Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Gempa kiriman dari kavling sebelah

Pembangunan gedung baru sering menimbulkan kerusakan pada gedung tetangganya.misalnya pembangunan gedung bank susila bhakti menyebabkan pagar gedung femina jebol tanah longsor dan ac macet.

15 September 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gempa Kiriman dari Kavling Sebelah Pagar gedung Femina ambrol, dan pembangunan Indonesia Plaza bikin retak gedung sebelahnya. Bila tak hati-hati membangun, bisa membikin gedung sebelahnya runtuh. GEDUNG Femina -kepanasan. Ba-ngunan berlantai empat di Jalan H.R. Rasuna Said Jakarta itu sejak tiga pekan lalu kehilangan mesin pendinginnya. Keruan saja, 200 karyawan (80-% wanita) majalah Gadis, Femina, dan Ayahbunda, yang sehari-hari nongkrong di bangunan itu, mengeluh kegerahan. "AC kami macet karena kecelakaan," ujar seorang wartawati Femina. Insiden itu kemudian disambut dengan "aksi" mogok dandan oleh sebagian karyawati -- yang biasanya gemar mengikuti trend mode. Blus dan blazer yang trendy untuk sementara disingkirkan. Selama ada di kantor mereka lebih suka mengenakan baju kaus yang dingin. "Tragedi" itu bermula 20 Agustus sore lalu, saat karyawan-karyawati PT Gaya Favorit Press -- penerbit kelompok Femina --tengah bersiap-siap pulang. "Tiba-tiba kami merasakan ada guncang an," ujar Mirta Kartohadiprodjo, Direktur Gaya Favorit, yang ruang kerjanya di lantai empat gedung Femina. Goyangan keras itu tentu saja mengundang kepanikan. Dugaan pertama adalah gempa bumi. Tapi mereka segera menyadari bahwa "gempa"itu bersifat lokal saja: hanya di gedung Femina. Setelah disidik, diketahui sumber "gempa" itu ada belakang gedung Femina, akibat dari tanah longsor. Boleh jadi, peristiwa itu menyebabkan fondasi gedung itu ambles, dan menimbulkan guncangan lokal. Kerusakan yang ditimbulkan cukup membuat pimpinan Gaya Favorit kesal. Tembok kantor dan lantai retak di sana-sini. Tembok pagar belakang jebol, dan boks tempat mesin pendingin menggantung persis di atas longsoran tanah. Apa boleh buat, mesin pendingin itu harus diistirahatkan, agar getarannya tak menambah longsoran. Mirta pun menuding kegiatan di kavling sebelah sebagai biang kerok. Di situ memang tengah dibangun sebuah gedung berlantai 11, ditambah tiga lantai bawah tanah (basement), milik grup Kodel. Bangunan itu kelak akan digunakan sebagai kantor pusat Bank Susila Bhakti (BSB), milik grup Kodel. Ternyata, pembangunan tiga lantai basement itulah yang kini membuat gara-gara. Betapa tidak. Untuk menyiapkan tiga lantai basement tadi, tanah harus digali sedalam 8 meter. Celakanya, penggalian "sumur besar" itu sampai ke bibir tembok pembatas gedung Femina. Alhasil, tanah di bawah tembok itu runtuh ke bawah, sepanjang 8 meter, dan menyebabkan tembok pembatas itu jebol. Septic tank yang ada di situ pun bocor dan mesin pendingin tak bisa dinyalakan. Pihak PT Gaya Favorit belum tahu persis kerusakan apa saja yang menimpa gedungnya. "Selain retak-retak itu, mungkin saja ada kerusakan lain, yang tak terlihat mata," ujar Mirta. Segala perbaikan kerusakan itu akan dibebankan kepada Kodel. "Penyelesainya harus fair, ini semua akibat ketidaksiapan mereka merencanakan bangunan," tambah Mirta. Kendati tak separah gedung Femina, "sumur besar" untuk lantai basement itu sempat pula merontokkan tembok pembatas gedung pusat PP (Pembangunan Perumahan), BUMN di bawah Departemen PU. "Untung, fondasinya kuat, kalau tidak tembok itu juga akan runtuh seperti Femina," ujar sumber TEMPO di PP. Tapi tembok pembatas itu dan lantai parkir PP sempat retak-retak. Pihak Kodel sendiri mengakui kesembronoan kontraktornya, PT Indopora. "Mereka terlalu percaya diri," ujar Ir. Hidayat, Manajer Teknik PT Kodel. Memang, menurut Hidayat, pada awalnya kekhawatiran tanah longsor itu boleh dikesampingkan. Sebab, mereka menemui struktur tanah yang mantap dan kukuh, di bagian tengah dari kavling seluas 3.700-an m2 itu. Tapi makin mendekati gedung Femina kondisi tanah makin lunak dan rawan. "Karena di situ dulunya tanah urukan," ujar Hidayat. Keadaan itu diperburuk oleh kondisi tanah yang selalu basah. "Karena septic tank Femina bocor," tambah Hidayat. Lantas soal klaim grup Femina tadi? "Itu urusan kontraktor. Kami hanya terima jadi," kata Maher Algadri, salah seorang bos Kodel. Kontraktor yang diminta menanggung biaya perbaikan itu. Kodel, menurut Maher, hanya akan bertindak sebagai penengah. Tindakan yang diambil, untuk sementara ini, adalah mengganjal lereng yang ambrol itu dengan timbunan goni berisi pasir. "Nantinya akan dibeton," kata Hidayat. Boleh jadi, Gaya Favorit tak puas dengan penyelesaian yang ditawarkan Kodel. Namun, memang begitulah problem di balik berdirinya gedung-gedung baru: sering mendatangkan kesulitan bagi tetangganya. Kasu-s yang serupa sempat pula terdengar saat bangunan Plaza Indonesia, yang terletak persis di seberang Hotel Indonesia Jalan Thamrin, Jakarta, s-edang gencar-gencarn-ya dibangun, tahun lalu. Alat-alat berat yan-g dioperasikan di situ dianggap mengganggu tetangga. Kantor kedutaan Jepang dan Australia, yang berada di sebelah kiri gedung jangkung itu, sempat retak-retak temboknya. Dan para diplomat di kedua kedutaan itu mengeluh karena bising. "Tapi kasus itu bisa kami selesaikan secara baik-baik," ujar Yang J.l- Kun, salah seorang manajer Sangyong Construction Co. Ltd., kontraktor utama pembangunan Indonesia Plaza. Menyadari risiko yang bisa muncul akibat kegiatan tetangga, Perumtel Surabaya Selatan, Maret lalu, segera pasang kuda-kuda melihat Tunjungan Plaza II, yang terdiri dari perkantoran dan pertokoan setinggi 10 lantai, akan dibangun. Dia langsung membentuk satgas yang terdiri atas unsur Perumtel, aparat Pemda Kodya Surabaya, dan ahli-ahli dari ITS. Tugas satgas itu: mengawasi pembangunan gedung Tunjungan Plaza II itu. Kendati diadakan pengawasan ketat, tak urung tembok retak dan genting melorot terjadi juga. "Tapi tak mengganggu jaringan telepon," ujar Ngationo, Kepala Kantor Telepon Surabaya Selatan itu. Memang ada kerusakan kecil di sana-sini. Tapi kerusakan itu langsung diganti oleh PT Pakuwon Jati, yang bertindak sebagai kontraktor Tunjungan Plaza II. Linda Djalil dan Putut Tri Husodo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus