Jember. Mengapa Sanawi tega menghabisi anak dan istrinya sendiri? Beberapa penduduk menduga Sanawi kalap karena cemburu. Lelaki yang sehari-harinya menarik dokar milik mertuanya itu, konon, dendam gara-gara Zubaidah mengaku menyeleweng dengan Suhara -- lelaki sedesa yang sehari-hari germo di kompleks pelacuran gelap di Dukuh Krajan. Pengakuan itu terlontar ketika Sanawi hendak membawa pergi Jupri, anak mereka. "Apa, mau kau bawa Jupri? Itu bukan anakmu. Itu anak Suhara," kata Zubaidah. Luka lama Sanawi kambuh, ketika mertuanya, Suki, menuduhnya mencuri diesel. Sejak itu Sanawi minggat. Seminggu sebelum peristiwa berdarah itu, Sanawi dikabarkan "mencari ilmu" ke Bangkalan, Madura. Dan sepulangnya dari Bangkalan, Sanawi membawa badik bermata dua yang kemudian dipakainya membunuh Jupri dan Zubaidah. Suki membantah pernah menuduh menantunya mencuri diesel. "Saya hanya menanyakan," kata Suki. Tentang hubun-gan gelap Zubaidah, "Itu juga fitnah," kata paman Zubaidah, Marsyam. Sanawi sendiri kini tak bisa ditemui di tahanan Mapolres Situbondo. Menurut polisi, motif pembunuhan itu sampai kini masih belum jelas. "Ia masih bungkam. Agaknya stres," kata sumber TEMPO di Polres Situbondo. Pembunuhan yang diduga berlatar belakang cemburu juga terjadi di Semarang. Seorang wanita muda Suriah, 19 tahun, mati di ujung belati suaminya sendiri, -Ratiman. Ratiman, 20 tahun, konon, sudah lama dibakar cemburu gara-gara menganggap istrinya genit. Kabarnya, Suriah, yang dikenal ramah dengan lelaki ini menjalin hubungan dengan seorang penjaga malam di sebuah kantor kursus komputer Paijan. Kantor itu memang berdekatan dengan tempat Suriah berjualan bakso. Gara-gara cemburu itulah tiga hari menjelang hari nahas Ratiman minggat. Pa-la malam, Selasa pekan lalu itu, Suriah, yang tak peduli pada suaminya itu, dengan tenang berjalan berduaan dengan seorang petugas satpam, Nur Choliq. Tiba--tiba seorang lelaki menusuk pinggang Suriah dan menohok lengan Choliq. Nyawa Suriah melayang seketika. Sedangkan Choliq, nyawanya terselamatkan. Choliq mengaku tak tahumenahu urusan antara Suriah dan suaminya. Pada waktu kejadian, katanya, ia mendengar si pembunuh menanyai Suriah, "Di mana M-a-s Paijan." Hingga pekan ini, sumber di Poltabes- Semarang memang belum dapat mema-tikan bahwa pelaku pembunuhan itu adalah Ratiman. Anehnya, selain Ratiman, hingga pekan ini Paijan juga menghilang. Zed Abidien (Surabaya) dan Nanik Ismiani (Semarang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus